Pages

Sunday, November 16, 2014

Download Ebook UN SMP 2015 terbitan Kemdikbud

Baru-baru ini kami blog penelitian tindakan kelas, memperoleh 5 buah ebook terkait persiapan UN 2015. Ebook dalam format pdf ini tentunya sangat penting bagi siswa dan guru-guru SMP/MTs untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional yang akan digelar beberapa bulan ke depan (di tahun 2015). Setiap ebook yang diberi judul Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) ini berisi tabel penjabaran kisi-kisi Ujian Nasional tahun pelajaran 2014/2015, dan 3 buah paket soal lengkap dengan pembahasannya. Ebook-ebook ini sendiri terdiri dari:


  • Ebook Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs
  • Ebook Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP/MTs
  • Ebook Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Matematika untuk SMP/MTs
  • Ebook Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran IPA-Fisika untuk SMP/MTs
  • Ebook Materi Pengayaan Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran IPA-Biologi untuk SMP/MTs

Diterbitkannya ebook ini oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan akan membantu sekolah-sekolah dalam persiapan UN mendatang.

Silakan Download File-File tersebut (terkait UN SMP 2015) dengan mengklik gambar di bawah.
cover ebook materi pengayaan dan kisi-kisi UN 2015
Cover Ebook
penjabaran kisi-kisi UN 2015 dan paket soal bahasa indonesia
Bahasa Indonesia
penjabaran kisi-kisi dan paket soal pengayaan UN 2015 bahasa inggris
Bahasa Inggris
penjabaran kisi-kisi dan 3 paket soal pengayaan UN 2015 matematika
Matematika
penjabaran kisi-kisi dan 3 paket soal pengayaan IPA-Fisika UN 2015
IPA-Fisika
penjabaran kisi-kisi dan 3 paket soal pengayaan UN 2015 IPA Biologi
IPA-Biologi
Demikian file-file yang dapat kami bagikan melalui blog penelitian tindakan kelas ini dalam rangka persiapan menjelang Ujian Nasional (UN) tahun 2015 yang sudah di ambang pintu. Semoga bermanfaat. Wassalam.

Saturday, October 25, 2014

Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas
guru harus menguasai komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas

Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya, terdapat banyak sekali komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam memanajemen kelasnya. Akan tetapi untuk mempermudah pemahaman kita, maka komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas itu dapat digolongkan ke dalam 2 kelompok besar. Kedua kelompok besar komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas itu adalah:
  1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
  2. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Sekarang marilah kita bahas lebih lanjut satu persatu tentang kedua kelompok komponen keterampilan pengelolaan kelas ini.

Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

pendekatan pengelolaan kelas
jenis pendekatan pengelolaan kelas apakah yang sedang anda gunakan?

Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Jika kita mengamati bagaimana cara guru mengelola kelas atau memanajemen kelasnya, maka kita dapat menggolongkan jenis pendekatan yang digunakan oleh guru yang bersangkutan. Pendekatan-pendekatan ini memiliki ciri khasnya masing-masing yang saling membedakannya satu sama lain. Nah, mari anda pahami, kira-kira, termasuk pendekatan apakah yang anda gunakan di dalam kelas anda?

Pendekatan Kekuasaan

Beberapa guru menggunakan pendekatan kekuasaan dalam mengelola atau memanajemen kelasnya. Dalam pendekatan kekuasaan, guru adalah pemegang kuasa. Karakteristik yang paling menonjol pada pendekatan kekuasaan dalam mengelola kelas adalah tampak adanya suatu ketaatan siswa pada aturan yang telah dibuat oleh guru. Dalam melaksanakan pengelolaan kelasnya, guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku. Pendekatan Kebebasan
Jangan salah kira dengan sebutan untuk pendekatan kebebasan. Pendekatan kebebasan tidak sama dengan pembiaran. Pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan tidak berarti lantas dalam praktiknya membiarkan anak belajar dengan bebas tanpa batas atau melakukan apapun di dalam kelas dengan bebas. Pendekatan kebebasan lebih berarti memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.

Friday, October 24, 2014

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan PKB
Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan PKB

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Paling tidak ada 9 prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru (PKB), yaitu:
  1. PKB harus fokus kepada keberhasilan peserta didik atau berbasis hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, PKB harus menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari. Hal ini tentu saja lumrah karena tujuan dari pengembangan keprofesian berkelanjutan pada muaranya adalah hasil belajar siswa yang meningkat. Sebagai output dari proses pembelajaran, kualitas siswa merupakan bukti bahwa telah terjadi peningkatan profesionalisme oleh guru yang bersangkutan.
  2. Setiap guru berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri yang perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Begitu besarnya jumlah guru di Indonesia tentu saja membuat pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan  harus direncanakan dengan baik. Pelaksanaan program ini harus diatur sedemikian rupa, sistematis, dan dan bersifat terus-menerus, agar terjadi peningkatan kualitas guru di negeri ini.
  3. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB dengan minimal jumlah jam per tahun sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan bukan saja kewajiban bagi guru, akan tetapi itu sudah merupakan haknya. Profesi guru menuntut perkembangan yang terus-menerus dari guru. Guru tidak dapat diam di tempat. Ia harus terus belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi sosok yang profesional dan bermartabat.

Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

komponen PKB guru
komponen PKB guru

Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dilakukan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mencapai dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesi guru. Hal ini nantinya juga sekaligus berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.

Pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB adalah unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru, selain kedua unsur utama lainnya, yakni: (1) pendidikan;  (2) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan. Menurut Permennegpan itu telah pula dijelaskan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri dari 3 komponen, yaitu:
  • pengembangan diri
  • publikasi ilmiah
  • karya inovatif.

Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan upaya-upaya  yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Dengan demikian ia akan mempunyai kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ia diharapkan akhirnya akan dapat melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran/pembimbingan,  termasuk pula dalam melaksanakan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.

Konsep Dan Implementasi PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

konsep dan implementasi PKB guru
konsep dan implementasi PKB guru

Konsep Dan Implementasi PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Pengertian PKB

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa guru pada perubahan yang diinginkan, yaitu pengembangan profesinya. Muara akhir yang diharapkan sebenarnya berkaitan dengan keberhasilan siswa. Guru-guru yang melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) akan membawa pembelajarannya untuk menjadikan siswa-siswanya dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya.

Implementasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Dalam praktiknya, pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru ini mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan. Cara-cara atau pendekatan yang dilakukan ini akan membuat guru secara berkesinambungan belajar. Ini tentunya akan dapat dilakukan oleh guru setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru.

Diharapkan, nantinya pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini akan mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai suatu profesi (guru dipandang sebagai sebuah profesi). Pada gilirannya, guru akan dapat memelihara, meningkatkan, memperluas pengetahuan, dan keterampilannya. Ia juga akan dapat membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya sebagai seorang guru.

Friday, October 17, 2014

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas (Manajemen Kelas)

Sebagai kelanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya tentang manajemen kelas, maka kali ini blog penelitian tindakan kelas akan menyajikan tulisan tentang prinsip-prinsip yang dapat dipergunakan untuk pengelolaan kelas.

Djamarah, Syaiful Bahri (2002) dalam buku Strategi Belajar Mengajar yang diterbitkan oleh  Rineka Cipta, Jakarta menyebutkan bahwa untuk mereduksi permasalahan atau gangguan dalam pengelolaan kelas manajemen kelas guru dapat dipergunakan beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Beberapa prinsip pengelolaan kelas itu adalah sebagai berikut.
  1. Kehangatan dan antusiasme
  2. Tantangan
  3. Variasi
  4. Luwes
  5. Penekanan pada hal-hal positif
  6. Penanaman disiplin
Baiklah, untuk lebih jelasnya apa saja yang dimaksud sebagai prinsip-prinsip di atas, marilah kita baca uraiannya berikut ini.

Kehangatan dan antusiasme

Bagaimana rasanya jika suatu ketika anda sendiri bertemu dengan seseorang yang dalam berkomunikasi dengan anda terasa demikian hangatnya? Ia tersenyum, dengan wajahnya yang manis (tidak masam) berbicara kepada anda. Kata-katanya lembut dan menenangkan, atau paling tidak ia selalu berkata-kata sopan dan menampakkan bagaimana ia menghargai anda sebagai lawan bicara. Pasti menyenangkan bukan? Nah demikian juga halnya dengan siswa. Dalam melaksanakan pengelolaan kelas (manajemen kelas), setiap guru yang berkomunikasi dengan siswa-siswanya haruslah menunjukkan kehangatan. Walapun kesan kehangatan ini sifatnya implisit (tidak diungkapkan secara langsung dengan kata-kata), akan tetapi bagaimana guru bertutur dan bersikap kepada siswanya akan memberikan kesan tertentu bagi mereka. Guru juga selain menunjukkan sifat hangat bersahabat, juga harus menunjukkan antusiasme. Antusiasme dapat terpancar dari cara anda bergerak, bagaimana roman muka anda, dan kata-kata yang terlontar dari mulut anda. Tunjukkanlah selalu, bahwa anda dalam menjalankan profesi sebagai seorang guru selalu antusias selama proses pembelajaran belangsung di kelas, bahkan saat bertemu siswa di luar jam pelajaran (di luar kelas).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas


Saat melakukan manajemen kelas (pengelolaan kelas), guru harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh. Kedua faktor ini amat menentukan keberhasilan guru dalam melakukan manajemen kelas. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen kelas (pengelolaan kelas) yang dilakukan guru dapat dibedakan ke dalam 2 golongan yaitu:
  1. Faktor internal siswa
  2. Faktor eksternal siswa

Faktor internal siswa

Faktor internal siswa adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku yang ada di dalam diri masing-masing siswa yang ada di kelas yang bersangkutan.

