Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MELALUI METODE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS XII IS 3SMA KRISTEN 1 SURAKARTA
Ely Prihmono Suwarso Putro
SMA Kristen 1 Surakarta
ABSTRACT
This research aimed at this class action research : (1) for description of stages; steps of applying of method TGT in course of study surat lamaran pekerjaan (2) for description the effectiveness of applying of method TGT to write surat lamaran pekerjaan of student of class of XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta. Research proce-dure follow the stages; steps of research of class action which relate of proposal of Research of Class Action (PTK) released by Dikti covering four step. Fourth step of according to the Dikti (1) planning, (2) execution, (3) monitoring, and (4) refleksi. The outcome of the research was as follows: (1) effective method TGT enough utilized in study write surat lamaran pekerjaan; (2) effective method TGT enough to increase ability write surat lamaran pekerjaan; (3) effective to method TGT enough improve the student participation in study write surat lamaran pekerjaan;(4) effective to method TGT enough improve the motivation and student enthusi-asm in study write surat lamaran pekerjaan.
Key words: TGT, surat lamaran pekerjaan, PTK, and effective.
1. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa (Depdiknas, 2003: 2). Pendekatan yang paling tepat adalah pende-katan pembelajaran yang memberi penekanan aspek keterampilan berbahasa dalam praktik komunikasi keseharian. Dengan demikian, siswa mampu memanfaatkan bahasa dalam kegiatan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan.
Ketercapaian kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2003: 2). Kom-petensi-kompetensi tersebut secara terpadu dikemas dalam keempat aspek keterampilan berbahasa, yakni kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2003: 3-4).
Standar Kompetensi pembelajaran me-nulis adalah mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan (Depdiknas, 2005: 33). Lingkup materi meliputi pengembangan paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Materi dirinci lagi menjadi pro-posal, hasil wawancara, artikel, makalah, resensi, rangkuman, laporan, dan berbagai surat resmi.
Pembelajaran menulis di sekolah belum optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Dewi, 2007). Persoalan yang dihadapi berupa tidak menariknya metode, kurangnya alokasi waktu, dan orientasi pembelajaran pada materi.
Sonya Inna S. mengungkapkan hal senada. Pembelajaran menulis masih kurang efektif karena guru belum menekankan pada penguasaan materi bukan kemampuan ber-bahasa (Inna S., 2007). Kondisi ini menyebab-kan siswa malas, tidak berminat, dan tidak memiliki motivasi mengikuti pelajaran menulis.
Pembelajaran menulis surat lamaran pe-kerjaan sebagai salah satu materi pembelajaran menulis di kelas XII SMA, menghadapi kendala yang sama dengan belajar menulis pada umumnya. Surat lamaran pekerjaan merupakan materi menulis di semester ganjil. Silabus pembelajaran merumuskan “Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur”. Hasil pembe-lajaran menunjukkan kelemahan umum seperti yang dikelompokkan oleh Thomas Wiyasa menjadi enam kategori.
- Surat dengan susunan kalimat tidak lengkap dan berbelit-belit.
- Surat dengan penggunaan tanda baca yang tidak perlu, salah, atau berlebihan
- Surat dengan banyak ejaan yang salah, tidak sesuai ejaan yang disempurnakan.
- Surat dengan pemakaian istilah asing yang tidak perlu.
- Surat dengan tata bahasa yang tidak teratur.
- Surat dengan penggunaan bentuk atau model surat yang tidak menentu. (Wiyasa, 1996: 1)
Beberapa persoalan di atas menjadi pijakan pembahasan karya tulis ini. Persoalan utama adalah pentingnya menentukan metode yang mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa menulis surat lamaran pekerjaan.
