Showing posts with label lingkungan sekolah. Show all posts
Showing posts with label lingkungan sekolah. Show all posts

Saturday, October 25, 2014

Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas
guru harus menguasai komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas

Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya, terdapat banyak sekali komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam memanajemen kelasnya. Akan tetapi untuk mempermudah pemahaman kita, maka komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas itu dapat digolongkan ke dalam 2 kelompok besar. Kedua kelompok besar komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas itu adalah:
  1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
  2. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Sekarang marilah kita bahas lebih lanjut satu persatu tentang kedua kelompok komponen keterampilan pengelolaan kelas ini.

Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

pendekatan pengelolaan kelas
jenis pendekatan pengelolaan kelas apakah yang sedang anda gunakan?

Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Jika kita mengamati bagaimana cara guru mengelola kelas atau memanajemen kelasnya, maka kita dapat menggolongkan jenis pendekatan yang digunakan oleh guru yang bersangkutan. Pendekatan-pendekatan ini memiliki ciri khasnya masing-masing yang saling membedakannya satu sama lain. Nah, mari anda pahami, kira-kira, termasuk pendekatan apakah yang anda gunakan di dalam kelas anda?

Pendekatan Kekuasaan

Beberapa guru menggunakan pendekatan kekuasaan dalam mengelola atau memanajemen kelasnya. Dalam pendekatan kekuasaan, guru adalah pemegang kuasa. Karakteristik yang paling menonjol pada pendekatan kekuasaan dalam mengelola kelas adalah tampak adanya suatu ketaatan siswa pada aturan yang telah dibuat oleh guru. Dalam melaksanakan pengelolaan kelasnya, guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku. Pendekatan Kebebasan
Jangan salah kira dengan sebutan untuk pendekatan kebebasan. Pendekatan kebebasan tidak sama dengan pembiaran. Pengelolaan kelas dengan pendekatan kebebasan tidak berarti lantas dalam praktiknya membiarkan anak belajar dengan bebas tanpa batas atau melakukan apapun di dalam kelas dengan bebas. Pendekatan kebebasan lebih berarti memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.

Friday, October 24, 2014

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan PKB
Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan PKB

Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Paling tidak ada 9 prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru (PKB), yaitu:
  1. PKB harus fokus kepada keberhasilan peserta didik atau berbasis hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, PKB harus menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari. Hal ini tentu saja lumrah karena tujuan dari pengembangan keprofesian berkelanjutan pada muaranya adalah hasil belajar siswa yang meningkat. Sebagai output dari proses pembelajaran, kualitas siswa merupakan bukti bahwa telah terjadi peningkatan profesionalisme oleh guru yang bersangkutan.
  2. Setiap guru berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri yang perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Begitu besarnya jumlah guru di Indonesia tentu saja membuat pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan  harus direncanakan dengan baik. Pelaksanaan program ini harus diatur sedemikian rupa, sistematis, dan dan bersifat terus-menerus, agar terjadi peningkatan kualitas guru di negeri ini.
  3. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB dengan minimal jumlah jam per tahun sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Program pengembangan keprofesian berkelanjutan bukan saja kewajiban bagi guru, akan tetapi itu sudah merupakan haknya. Profesi guru menuntut perkembangan yang terus-menerus dari guru. Guru tidak dapat diam di tempat. Ia harus terus belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi sosok yang profesional dan bermartabat.

Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

komponen PKB guru
komponen PKB guru

Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dilakukan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mencapai dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesi guru. Hal ini nantinya juga sekaligus berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.

Pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB adalah unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru, selain kedua unsur utama lainnya, yakni: (1) pendidikan;  (2) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan. Menurut Permennegpan itu telah pula dijelaskan bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri dari 3 komponen, yaitu:
  • pengembangan diri
  • publikasi ilmiah
  • karya inovatif.

Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan upaya-upaya  yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Dengan demikian ia akan mempunyai kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ia diharapkan akhirnya akan dapat melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran/pembimbingan,  termasuk pula dalam melaksanakan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.

Konsep Dan Implementasi PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

konsep dan implementasi PKB guru
konsep dan implementasi PKB guru

Konsep Dan Implementasi PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Pengertian PKB

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa guru pada perubahan yang diinginkan, yaitu pengembangan profesinya. Muara akhir yang diharapkan sebenarnya berkaitan dengan keberhasilan siswa. Guru-guru yang melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) akan membawa pembelajarannya untuk menjadikan siswa-siswanya dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya.

Implementasi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Dalam praktiknya, pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru ini mencakup berbagai cara dan/atau pendekatan. Cara-cara atau pendekatan yang dilakukan ini akan membuat guru secara berkesinambungan belajar. Ini tentunya akan dapat dilakukan oleh guru setelah memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru.

Diharapkan, nantinya pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini akan mendorong guru untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai suatu profesi (guru dipandang sebagai sebuah profesi). Pada gilirannya, guru akan dapat memelihara, meningkatkan, memperluas pengetahuan, dan keterampilannya. Ia juga akan dapat membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya sebagai seorang guru.