Tujuan Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan Manajemen Kelas

Sebelumnyadi blog kesayangan kita ini telah dibahas tentang pengertian manajemen kelas dan juga manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Masih melanjutkan seri tentang manajemen kelas ini, kali ini akan diuraikan mengenai apa saja tujuan-tujuan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru.

Setiap guru yang melakukan fungsi manajemen di dalam kelasnya tentu mempunyai tujuan-tujuan khusus yang bermuara pada terciptanya kondisi belajar yang ideal selama proses pembelajaran berlangsung. Secara khusus tujuan-tujuan manajemen kelas antara lain:

  • Membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dipunyainya

Setiap guru harus menyadari bahwa semua siswa memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Tugas guru adalah mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dengan pembelajaran yang siswa lakukan, mereka dapat belajar sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik dan efektif memungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memungkinkan siswa menggunakan semaksimal mungkin potensi yang mereka miliki. Adalah sebuah kerugian yang besar jika dalam pelaksanaan pengajaran, siswa tidak belajar secara maksimal karena adanya hambatan-hambatan belajar yang diakibatkan karena lemahnya manajemen kelas yang dilakukan oleh guru.
  • Menghilangkan atau mereduksi hambatan-hambatan pembelajaran

Manajemen kelas yang baik akan dapat menghilangkan atau paling tidak mereduksi (mengurangi) hambatan-hambatan belajar yang selalu akan muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran dapat terhambat oleh beragam sebab. Di dalam sebuah kelas misalnya, hambatan bisa saja muncul dari salah satu siswa

Pengertian Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian Manajemen Kelas

Pengertian Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Sebelumnya di blog penelitian tindakan kelas ini telah dibahas tentang tinjauan umum manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Kali ini pembahasan akan kita lanjutkan kepada pengertian manajemen kelas.

Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolaan kelas. Dilihat dari kata penyusunnya, manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.

Pengertian Manajemen


  • Menurut wikipedia, Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dari pengertian tentang manajemen oleh Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai proses. Paling tidak ada 4 proses yang dilakukan untuk melakukan suatu manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
  • Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Thursday, October 16, 2014

Manajemen Kelas dan Guru

guru dan manajemen kelas
Guru adalah manajer di kelasnya

Manajemen Kelas dan Guru


Guru adalah manajer bagi kelasnya. Oleh karena itu guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang bagaimana membuat kondisi kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Kelas yang baik dan memiliki manajemen kelas yang bagus akan membuat siapapun merasa nyaman berada di sana, entah itu murid, guru, ataupun orang lain yang mungkin sesekali hadir di dalam kelas tersebut.

Banyak hal (unsur) yang membangun dan menunjang penciptaan kondisi kelas yang baik. Dan, ini tentu saja memerlukan manajemen yang efektif dari guru yang bersangkutan (guru yang mengajar di kelas tersebut atau guru wali kelas). Jika kita mencermati komponen-komponen yang membangun sebuah kelas, maka kita akan mendapati puluhan siswa dengan beragam potensi, latar belakang, dan kemampuan yang berbeda (semuanya unik). Selain itu tentu juga ada sang guru itu sendiri yang berperan sebagai manajer kelasnya, serangkaian metode mengajar, lingkungan fisik kelas, hingga atmosfer yang karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh anggota kelas (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Peran manajerial yang dilakukan oleh guru harus dilakukan dengan baik, efektif, dan berkelanjutan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran tersebut karena sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, manajemen kelas yang baik akan membuat suasana yang kondusif untuk pembelajaran.

Friday, October 3, 2014

Unsur-Unsur dalam Proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran

Unsur-Unsur dalam proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran


Kali ini, blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran akan mengetengahkan sebuah pendapat dari Martha Kaufeldt tentang unsur-unsur pembelajaran dalam hubungannya dengan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Unsur-Unsur dalam Proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran
unsur-unsur dalam proses pembelajaran
Jika membicarakan tentang strategi pengajaran, maka kita tiak akan bisa lepas dari unsur-unsur sebuah pembelajaran. Menurut Martha Kaufeldt (2008) dalam buku Teachers, Change Your Bait! Brain – Compatible Differentiated Instruction yang diterbitkan oleh Crown House Publishing Company LL.C. USA,  terdapat 6 unsur dalam sebuah proses pembelajaran yaitu:
  1. Lingkungan fisik
  2. Lingkungan sosial
  3. Penyajian oleh guru
  4. Konten atau materi pembelajaran
  5. Proses pembelajaran
  6. Produk-produk pembelajaran

Martha Kaufeldt menyarankan dalam menentukan strategi-strategi pengajaran guru harus memperhatikan ke-6 unsur ini dengan baik dan mempertimbangkan keserasiannya dengan otak siswa. Strategi pengajaran terbaik tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal apabila diterapkan dalam lingkungan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip cara otak siswa bekerja. Karena itu, guru seyogyanya memikirkan pengajaran yang berbeda sebagai sebuah unsur yang sangat penting agar harmonis dengan otak. Ini tentu berkaitan dengan uniknya setiap individu siswa, sehingga guru akan semakin dapat merancang pembelajaran dan lingkungan belajar yang sesuai dengan standar kurikulum yang berlaku.