Banyak metode dapat dipilih guru untuk peningkatan pembelajaran. Pilihan metode harus sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, maupun karakteristik materi. Kreasi dan modifikasi metode dapat juga dilakukan, tergantung pada situasi dan keadaan lingkungan tempat mengajar.Tulisan ini akan menyajikan usaha peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta dengan metode team game tour-nament (TGT). Metode ini perlu dicoba sebagai bentuk variasi metode pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.
TGT menurut Peter G. Cole “this is co-operative learning program that uses the same team formation, organisation of in-struction and worksheet assignment as in STAD” (Cole, 1990: 337). TGT merupakan program belajar kooperatif yang mengandung unsur formasi, instruksi, dan lembar tugas. Formasi ditandai pengelompokan siswa dengan kemampuan beragam ke dalam tim. Sedangkan instruksi berbentuk pertanyaan/ kuis dengan lembar tugas tertentu.
Pelaksanaan metode TGT dikemas menjadi “a series of games is organised”,(Cole, 1990: 337) dan dilaksanakan ber-dasarkan seperangkat permainan pertandingan. Siswa dengan berbagai kemampuan saling bertanding dalam turnamen. Guru (dapat juga menunjuk siswa) berperan sebagai pemandu. Tim mempunyai hak yang sama menjawab pertanyaan. Jika menjawab salah atau pass, kesempatan akan diberikan kepada tim lain. Jawaban betul mendapat skor yang nantinya digabungkan untuk mendapatkan skor tim.
Menurut Peter G. Cole, “The advan-tages of this game format is that it is usu-ally enjoyed by student and provides varia-tion from the more routine STAD Process”(Cole, 1990: 337). Keuntungan metode TGT, siswa lebih rileks dalam pembelajaran dan menerima metode tersebut sebagai variasi pembelajaran rutin.Keuntungan yang lain adalah unsur kerjasama dan kompetisi selama pembelajaran berlangsung. Kompetisi merupakan unsur pal-ing menantang. Siswa berpeluang menunjukkan kemampuannya di hadapan teman sekelas ketika melawan tim lain dalam pertandingan (turnamen) tersebut.
Metode TGT dapat meningkatkan kepekaan sosial dan kerja sama siswa dalam memecahkan masalah (Arixs, 2007). Metode TGT lebih mementingkan keberhasilan kelompok dibandingkan keberhasilan individu. Namun, penghargaan yang didapatkan oleh kelompok sangat ditentukan oleh keberhasilan penguasaan materi setiap anggota kelompok.
Ada lima komponen utama dalam metode TGT. Komponen-komponen tersebut meliputi penyajian kelas, kelompok (tim), game (permainan), turnamen (pertandingan), team recognize (penghargaan kelompok). Kelima komponen utama ini memungkinkan pembe-lajaran lebih menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi yang berkembang di dalam kelas pun menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar secara aktif. Situasi menyenangkan dalam proses menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga hasil yang dicapai pun optimal.
TGT boleh digunakan oleh pelbagai kumpulan umur dalam pelbagai mata pelajaran (Arixs, 2007). Pembelajaan menulis surat lamaran pekerjaan dapat pula menggunakan metode ini. Tentu saja perlu penyesuaian dan modifikasi seperlunya. Langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan harus dirancang secermat mungkin agar implementasinya dapat berjalan dengan baik.
Alasan-alasan di atas dijadikan pertim-bangan pemakaian metode TGT dalam meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Metode TGT diharapkan menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Situasi kelas mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, kompetisi, dan partisipasi yang diperlukan dalam keberhasilan belajar.
Penelitian tindakan kelas (PTK) mene-rapkan metode TGT model Silberman untuk meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Modifikasi dilakukan sesuai dengan situasi dan karakteristik objek penelitian.
Berikut prosedur pelaksanaan metode TGT (Siberman, 2004) dengan perubahan seperlunya.
- Membagi siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 5-6 siswa dengan jumlah setiap tim sama.
- Memerintahkan kepada tim untuk mencermati contoh lamaran peker-jaan yang telah disiapkan guru.
