Teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning) adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa masing-masing pebelajar harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit, dengan cara memeriksa informasi baru terhadap aturan lama dan mengubah aturan apabila hal itu tidak lagi berguna.
"Guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa itu sendirilah yang harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri." Demikian adalah salah satu prinsip terpenting dari psikologi pendidikan terkait teori konstruktivis. Cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan hal ini adalah dengan menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan gagasan-gagasan. Selain itu guru dapat mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Juga, guru dapat memberikan tangga menuju pemahaman yang lebih tinggi, namun siswa sendirilah yang seharusnya memanjat tangga ini.
Pandangan teori konstruktivis mempunyai implikasi yang sangat besar bagi pengajaran dan pembelajaran. Teori ini menyarankan peran aktif yang lebih besar dari siswa dalam belajar. Oleh karenanya, pembelajaran konstruktivis sering pula disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, guru menjadi "pemandu di samping", bukan sebagai "orang bijaksana di atas panggung", dengan cara membantu siswa menemukan makna mereka sendiri, bukannya mengajari dan menguasai semua kegiatan di ruang kelas.
Pembelajaran konstruktivis sangat dibutuhkan penerapannya, karena pembelajaran jauh melebihi daya ingat siswa. Agar siswa benar-benar dapat memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harusnya diberikan kesempatan menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu bagi diri mereka sendiri, berkutat dengan gagasan-gagasan. Misalnya, seorang guru matematika dapat saja langsung memberikan rumus volume silinder, lalu guru dapat meminta mereka berlatih agar mampu memasukkan angka-angka ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan jawaban yang benar. Akan tetapi, seberapa bermakna pembelajaran demikian bagi diri siswa? Seberapa baikkah siswa akan menerapkan gagasan di balik rumus tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah lain? Sekali lagi, tugas pendidikan bukanlah menuangkan informasi ke dalam kepala siswa, tetapi melibatkan secara aktif pikiran siswa dengan konsep-konsep ampuh dan bermanfaat.
"Guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa itu sendirilah yang harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri." Demikian adalah salah satu prinsip terpenting dari psikologi pendidikan terkait teori konstruktivis. Cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan hal ini adalah dengan menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan gagasan-gagasan. Selain itu guru dapat mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Juga, guru dapat memberikan tangga menuju pemahaman yang lebih tinggi, namun siswa sendirilah yang seharusnya memanjat tangga ini.
Pandangan teori konstruktivis mempunyai implikasi yang sangat besar bagi pengajaran dan pembelajaran. Teori ini menyarankan peran aktif yang lebih besar dari siswa dalam belajar. Oleh karenanya, pembelajaran konstruktivis sering pula disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, guru menjadi "pemandu di samping", bukan sebagai "orang bijaksana di atas panggung", dengan cara membantu siswa menemukan makna mereka sendiri, bukannya mengajari dan menguasai semua kegiatan di ruang kelas.
Pembelajaran konstruktivis sangat dibutuhkan penerapannya, karena pembelajaran jauh melebihi daya ingat siswa. Agar siswa benar-benar dapat memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harusnya diberikan kesempatan menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu bagi diri mereka sendiri, berkutat dengan gagasan-gagasan. Misalnya, seorang guru matematika dapat saja langsung memberikan rumus volume silinder, lalu guru dapat meminta mereka berlatih agar mampu memasukkan angka-angka ke dalam rumus tersebut dan menghasilkan jawaban yang benar. Akan tetapi, seberapa bermakna pembelajaran demikian bagi diri siswa? Seberapa baikkah siswa akan menerapkan gagasan di balik rumus tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah lain? Sekali lagi, tugas pendidikan bukanlah menuangkan informasi ke dalam kepala siswa, tetapi melibatkan secara aktif pikiran siswa dengan konsep-konsep ampuh dan bermanfaat.
No comments:
Post a Comment