Beberapa tips yang diberikan oleh Kaufeldt berkaitan dengan ke-6 unsur pembelajaran, penyesuaian dengan cara kerja otak manusia dan pengajaran yang berbeda (differentiated instruction) tersebut adalah:

Sunday, September 21, 2014

Bagaimana Cara Cek Data PTK Penerima Tunjangan Sertifikasi tahun 2014/2015 Di Dapodikdas

Bagaimana Cara Cek Data PTK Penerima Tunjangan Sertifikasi tahun 2014/2015 Di Dapodikdas

Bagaimana update data di dapodik (dapodikdas)nya Bapak dan Ibu guru? Sudah belum. Mudah-mudahan sudah ya, karena masa update dan upload data sudah hampir berakhir(20 September 2014) untuk semester pertama tahun pembelajaran 2014/2015 atau triwulan  3 dan 4 tahun 2014 (Juli 2014 – Desember 2014).

Jika sudah melakukan proses update dan upload, Bapak Ibu guru bisa cek apakah SK tunjangan profesi guru atau yang biasa kita kenal dengan nama tunjangan sertifikasi sudah keluar Sknya secara online di alamat berikut:


http://223.27.144.195:8085/index.php atau http://223.27.144.195:8086/index.php

Jika Bapak atau Ibu guru menuju ke salah satu alamat tersebut di atas, maka Bapak Ibu guru akan dibawa ke halaman dengan tampilan berikut.
Ada user id yang harus Bapak Ibu guru isi, kemudian password dan kode captcha (verifikasi). Data user id merupakan nomor registrasi guru (NRG) milik Bapak atau Ibu guru yang terdiri dari 16 digit angka, sedangkan password adalah tahun lahir bulan lahir dan tanggal lahir Bapak atau Ibu guru yang terdiri dari 8 digit angka.

Contoh:

USER ID : 542067671520003
PASSWORD : 19650203 (tahun lahir 1965, bulan februari, tanggal 03)
CAPTCHA : 3FLDKY


Jika semua data yang diminta sudah Bapak atau Ibu guru masukkan, maka akan muncul status SK pembayaran tunjangan profesi guru (tunjangan sertifikasi) yang bersangkutan. Jika masih terdapat ke tidak sesuaian data di lembar info PTK dengan data riil, maka lakukan pengecekan data Anda di Aplikasi dapodik sekolah, lakukan perbaikan dan disynkron ulang. Selamat mencek status SK pembayaran tunjangan profesi guru (sertfikasi guru) Bapak dan Ibu. Demikian artikel tentang Bagaimana Cara Cek Data PTK Penerima Tunjangan Sertifikasi tahun 2014/2015 Di Dapodikdas.

Semoga bermanfaat.

Tuesday, June 10, 2014

Tips Memanajemen Pembelajaran Berbasis Proyek

Tips Memanajemen Pembelajaran Berbasis Proyek

Kali ini blog kesayangan anda, penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran masih membahas tentang model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) untuk menyambut pemberlakuan Kurikulum 2013 nanti. Kali ini yang dikupas adalah beberapa tips praktis untuk manajemen pembelajaran berbasis proyek.

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat anda gunakan saat memanajemen pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek di dalam kelas anda.

Gunakan sosial media.

Sebagai guru anda tentu harus dapat memonitor setiap perkembangan proyek yang dilakukan anak-anak. Teknologi jaman sekarang telah dapat digunakan bahkan sampai ke pelosok. Karena itu pemanfaatan internet dalam hal ini sosial media seperti facebook dan bahkan google drive dapat membantu anda dan siswa saling terhubung satu sama lain. Anda sebagai guru dapat memberikan masukan-masukan atau saran-saran dan umpan balik saat siswa mengupload berita perkembangan terbaru mengenai proyek mereka. Anda juga dapat mengoreksi draft dokumen seperti laporan proyek yang sedang mereka garap.

Gunakan bahasa yang menarik

Saat anda sebagai guru membuat pengumuman atau arahan kepada siswa saat berada di dalam kelas, hindari penggunaan kata-kata yang “biasa dan sering mereka dengar” seperti, “Anak-anak, perhatikan sebentar, ini penting”, atau kata-kata sejenisnya. Tetapi, sangat baik dan sangat memotivasi jika anda menggunakan kata-kata seperti, “Baik, para manajer proyek, saya ingin kalian memperhatikan hal-hal berikut sebelum mulai bekerja” dan sejenisnya. Memotivasi mereka dengan kata-kata seperti itu dapat menggugah semangat kreatif mereka.