- Membagikan lembar tugas berisi pertanyaan yang menguji pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
- Memerintahkan kepada siswa me-ngerjakan lembar tugas berdasar ronde-ronde yang telah dipersiapkan.
- Menampilkan jawaban benar untuk mengetahui perolehan skor atau nilai perorangan.
- Menjumlah perolehan skor untuk mengetahui jumlah perolehan skor atau nilai masing-masing tim dan mengumumkan pemenang ronde 1.
- Memberikan penghargaan kepada tim pemenang.
- Memerintahkan siswa melakukan persiapan untuk ronde 2 turnamen.
- Mengajukan lagi pertanyaan lanjutan yang terdapat di lembar tugas.
- Menampilkan jawaban untuk mengetahui perolehan skor individu maupun skor tim.
- Mengumumkan pemenang ronde 2.
- Menjumlah perolehan skor ronde 1 dan ronde 2 untuk menentukan pemenang di akhir ronde 2.
Prosedur di atas akan terus berulang sampai materi pembelajaran habis. Di akhir ronde, seluruh nilai perorangan dan tim dijumlahkan. Nilai perorangan sebagai nilai proses pembelajaran masing-masing siswa. Nilai tim dijadikan dasar penentuan pemenang turnamen. Tim yang memperoleh jumlah nilai tertentu dapat diberi predikat sesuai dengan pencapaiannya. Dapat pula diberi hadiah sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Dua tujuan hendak dicapai oleh PTK ini. Pertama, untuk memaparkan langkah penerapan metode TGT dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, untuk memaparkan tingkat efektivitas metode TGT pada peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta.
PTK bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, (1) memberi umpan balik yang objektif, (2) memberikan gambaran tingkat efektivitas metode TGT, dan (3) memotivasi guru mengembangkan kreativitas tugas pro-fesionalnya. Bagi siswa, (1) memberi pengalaman dalam meningkatkan kemampuan menulis, (2) memberi pengalaman kerja sama dan kompetisi, (3) memberi dorongan minat dan motivasi siswa, dan (4) memberi keterampilan menulis.
2. Metode Penelitian
2.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XII IS 3 SMA Kristen 1 Surakarta, Kota Surakarta, Jateng. Jumlah siswa 30 orang, 16 wanita dan 14 pria. Penelitian dilaksanakan pada semes-ter ganjil Tahun Pelajaran 2007 / 2008. Lokasi SMA di Kecamatan Serengan, Surakarta. Tahun Pelajaran 2007 / 2008 terdapat 5 kelas X, 7 kelas XI, dan 5 kelas XII yang diampu oleh 44 orang guru.
2.2. Prosedur PTK
Langkah-langkah PTK mengacu panduan usulan yang dikeluarkan Dikti dengan empat tahapannya. Keempat tahapan tersebut(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pemantauan, dan (4) refleksi (Dikti, 2007). Tahapan dilaksanakan setelah diadakan analisis situasi (aspek kemampuan menulis siswa), analisis kebiasaan penilaian, dan analisis proses pembelajaran.
Proses penelitian selanjutnya disusun dalam rangkaian siklus berulang. Jika Siklus I belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan, langkah-langkah PTK tersebut diulangi pada Siklus II setelah dilakukan refleksi. Demikian seterusnya sampai kegiatan dianggap berhasil.
Berikut ini diuraikan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas.
1) Perencanaan
Tahap perencanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi a) penyusunan silabus, b) penyusunan RPP, c) penyusunan ronde-ronde permainan/turnamen, d) penyusunan lembar pengamatan, dan e) penyusunan daftar nilai keberhasilan siklus.
2) Pelaksanaan
Proses pembelajaran dilaksanakan setelah seluruh rangkaian persiapan selesai. Pelaksanaan sesuai jadwal penelitian berdasar jadwal pelajaran. Setiap tatap muka berlangsung selama 1 x 45 menit, masing-masing siklus berlangsung selama empat kali tatap muka.
3) Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan bersamaan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal ma-sing-masing siklus untuk mendapatkan data penelitian, baik data kualitatif maupun kuantitatif. Aktivitas siswa diamati sebagai data kualitatif sedangkan skor/nilai sebagai data kuantitatif.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasar data yang didapat melalui pengamatan setiap siklus. Hasil yang diperoleh dijadikan bahan evaluasi dan refleksi siklus berikutnya. Kekurangan-kekurangan dianalisis dan dievaluasi sehingga pada setiap tahapan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
2.3. Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan pembelajaran menitikberat-kan aspek proses dan aspek hasil. Proses dilihat dari kinerja guru dalam menerapkan metode TGT, partisipasi siswa, dan perkem-bangan kemampuan menulis (ronde 1-7 turnamen). Aspek hasil dilihat dari nilai menulis surat lamaran pekerjaan. Jika 75% siswa pada ronde 8 mendapat nilai 70 maka penerapan TGT telah dianggap berhasil.
2.4. Analisis Data
1) Analisis Kriteria Keberhasilan Proses Analisis kinerja guru berdasar data
pengamatan guru dan catatan pengamat. Metode TGT dianggap tidak maksimal jika terdapat penyimpangan, atau pelaksanaan tidak sempurna. Partisipasi siswa dianalisis ber-dasar data guru dan catatan pengamat. Jika lebih dari 75% siswa terlibat aktif maka pem-belajaran dianggap berhasil.
Perkembangan kemampuan menulis siswa diamati dari lembar pengamatan tiap ronde pelaksanaan turnamen. Kegiatan dianggap berhasil jika tiap ronde, terdapat 75% siswa yang telah menguasasi materi.
2) Analisis Hasil Tulisan
Tulisan siswa dinilai berdasarkan kete-patan unsur surat, format surat, dan bahasa surat. Rentang nilai Ronde1, skor maksimal 20; Ronde 2, skor maksimal 10; Ronde 3, skor maksimal 20; Ronde 4, skor maksimal 20; Ronde 5, skor maksimal 10; Ronde 6, skor maksimal 10; Ronde 7, skor maksimal 10; dan Ronde 8, skor maksimal 100 (Ronde 8 dasar analisis hasil pembelajaran)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus I
3.1.1 Pelaksanaan Siklus I
Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus I dilaksanakan dalam empat tatap muka. Setiap tatap muka menggunakan lembar tugas sebagai pedoman turnamen sekaligus dasar analisis proses.
a) Tatap Muka Pertama
Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 08.30 – 09.15. Selama 15 menit awal dilakukan per-siapan mulai penyusunan kelompok, mema-hami materi, membagi lembar tugas, dan penjelasan permainan.
Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pada ronde 1. Siswa melihat contoh penulisan yang benar. Siswa diminta menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria..
Kendala berikut dicatat oleh pengamat maupun oleh guru. (1) Jawaban tidak bisa dipakai menilai secara individual. (2) Waktu pelaksanaan lebih lama dari perkiraan. (3) Guru mondar-mandir melayani pertanyaan kelompok. (4) Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim tidak lancar karena tidak ada petugas khusus.
b) Tatap Muka Kedua
Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Agustus 2007 pukul 09.30 – 10.15. Siswa diberi kesempatan melakukan persiapan untuk ronde berikutnya. Guru memerintahkan siswa mengerjakan soal ronde 2 - 4. Siswa melihat contoh penulisan yang benar. Kompetisi antartim sudah mulai tampak. Tim dengan nilai tertinggi melakukan perayaan setelah jumlah nilai perolehan diumumkan. Kendala pada tatap muka pertama masih muncul di tatap muka kedua. Berdasarkan catatan pengamatan, ditemukan fakta bahwa pencapaian nilai/skor siswa belum menunjukkan hasil maksimal.
