Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meng adaptasi model pengembangan yang diajukan oleh Thiaragajan, Sem-mel, & Semmel (1974) meliputi define, design,dan develop, seperti......................Baca makalah ini dari sumber aslinya.
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN SAINS-FISIKA SMP
Oleh: Wasis
FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Abstract
Any educational process implied by contextual teaching and learn-ing (CTL) aims at helping students’ comprehension of the academic materials they are studying by connecting academic subjects with the contexts of their daily life. The present article is based on a research which developed a set of instructional materials to help teachers and their students achieve that aim.
The instructional materials developed were adapted from a model submitted by Thiaragajan et al., which includes the steps of defining, designing, and developing. Assessment of the materials was done through experts’ judgment on and teachers’ and students’ responses to the materials. The final revised set of the materials were tried out at a state junior high school, SMPN 23, in Surabaya. During the try-out, teachers’ and students’ activities were observed and quantitatively and qualitatively analyzed.
The results of the research show that the instructional materials (1) have the characteristics of (a) connecting the subject matter with daily life, (b) having been developed with attention paid to students’ learning styles, (c) developing higher-order thinking, (d) reflecting interest in students’ prior knowledge, (e) supporting the shaping of democratic and interactive learning situations, (f) providing teachers with more ease in their work, and (g) making more students like studying physics and (2) can help students achieve mastery learning.
Key words: CTL, instructional materials for CTL
Pendahuluan
Hasil pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia, disinya lir oleh para pakar pendidikan masih belum menggembirakan. Menurut Sumarna (2004) kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata (real world). Zamroni (2000) menyatakan, hal di atas disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran di kelas yang tidak berusaha mengaitkan konten pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Pernyataan senada disampaikan Conny Semiawan (2000) bahwa pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, dan hukum, kemudian biasa dihafalkan, bukan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam
kehidupan nyata.
Data kuantitatif dapat dilihat dari hasil studi TIMSS (The Third International Mathematics and Science Study) dan PISA (Programe for International StudentAssessment). Framework kegiatanTIMSS meliputi: content, performance expectation, dan perspectives, dan literasi sains dalam studi PISA mencakup kemampuan menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi masalah dalam kehidupan dalam rangka memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada kehidupan. TIMSS (1999) melaporkan bahwa di antara 38 negara peserta, Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk bidang sains dan urutan ke-34 untuk bidang matematika. Untuk bidang sains, Indonesia sedikit lebih baik dibandingTurki,Tunisia, Chili, Philipina, dan Maroko, tetapi jauh di bawah Singapura yang menempati urutan kedua. Menurut hasil studi PISA, di antara 41 negara peserta, Indonesia berada pada pe ringkat ke-39 untuk literasi membaca dan matematika, dan peringkat ke-38 untuk literasi sains. Untuk literasi sains, nilai rata-rata siswa Indonesia adalah 393, jauh di bawah Jepang, 550 dan Korea, 525 (Hayat, 2003). Dengan nilai 393 tersebut, berarti siswa kita rata-rata hanya mampu meng-ingat fakta, terminologi dan hukum-hukum sains, tetapi menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengevalusi, menganalisis, dan memecahkan permasalahan kehidupan masih amat kurang.Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Sains-Fisika SMP
Keprihatinan para pakar pendidikan yang didukung dua hasil studi internasional di atas, sudah seharusnya dijadikan pijakan untuk mereori-entasi proses pembelajaran. Pandangan dan perilaku yang menempatkan pembelajaran sebagai content transmission model harus sudah ditinggal-kan. Paradigma pembelajaran harus menekankan pada learning, bersifat student centered, harus bergeser dari “guru dan apa yang akan diajarkan” ke arah “siswa dan apa yang akan dilakukan”. Pembelajaran harus men-ciptakan meaningful connections dengan kehidupan nyata. Pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk beraktivitas, baik hands-on activities maupun minds-on activities.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dibangun dengan prin-sip-prinsip di atas, dan concern terhadap upaya-upaya implementasi dalam kehidupan nyata adalah pendekatan pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning [CTL]). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka sehari-hari (Blancard, 2001 dan Johnson, 2002). Untuk mewujudkan pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti di atas, proses pembelajaran harus menekankan pada: making meaningful connection, constructivism, inquiry, critical and creative thinking, learning community, dan using authentic assessment.
Menurut University of Washington, beberapa strategi pembelajaran berikut ini menempatkan siswa dalam konteks sesuai CTL. Pembela-jaran autentik, yakni pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam konteks sebenarnya, yaitu kehidupannya sehari-hari (daily lives). Pembelajaran berbasis inkuiri, yakni strategi pembelajaran yang berpola pada metode ilmiah, observasi dilakukan, masalah ditemukan, dirumuskan hipotesis, kemudian hipotesis diuji dengan eksperimen, sehingga diperoleh kesimpulan. Pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata (real-world) sebagai konteks bagi siswa untuk berpikir kritis dan melatih eterampilan problem solving. Pembelajaran berbasis kerja, yakni pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari konten mata pelajaran (subject matter) dan bagaimana sebaliknya, menggunakan konten di tempat kerja (Nur, 2001: 4). Dalam pembelajaran kontekstual kondisi yang mengaktifkan siswa dapat ditemukan oleh siswa sendiri dari kehidupannya sehari-hari atau diciptakan oleh guru sehingga membantu menjadikan materi pelajaran bermakna dan memotivasi siswa (Nur, 2001).
Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah agar CTL dapat diterapkan secara optimal? Menurut Hammes (Suryanti, 2002: 24), salah satu penyebab ketakberhasilan implementasi suatu pendekatan pembelajar an adalah keterbatasan buku serta perangkat pembelajaran lain yang memberikan kemudahan bagi guru untuk menerapkan pendekatan tersebut.
Berdasar uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan pokok: (1) bagaimanakah mengembangkan perangkat pembelajaran Sains yang dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual?, dan (2) apakah imple-mentasi pembelajaran kontekstual dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan secara nyata membantu siswa mencapai ketuntasan belajar?
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama: pengembangan perangkat pembelajaran kontekstual, dan tahap kedua: implementasi pembelajaran kontekstual menggunakan perangkat yang telah dikem-bangkan.
No comments:
Post a Comment