Atasi Siswa atau kelompok siswa yang sulit

Di dalam kelas manapun dan sekolah manapun selalu ada siswa-siswa yang sulit. Sulit di sini maksudnya adalah siswa yang kurang termotivasi atau bahkan tidak termotivasi sama sekali. Oleh karena itu pembelajaran proyek yang anda lakukan ada baiknya selalu mengkombinasikan antara kerja tim dan individual. Variasi keduanya secara tepat akan membantu siswa sulit untuk lebih memiliki rasa tanggungjawab dan dapat membantu mereka memunculkan motivasi dari dalam diri mereka sendiri. Selain itu, selalulah ‘aware’ terhadap mereka. Apabila mereka telah melakukan suatu kegiatan dengan cukup baik, berikanlah pujian yang sewajarnya.

Frekuensi penilaian formatif lebih banyak

Model pembelajaran berbasis proyek memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaannya dibanding model pembelajaran lainnya, karena itu lakukanlah penilaian formatif dalam rentang waktu tertentu di setiap tahapan proyek yang mereka (siswa) lakukan. Hal ini tidak hanya menguntungkan siswa untuk memperoleh nilai yang lebih bagus, tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi anda sebagai guru karena dengan demikian sekaligus anda telah melakukan monitoring pelaksanaan proyek siswa langkah per langkah.

Berikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa

Model pembelajaran berbasis proyek seringkali melelahkan apabila tidak dimanajemen dengan baik, baik dilihat dari sisi siswa maupun bagi guru. Karena itu, guru seyogyanya selalu memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikmati proyek yang dilakukan dengan memberi kemungkinan yang lebih luas dalam kreativitas dan pemecahan masalah. Ide-ide dari siswa patut diberikan penghargaan dan diakomodasi agar mereka tidak menjadi bosan dan merasa bahwa pembelajaran dan proyek itu adalah milik mereka sendiri dan mereka punya keinginan untuk menyelesaikannya dengan sukses.

Bantu mereka menyelesaikan proyek secara bertahap

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa model pembelajaran berbasis proyek memerlukan waktu dan kerja dalam rentang waktu yang relatif lama (sekitar dua mingguan), maka bagilah proyek mereka ke dalam tahapan-tahapan yang dapat mereka manajemen. Jika mereka menemui kesulitan pada suatu tahapan, bantulah mereka dan jangan biarkan mereka kebingungan. Tahapan-tahapan penting dalam penyelesaian sebuah proyek.

Buat kontrak dengan tim (kelompok siswa)

Jika pembelajaran berbasis proyek dilakukan secara tim atau berkelompok maka ada baiknya anda membantu mereka dengan membuat sebuah kontrak proyek. Kontrak proyek dapat dibuat antara guru (anda) dengan setiap kelompok, misalnya kapan proyek atau tahapan-tahapan tertentu dari proyek harus selesai. Sementara, antara sesama siswa dalam tim dapat dibuat kontak tugas yang mana di dalamnya berisi pembagian tugas sehingga semua rencana dapat mereka jalankan dengan baik.

Buatlah tim yang solid

Jangan sesekali membentuk kelompok siswa untuk proyek secara acak. Anda harus jeli menyusun semua siswa yang ada di kelas anda dan memasukkannya ke setiap kelompok sedemikian rupa sehingga masing-masing tim atau kelompok siswa akan mempunyai kemungkinan berhasil menyelesaikan proyek secara setara. Cara-cara pengelompokan sebagaimana yang disarankan dalam implementasi model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan di sini.

Berikan kebebasan siswa untuk menentukan peranannya di dalam setiap kelompok

Setelah kelompok atau tim siswa terbentuk, berikan kebebasan kepada mereka untuk menentukan peranannya masing-masing, tetapi tetap dalam prinsip keadilan. Ini dapat dilakukan pada saat anda membantu siswa (kelompok siswa) membuat kontak bersama di dalam kelompoknya.

Konflik dalam kelompok adalah hal yang wajar

Ajarkan kepada siswa dalam kelompok bahwa perbedaan pendapat, kritik dari anggota lainnya, dan hal-hal semacamnya adalah wajar. Itulah yang namanya dinamika sebuah tim. Mereka harus menyadari bahwa justru perbedaan pendapat akan membantu mereka menemukan ide-ide baru yang orisinil untuk penyelesaian proyek mereka. Bantu mereka belajar bagaimana mengatasi adanya konflik di dalam sebuah tim.

Rayakan setiap pencapaian

Pembelajaran berbasis proyek sebenarnya terdiri dari tahapan-tahapan proyek. Apabila siswa telah selesai menyelesaikan seluruh tahapan dari rangkaian dan berarti proyek mereka tuntas, maka rayakanlah keberhasilan mereka di kelas anda. Buat sesuatu yang dapat menyenangkan mereka. Anda juga dapat memberikan kesempatan kepada setiap tim untuk mengekspresikan kegembiraan dan keberhasilan tim mereka dalam menyelesaikan proyek, biar bagaimanapun kualitas hasil proyek yang mereka dapatkan.

Berikan umpan balik yang bermanfaat dan mudah dipahami

Setelah berakhirnya penyelesaian sebuah proyek oleh siswa atau kelompok siswa, mereka membutuhkan feedback atau umpan balik dari anda. Umpan balik diperlukan agar mereka dapat bekerja dan belajar lebih baik pada kegiatan pembelajaran berbasis proyek berikutnya. Berikan umpan balik yang mudah dimengerti.