c) Tatap Muka Ketiga
Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Agustus 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa diberi kesempatan melakukan persiapan. Siswa mengerjakan pertanyaan ronde 5– 7. Proses berikutnya pencocokan. Hasil menunjukkan masih belum mencapai standar yang diharapkan. Kemampuan siswa menyusun kalimat belum maksimal. Kelengkapan isi surat lamaran pekerjaan kurang sempurna. Kalimat penutup surat lamaran pekerjaan masih banyak yang salah.
d) Tatap Muka Keempat
Tatap muka keempat dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2007 pukul 07.45 – 08.30. Siswa diminta membawa masing-masing contoh iklan lowongan pekerjaan. Mereka diberi kesempatan melakukan persiapan menghadapi ronde terakhir permainan. Siswa mengerjakan pertanyaan ronde 8. Hasil pengamatan menunjukkan sejumlah fakta, nilai tidak akurat, siswa mampu cenderung membantu siswa kurang mampu, kemampuan menulis surat belum memuaskan, dan kerja sama bersifat negatif.
3.1.2 Evaluasi Siklus I
a) Evaluasi Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menunjukkan sejumlah kelemahan pada Siklus I. Tingkat partisipasi siswa hanya 67,67% dari seha-rusnya 75 %. Kelemahan lain, nilai individu tidak akurat; (2) waktu lebih lama dari perkiraan; (3) efektivitas waktu kurang; (4) tidak ada petugas khusus; (5) muncul sifat ketergantungan; dan (6) guru kesulitan memberi contoh jawaban yang benar.
Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran belum sesuai harapan. Persentase siswa yang menguasai materi pembelajaran tiap-tiap ronde belum melewati 75 % (lihat Tabel 1).
b) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil pembelajaran difokuskan ronde terakhir turnamen. Dari batasan 75 %, baru 65,80 % siswa yang menguasai materi pembelajaran. Ketidaksempurnaan tulisan
Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Pengamatan Ronde-ronde TGT Siklus I
No | Ronde dan Partisipasi | Persentase |
1 | R 1 | 70,17 |
2 | R 2 | 63,67 |
3 | R 3 | 65,50 |
4 | R 4 | 64,83 |
5 | R 5 | 64,00 |
6 | R 6 | 63,67 |
7 | R 7 | 65,67 |
8 | R 8 | 65,80 |
9 | Partisipasi Aktif | 67,67 |
siswa terlihat dari format surat, unsur surat, maupun bahasa surat.
3.1.3 Refleksi Siklus I
Hasil evaluasi proses dan hasil pembe-lajaran belum mencapai kriteria yang dite-tapkan. Kegagalan terlihat pada pelaksanaan yang belum sempurna dan adanya sejumlah kelemahan. Kelemahan menyebabkan pembelajaran kurang optimal. Misalnya, jawaban tidak bisa dipakai menilai kemampuan individu secara akurat. Pembagian dan pengelompokan siswa, pencocokan jawaban, dan adaptasi terhadap metode menyebabkan waktu menjadi lebih lama dari perkiraan. Efektivitas waktu pembelajaran kurang. Proses penjumlahan nilai dan pengumuman skor tim kurang lancar. Muncul sifat ketergantungan yang merugikan kelompok. Iklan beragam menyulitkan guru dalam memberi contoh jawaban yang benar. Pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Persentase siswa yang menguasai materi tiap-tiap ronde belum terlewati. Evaluasi hasil pembelajaran masih rendah, baru 65,80 %.