Baca juga:
Beberapa Pertanyaan yang Harus Dijawab Sebelum Merencanakan Model Pembelajaran Berbasis proyek
Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kurikulum 2013


Monday, June 9, 2014

Beberapa Pertanyaan Penting Dalam Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Beberapa Pertanyaan Penting Dalam Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek


Model pembelajaran berbasis proyek bakal booming dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah di Indonesia. Mengapa? Karena dalam implementasi Kurikulum 2013 yang serentak mulai dilaksanakan di seluruh Indonesia mulai tahun pembelajaran 2014/2015, model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah salah satu dari 3 model pembelajaran yang merupakan bagian d ari pendekatan saintifik. Dua model pembelajaran lainnya adalah model pembelajaran penemuan (discovery-based learning) dan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

Pertanyaan Penting yang Harus Dijawab Sebelum Merencanakan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Baiklah, apa saja yang harus dipersiapkan guru dalam memulai perencanaan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) ini? Beberapa pertanyaan berikut ini akan dapat membantu anda para guru untuk perencanaan pembelajaran berbasis proyek di kelas nantinya.

Daftar Pertanyaan Penting yang Harus Dijawab Sebelum Merencanakan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning):
  1. Apa nama proyek yang akan dikerjakan siswa anda?
  2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh siswa/kelompok siswa dalam menyelesaikan proyek tersebut?
  3. Bagaimana cara saya mempersiapkan siswa agar proyek mereka dapat berjalan dengan lancar?
  4. Bagaimana tingkat kesulitan proyek yang mereka harus lakukan?
  5. Apa manfaat proyek ini bagi siswa, baik secara tujuan kurikulum (isi) maupun nilai tambahnya?
  6. Bahan-bahan apa saja yang mereka perlukan?
  7. Alat-alat apa saja yang mereka perlukan?
  8. Referensi apa yang bisa dijadikan rujukan bagi proyek siswa? Buku di perpustakaan sekolah? Situs internet?
  9. Bagaimana strategi pembelajaran yang saya gunakan dalam pembelajaran berbasis proyek kali ini?
  10. Berapa jam tatap muka saya butuhkan untuk memberikan arahan dan presentasi hasil pembelajaran proyek siswa?
  11. Bagaimana saya mengatur penjadwalan monitoring siswa dalam mengerjakan proyek mereka?
  12. Bagaimana cara atau teknis penilaian yang akan saya lakukan terhadap kegiatan pembelajaran proyek ini?
Demikian beberapa pertanyaan yang sebaiknya terlebih dahulu guru jawab sebelum membuat perencanaan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) di kelasnya. Semoga sukses mengimplementasikan kurikulum 2013, dan selamat melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.

Baca juga tulisan lainnya tentang pembelajaran berbasis proyek:
Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kurikulum 2013

Sunday, June 1, 2014

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

Definisi/Konsep Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

KELEBIHAN PROBLEM BASED LEARNING (MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)

  • Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
  • Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
  • PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran

Konsep Dasar (Basic Concept)

Guru atau fasilitator  memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran

Langkah-langkah Operasional  dalam  Proses Pembelajaran

a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat

b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.


d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.


5. Penilaian (Assessment)


Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.


SISTEM PENILAIAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

SISTEM PENILAIAN

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

Baca Juga:
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) dalam Kurikulum 2013
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Kurikulum 2013

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

MODEL  PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)


Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.

Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Discovery Learning ialah bahwa pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.  Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Discovery Learning dapat:
  • Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  • Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  • Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
  • Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
  • Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
  • Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
  • Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
  • Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
  • Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
  • Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang baru;
  • Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
  • Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
  • Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
  • Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia  seutuhnya;
  • Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
  • Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
  • Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.


Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.


Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan  yang dikemukakan oleh para siswa. Model pembelajaran discovery learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Langkah Persiapan

Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:
  • Menentukan tujuan pembelajaran
  • Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)
  • Memilih materi pelajaran.
  • Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
  • Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
  • Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang  konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
  • Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b.  Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c.  Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d.  Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

e.  Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f.  Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Penilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.

Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.  Jika bentuk penilaiannya  menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian  dapat dilakukan dengan pengamatan.

Baca juga:
Efektivitas Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning)
Discovery Learning, Sebuah Model Pembelajaran Kognitif
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam Kurikulum 2013
Tinjauan Umum Model Pembelajaran Penemuan

Penilaian Autentik Pada Proses Dan Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013

Konsep Penilaian Autentik Pada Proses Dan Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013


Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
penilaian autentik kurikulum 2013
penilaian autentik kurikulum 2013
Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.

Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.

Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.

Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.

Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik

Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.

Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
  1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
  2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
  3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
  4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Jenis-jenis Penilaian Autentik

Ada 4 jenis penilaian autentik yang harus dilaksanakan guru pada implementasi Kurikulum 2013, yaitu:
  1. Penilaian Kinerja
  2. Penilaian Proyek
  3. Penilaian Portofolio
  4. Penilaian Tertulis

1. Penilaian Kinerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.
  • Daftar cek (checklist).
  • Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
  • Skala penilaian (rating scale).
  • Memori atau ingatan (memory approach).

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.
  • Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
  • Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
  • Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

3. Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
  • Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
  • Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
  • Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
  • Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
  • Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
  • Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
  • Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Baca Juga:
Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

Friday, May 23, 2014

Mengapa Di SD Harus Menggunakan Pembelajaran Tematik

Mengapa Di SD Harus Menggunakan Pembelajaran Tematik


Jika kita mempertanyakan mengapa untuk implementasi Kurikulum 2013 di SD harus menggunakan pembelajaran tematik, maka untuk menjawabnya kita harus memahami landasan filosofis, psikologis, dan yuridis. Dengan memahami ketiganya, maka kita akan maklum mengapa pembelajaran tematik dianggap paling cocok untuk digunakan.

Landasan Filosofis

Secara filosofis ada 3 faham yang melandasi mengapa di sekolah dasar (SD) diterapkan pembelajaran tematik, yaitu fahan progresivisme, faham konstruktivisme, dan faham humanisme.
  • Progresivisme. Faham ini menekankan bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa
  • Konstruktivisme. Faham konstruktivisme menghendaki agar anak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
  • Humanisme. Faham humanisme memandang siswa sebagai individu yang memiliki keunikan/kekhasannya, potensi, dan motivasi masing-masing.

Landasan Psikologis

Menurut psikologi perkembangan, untuk menentukan tingkat keluasan dan kedalamannya isi (materi pembelajaran) haruslah disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Sementara itu psikologi belajar menjelaskan bagaimana isi/materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Dalam proses belajarnya, anak-anak usia sekolah dasar mempunyai pemikiran yang bersifat konkrit, integratif, dan hierarkis.

Konkrit dimaknai sebagai proses belajar harusnya beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diutak-atik. Integratif dimaknai sebagai keadaan di mana anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sementara hierarkis bermakna bahwa anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.

Belajar seharusnya adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran adalah proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya 

Landasan Yuridis

Adapun landasan yuridis untuk implementasi pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 adalah:
  1. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
  2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional
  3. INPRES N0. 1 Tahun 2010 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD, pembelajaran tematik di SD sangat penting peranannya. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Peserta didik diharapkan akan menerapkan konsep yang diperolehnya dalam kegiatan belajarnya sambil melakukannya secara riil.

Terkait:
Konsep Pembelajaran Tematik
Ciri dan Keuntungan Pembelajaran Tematik
Model Pembelajaran Tematik Terpadu Di SD
Manfaat Pembelajaran Tematik

Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kurikulum 2013

Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Kurikulum 2013


Masih membicarakan implementasi Kurikulum 2013 yang di ambang pintu (tahun pembelajaran 2014/2015) sudah sangat dekat-tinggal beberapa bulan lagi, maka kali ini blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran akan berbagi tentang konsep model pembelajaran tematik terpadu (integratif) menurut Kurikulum 2013.

Pada pembelajaran di SD untuk kelas rendah, model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) menjadi model pembelajaran utama yang harus dikembangkan guru untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Model pembelajaran ini sebenarnya telah lama ada. Model pembelajaran tematik terpadu (integrated) pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970-an. PTP diyakini para ahli pendidikan sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teaching model). Kehandalannya didasari kenyataan bahwa Pembelajaran Tematik Terpadu mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik siswa kelas rendah di SD.

Pembelajaran Tematik secara empirik (hasil penelitian) menunjukkan keberhasilannya dalam memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.

Pembelajaran Tematik Integratif

Dalam sejarah pengembangannya di era 70an, pembelajaran tematik integratif /terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI) dimaksudkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), cerdas, pada  program perluasan belajar, dan yang belajar cepat. Tetapi kini, dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SD kelas rendah, pembelajaran tematik integratif (terpadu) ini juga digunakan.

Beberapa Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

  • Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya.
  • Pembelajaran tematik terpadu dapat memberikan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
  • Pembelajaran tematik terpadu relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.
  • Pembelajaran tematik terpadu  akan dapat menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
  • Pembelajaran tematik terpadu memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Tahap Pembelajaran Tematik  Terpadu

Adapun tahap-tahap pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
  • Tahap 1. Menentukan tema. Dalam pembelajaran tematik terpadu sangat dimungkinkan untuk melakukan kesepakatan bersama antara guru dengan peserta didik untuk menentukan tema yang diminati.
  • Tahap 2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran tematik terpadu di kelas rendah SD harus mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tema yang dimuat dalam Kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2013).
  • Tahap 3. Mendesain rencana pembelajaran. Pada tahapan ini tercakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema yang dilakukan oleh guru.
  • Tahap 4. Aktivitas kelompok dan diskusi. Dalam tahapan terakhir ini, guru dapat memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa untuk ikut berpartisipasi. Dengan demikian, akan tercapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek (tema).