3.2 Pembelajaran Menulis Surat Lamaran Pekerjaan dengan TGT pada Siklus II
3.2.1 Pelaksanaan Siklus II
Pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan pada Siklus II dilaksanakan dalam empat tatap muka. Tatap muka menggunakan lembar tugas yang sama dengan Siklus I sebagai pedoman turnamen sekaligus dasar analisis proses.
a) Tatap Muka Pertama
Tatap muka pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 08.30 – 09.15. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, selama 15 menit awal dilakukan persiapan. Guru memilih masing-masing seorang anggota kelompok untuk mengawasi kelompok lain agar tidak terjadi kecurangan. Turnamen diawali dengan memerintahkan siswa mengerjakan pertanyaan pertama dan kedua pada ronde 1. Guru membagikan kepada masing-masing kelompok contoh penulisan yang benar. Siswa menilai hasil pekerjaan berdasar kriteria yang diberikan oleh guru di bawah pengawasan anggota tim lain. Pelaksanaan ronde 1 memperlihatkan ke-majuan yang signifikan. Siswa yang menguasai materi pembelajaran mencapai 85, 50 %. Waktu pembelajaran lebih efektif. Tingkat objektivitas hasil yang dicapai setiap siswa lebih tinggi. Kontribusi siswa kepada kelompok lebih positif. Pengumuman hasil perolehan skor berjalan lancar karena dilakukan pengamat khusus dari kelompok lain.
b) Tatap Muka Kedua
Tatap muka kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2007 pukul 09.30 – 10.15. Guru mengingatkan materi yang menjadi fokus pembicaraan pada ronde 2 – 4 selanjutnya mengerjakan soal ronde 2 – 4. Persaingan antartim menunjukkan peningkatan. Setiap kali jumlah nilai perolehan diumumkan, tim dengan nilai tertinggi merayakan dengan yel-yel kebanggaan. Keberhasilan ronde 2 – 4 cukup me-muaskan. Persentase penguasaan materi meningkat dari 63,67 % menjadi 79,33 % siswa di ronde 2. Dari 65,50 % menjadi 77, 83 % siswa di ronde yang ke-3. Dan dari 64,83 % menjadi 75,83 % di ronde 4.
c) Tatap Muka Ketiga
Tatap muka ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 5 September 2007 pukul 12.00 – 12.45. Siswa diberi kesempatan mempersiap-kan diri menghadapi ronde 5 – 7 turnamen. Guru menyampaikan pertanyaan secara bertahap. Persentase penguasaan materi meningkat. Ronde 5 dari 64,00 % menjadi 77,67 % siswa. Ronde 6 dari 63,67 % menjadi 75,00 % siswa. Ronde 7 dari 65,67 % menjadi 75,33 % siswa.
d) Tatap Muka Keempat
Tatap muka keempat dilaksanakan Kamis, 6 September 2007 pukul 07.45 – 08.30. Pada tatap muka ini disediakan contoh iklan lowongan pekerjaan. Guru menugasi siswa memahami dan mencermati iklan. Siswa melakukan diskusi persiapan menghadapi ronde terakhir.
Kemampuan siswa menulis surat lamaran pekerjaan meningkat. Siswa yang menguasai keterampilan menulis surat lamaran pekerjaan 65,80 % di Siklus I sedangkan Siklus II sebanyak 78,57 % siswa.
3.2.2 Evaluasi Siklus II
Evaluasi Siklus II mengacu Siklus I. Evaluasi didasarkan pada hasil pengamatan guru, catatan pengamat, dan nilai pencapaian siswa maupun tim. Evaluasi ditekankan pada catatan proses pembelajaran dan hasil pem-belajaran. Hasil evaluasi disampaikan dalam uraian berikut ini.
a) Evaluasi Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menunjukkan peningkatan kualitas. Keterlibatan siswa menunjukkan perubahan dari Siklus I ke Siklus II. Persentase keaktivan siswa meningkat dari 67,67 % menjadi 75,17 %.
Kendala pembelajaran diatasi dengan perencanaan yang lebih cermat. Kerja sama dalam menjawab soal diantisipasi dengan penunjukan pengamat. Ketergantungan siswa tidak terjadi lagi. Objektivitas nilai lebih akurat untuk menilai kemampuan individu.
Kendala mengenai efektivitas waktu diatasi dengan penyiapan perangkat yang lebih lengkap, jawaban pertanyaan tinggal dibagikan kepada kelompok sehingga waktu tidak banyak terbuang.
Peningkatan juga dapat diamati melalui perubahan persentase siswa yang menguasai materi pembelajaran pada setiap rondenya (lihat Tabel 2).
b) Evaluasi Hasil Pembelajaran
Hasil akhir menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Persentase siswa yang memenuhi kriteria keberhasilan meningkat 12,77 %, Siklus I 65,80 % menjadi 78,57 %.Tabel 2: Perbandingan Pencapaian Keberhasilan Siklus I – Siklus II
No | Ronde dan Partisipasi | Persentase | Persentase | |
Siklus I | Siklus II | |||
1 | R 1 | 70,17 | 85,50 | |
2 | R 2 | 63,67 | 79,33 | |
3 | R 3 | 65,50 | 77,83 | |
4 | R 4 | 64,83 | 75,83 | |
5 | R 5 | 64,00 | 77,67 | |
6 | R 6 | 63,67 | 75,00 | |
7 | R 7 | 65,67 | 75,33 | |
8 | R 8 | 65,80 | 78,57 | |
9 | Partisipasi Aktif | 67,67 | 75,17 |
3.2.3 Refleksi Siklus II
Hasil evaluasi Siklus II menunjukkan pembelajaran telah berhasil mencapai kriteria yang ditetapkan. Suasana kompetisi mening-katkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Keinginan menjadi pemenang membangkitkan motivasi siswa untuk tampil lebih baik. Metode TGT memberi kegembiraan dalam pembe-lajaran. Langkah pembelajaran menyadarkan siswa pada tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok. Kerja sama pembelajaran memberikan pengalaman berharga di samping perasaan dihargai atas prestasi dan kerja kerasnya.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian dua siklus pembela-jaran menulis surat lamaran pekerjaan dengan metode TGT di atas dapat dirumuskan bebe-rapa simpulan. Pertama, metode TGT cukup efektif dipergunakan dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Kedua, metode TGT cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan. Ketiga, metode TGT cukup efektif meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan. Keempat, metode TGT cukup efektif meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arixs. 2007. “Tiga Guru Sains Wanita Penerima Science Education Awward Kreatif Menekuni Sains”. http://www.cybertokoh.com/php?mod=publisher&op= viewarticle&artid=6772-23k.
Cole, Peter G. dan Lorna K.S.Chan. 1990. Methods and Strategies for Special Education. Sydney: Prentice Hall of Australia Pty, Ltd.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Digandakan oleh: Proyek Peningkatan Mutu SMU Jawa Tengah Tahun 2003.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Penerbit PT Binatama Raya.
Dewi, Rische Purnama. 2007. “Pemanfaatan Model Peta Pikiran”. http://www. usd.ac.id./06/ publ_dosen/gatra/jan05/rische.htm(diakses Jumat, 10 Agustus 2007)
Heniati, Diah. 2007. “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Teknik 5W + 1H (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Kota Cimahi)”. http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=049519 (diakses Jumat, 10 Agustus 2007)
Dikti. 2007. Panduan usulan dan Laporan PTK. http://www.dikti.go.id. (diakses Jumat, 10 Agustus 2007).
Inna S., Sonya. 2007. “Pengembangan Program Pembelajaran Kontekstual dalam Pelajaran Menulis”.http://sps.upi.edu/v3/?page=abstrak&option+tesis&action= view&id=019565 (diakses Jumat, 10 Agustus 2007)
Siberman, Melvin L.(terjemahan Raisul Mutaqqin).2004. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusa Indah Media dan Penerbit Nuansa.
Wiyasa, Thomas. 1996. Pola Dasar Penyusunan Surat-surat Resmi (cetakan ke-3 edisi revisi). Jakarta: Pradnya Paramita.
No comments:
Post a Comment