Model Pembelajaran Tematik Integratif

Salah satu model pembelajaran tematik integratif (terpadu) yang disarankan untuk peserta didik di kelas rendah SD adalah model jaring laba-laba (webbed model). Model terpadu ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan  pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.

Demikian ulasan mengenai model pembelajaran tematik terpadu (integratif) menurut Kurikulum 2013 dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.

Artikel terkait:
Kurikulum 2013: Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu
Model Pembelajaran Tematik di SD





Ciri-Ciri Dan keuntungan Pembelajaran Tematik

Ciri-Ciri dan Keuntungan Penerapan Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan “tema” sebagai pemersatu, sebagai pusat perhatian yang dipergunakan untuk memahami gejala dan konsep. Pembelajaran Tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu dari beberapa mata pelajaran melalui tema sebagai pemersatu. Dengan demikian, maka pembelajaran terpadu berorientasi pada praktek belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan anak (peserta didik). Melalui pembelajaran tematik terpadu maka akan terjadi perakitan dan penggabungan beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Ciri khas pembelajaran tematik

Adapun beberapa ciri khas pembelajaran tematik jika ditinjau dari aspek siswa (peserta didik), yaitu:
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar (SD).
  1. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
  2. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
  3. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
  4. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  5. Berpusat pada anak (siswa).
  6. Memberikan pengalaman langsung kepada anak (peserta didik).
  7. Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak.
  8. Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM.
  9. Bersifat luwes sehingga memungkinkan kreativitas anak dan guru berkembang.
  10. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

Keuntungan Menerapkan Pembelajaran Tematik Di SD

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengimplementasian pembelajaran tematik di SD (sekolah dasar) bila kita tinjau dari aspek siswa dan guru, yaitu:
  1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
  2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
  3. Kompetensi dasar antar matapelajaran yang dipelajari siswa berada dalam tema yang sama.
  4. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  5. Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
  6. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  7. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
  8. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkaan sekaligus. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
  9. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
  10. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
  11. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka dapat diharapkan penguasaan konsep oleh siswa akan semakin baik dan meningkat.
  12. Memberikan pengalaman dan KBM yg relevan dg tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
  13. Menyenangkan, karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
  14. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
  15. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yg dihadapi
  16. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama
  17. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain
  18. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dg permasalahan yg ditemui

Thursday, May 22, 2014

Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

Apa kabar pembaca setia blog penelitian tindakan kelas? Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya untuk mengemban tugas mulia memajukan pendidikan anak bangsa untuk menyongsong era generasi emas di masa datang. Kali ini, kami ingin berbagi mengenai model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan implementasi Kurikulum 2013. Yuk disimak.

Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek)

Apakah model pembelajaran berbasis proyek itu? Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).  Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

project based learning

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman.

Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.

Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.

ManfaatYang Dapat Diraih

Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya: (1) siswa menjadi pebelajar aktif; (2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah; (3) pembelajaran menjadi student centred); (4) guru berperan sebagai fasilitator; (5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri; (7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.

Penilaian Dalam Model Pembelajaran Project Based Learning
Karena pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa tes atau nontes. Sebaiknya penilaian yang dilakukan untuk model pembelajaran berbasis proyek ini lebih mengutamakan aspek kemampuan siswa dalam mengelola aktivitas-aktivitas mereka dalam penyelesaian proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi atau kesesuaian proyek dengan topik pembelajaran yang sedang dipelajari hingga keaslian (orisinalitas) proyek yang mereka garap.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kurikulum 2013


Dalam rasional perubahan kurikulum sebelumnya (KTSP/Kurikulum 2006) ke Kurikulum2013 disebutkan bahwa perkembangan pengetahuan dan pedagogi dalam hal ini neurologi, psikologi, observation based (discovery) learning dan collaborative learning adalah salah satu alasan pentingnya perubahan kurikulum. Hal ini tentu berimplikasi pada model-model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan mengajar di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, karena mengingat karakteristik-karakteristik unggul dari model pembelajaran ini yang mampu mengakomodasi alasan tersebut di atas.

Selain itu pembelajaran tentunya harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar menjadi lebih interaktif (multiarah). Melalui model pembelajaran ini, siswa juga akan dapat diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim (berkelompok) kooperatif dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang lebih kritis dan analitis.

Salah Satu Model Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik

Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sehingga secara otomatis guru berarti juga menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini siswa akan diajak meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) semata tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak. Saat belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa dapat berlatih menalar secara induktif (inductive reasoning). Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, project based learning (model pembelajaran berbasis proyek) sangat sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV mengenai proses pembelajaran yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan.

Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Aktif Termaktub Dalam Project Based Learning

Dalam model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa melakukan pembelajaran aktif. Mereka benar-benar akan dibuat aktif baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental). Karena itulah, ruh dari pelaksanaaan model pembelajaran berbasis proyek ini sesuai sekali dengan amanat Kurikulum 2013. Siswa, melalui pembelajaran aktif akan melakukan aktifitas 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).

Demikian tulisan mengenai Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan Kurikulum 2013 dari blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas. Semoga bermanfaat.