Friday, October 17, 2014

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas (Manajemen Kelas)

Sebagai kelanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya tentang manajemen kelas, maka kali ini blog penelitian tindakan kelas akan menyajikan tulisan tentang prinsip-prinsip yang dapat dipergunakan untuk pengelolaan kelas.

Djamarah, Syaiful Bahri (2002) dalam buku Strategi Belajar Mengajar yang diterbitkan oleh  Rineka Cipta, Jakarta menyebutkan bahwa untuk mereduksi permasalahan atau gangguan dalam pengelolaan kelas manajemen kelas guru dapat dipergunakan beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Beberapa prinsip pengelolaan kelas itu adalah sebagai berikut.
  1. Kehangatan dan antusiasme
  2. Tantangan
  3. Variasi
  4. Luwes
  5. Penekanan pada hal-hal positif
  6. Penanaman disiplin
Baiklah, untuk lebih jelasnya apa saja yang dimaksud sebagai prinsip-prinsip di atas, marilah kita baca uraiannya berikut ini.

Kehangatan dan antusiasme

Bagaimana rasanya jika suatu ketika anda sendiri bertemu dengan seseorang yang dalam berkomunikasi dengan anda terasa demikian hangatnya? Ia tersenyum, dengan wajahnya yang manis (tidak masam) berbicara kepada anda. Kata-katanya lembut dan menenangkan, atau paling tidak ia selalu berkata-kata sopan dan menampakkan bagaimana ia menghargai anda sebagai lawan bicara. Pasti menyenangkan bukan? Nah demikian juga halnya dengan siswa. Dalam melaksanakan pengelolaan kelas (manajemen kelas), setiap guru yang berkomunikasi dengan siswa-siswanya haruslah menunjukkan kehangatan. Walapun kesan kehangatan ini sifatnya implisit (tidak diungkapkan secara langsung dengan kata-kata), akan tetapi bagaimana guru bertutur dan bersikap kepada siswanya akan memberikan kesan tertentu bagi mereka. Guru juga selain menunjukkan sifat hangat bersahabat, juga harus menunjukkan antusiasme. Antusiasme dapat terpancar dari cara anda bergerak, bagaimana roman muka anda, dan kata-kata yang terlontar dari mulut anda. Tunjukkanlah selalu, bahwa anda dalam menjalankan profesi sebagai seorang guru selalu antusias selama proses pembelajaran belangsung di kelas, bahkan saat bertemu siswa di luar jam pelajaran (di luar kelas).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas


Saat melakukan manajemen kelas (pengelolaan kelas), guru harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh. Kedua faktor ini amat menentukan keberhasilan guru dalam melakukan manajemen kelas. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen kelas (pengelolaan kelas) yang dilakukan guru dapat dibedakan ke dalam 2 golongan yaitu:
  1. Faktor internal siswa
  2. Faktor eksternal siswa

Faktor internal siswa

Faktor internal siswa adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku yang ada di dalam diri masing-masing siswa yang ada di kelas yang bersangkutan.

Tujuan Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan Manajemen Kelas

Sebelumnyadi blog kesayangan kita ini telah dibahas tentang pengertian manajemen kelas dan juga manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Masih melanjutkan seri tentang manajemen kelas ini, kali ini akan diuraikan mengenai apa saja tujuan-tujuan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru.

Setiap guru yang melakukan fungsi manajemen di dalam kelasnya tentu mempunyai tujuan-tujuan khusus yang bermuara pada terciptanya kondisi belajar yang ideal selama proses pembelajaran berlangsung. Secara khusus tujuan-tujuan manajemen kelas antara lain:

  • Membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dipunyainya

Setiap guru harus menyadari bahwa semua siswa memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Tugas guru adalah mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dengan pembelajaran yang siswa lakukan, mereka dapat belajar sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik dan efektif memungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memungkinkan siswa menggunakan semaksimal mungkin potensi yang mereka miliki. Adalah sebuah kerugian yang besar jika dalam pelaksanaan pengajaran, siswa tidak belajar secara maksimal karena adanya hambatan-hambatan belajar yang diakibatkan karena lemahnya manajemen kelas yang dilakukan oleh guru.
  • Menghilangkan atau mereduksi hambatan-hambatan pembelajaran

Manajemen kelas yang baik akan dapat menghilangkan atau paling tidak mereduksi (mengurangi) hambatan-hambatan belajar yang selalu akan muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran dapat terhambat oleh beragam sebab. Di dalam sebuah kelas misalnya, hambatan bisa saja muncul dari salah satu siswa

Pengertian Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian Manajemen Kelas

Pengertian Manajemen Kelas (Pengelolaan Kelas)

Sebelumnya di blog penelitian tindakan kelas ini telah dibahas tentang tinjauan umum manajemen kelas dalam kaitannya dengan guru. Kali ini pembahasan akan kita lanjutkan kepada pengertian manajemen kelas.

Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolaan kelas. Dilihat dari kata penyusunnya, manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.

Pengertian Manajemen


  • Menurut wikipedia, Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dari pengertian tentang manajemen oleh Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai proses. Paling tidak ada 4 proses yang dilakukan untuk melakukan suatu manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
  • Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Thursday, October 16, 2014

Manajemen Kelas dan Guru

guru dan manajemen kelas
Guru adalah manajer di kelasnya

Manajemen Kelas dan Guru


Guru adalah manajer bagi kelasnya. Oleh karena itu guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang bagaimana membuat kondisi kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Kelas yang baik dan memiliki manajemen kelas yang bagus akan membuat siapapun merasa nyaman berada di sana, entah itu murid, guru, ataupun orang lain yang mungkin sesekali hadir di dalam kelas tersebut.

Banyak hal (unsur) yang membangun dan menunjang penciptaan kondisi kelas yang baik. Dan, ini tentu saja memerlukan manajemen yang efektif dari guru yang bersangkutan (guru yang mengajar di kelas tersebut atau guru wali kelas). Jika kita mencermati komponen-komponen yang membangun sebuah kelas, maka kita akan mendapati puluhan siswa dengan beragam potensi, latar belakang, dan kemampuan yang berbeda (semuanya unik). Selain itu tentu juga ada sang guru itu sendiri yang berperan sebagai manajer kelasnya, serangkaian metode mengajar, lingkungan fisik kelas, hingga atmosfer yang karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh anggota kelas (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Peran manajerial yang dilakukan oleh guru harus dilakukan dengan baik, efektif, dan berkelanjutan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran tersebut karena sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, manajemen kelas yang baik akan membuat suasana yang kondusif untuk pembelajaran.

Friday, October 3, 2014

Unsur-Unsur dalam Proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran

Unsur-Unsur dalam proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran


Kali ini, blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran akan mengetengahkan sebuah pendapat dari Martha Kaufeldt tentang unsur-unsur pembelajaran dalam hubungannya dengan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Unsur-Unsur dalam Proses Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran
unsur-unsur dalam proses pembelajaran
Jika membicarakan tentang strategi pengajaran, maka kita tiak akan bisa lepas dari unsur-unsur sebuah pembelajaran. Menurut Martha Kaufeldt (2008) dalam buku Teachers, Change Your Bait! Brain – Compatible Differentiated Instruction yang diterbitkan oleh Crown House Publishing Company LL.C. USA,  terdapat 6 unsur dalam sebuah proses pembelajaran yaitu:
  1. Lingkungan fisik
  2. Lingkungan sosial
  3. Penyajian oleh guru
  4. Konten atau materi pembelajaran
  5. Proses pembelajaran
  6. Produk-produk pembelajaran

Martha Kaufeldt menyarankan dalam menentukan strategi-strategi pengajaran guru harus memperhatikan ke-6 unsur ini dengan baik dan mempertimbangkan keserasiannya dengan otak siswa. Strategi pengajaran terbaik tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal apabila diterapkan dalam lingkungan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip cara otak siswa bekerja. Karena itu, guru seyogyanya memikirkan pengajaran yang berbeda sebagai sebuah unsur yang sangat penting agar harmonis dengan otak. Ini tentu berkaitan dengan uniknya setiap individu siswa, sehingga guru akan semakin dapat merancang pembelajaran dan lingkungan belajar yang sesuai dengan standar kurikulum yang berlaku.

Beberapa tips yang diberikan oleh Kaufeldt berkaitan dengan ke-6 unsur pembelajaran, penyesuaian dengan cara kerja otak manusia dan pengajaran yang berbeda (differentiated instruction) tersebut adalah:

Thursday, March 6, 2014

Ciri-Ciri Anak (Siswa) yang Kreatif

36 ciri anak (siswa) kreatif

Ciri-Ciri Anak Kreatif

Beberapa dari kita mungkin telah berkali-kali mendengar komentar seperti ini: “Wah, anak itu kreatif sekali, ya...” atau “Pasti si pembuat alat ini sangat kreatif”, atau “Anak-anak di kelas VIII itu memang kreatif-kreatif sekali.” Nah, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa seseorang atau beberapa anak memliki kreativitas? Pastilah ada ciri-ciri atau tanda-tandanya. Kali ini, blog penelitian tindakan kelas kali ini akan berbagi tentang apa saja ciri-ciri anak (siswa) yang kreatif.  Mari kita simak.

Beberapa Ciri Anak (Siswa) yang Kreatif

Anak-anak (siswa) yang kreatif memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan anak lainnya. Beberapa ciri yang dimaksud adalah:
  1. Mampu berkonsentrasi
  2. Tidak serta merta memberikan vonis terhadap suatu permasalahan
  3. IQ di atas rata-rata
  4. Memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi
  5. Memiliki apresiasi terhadap sesuatu yang bernilai estetik (indah)
  6. Memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang kompleks dan misterius
  7. Memiliki rasa ingin tahu
  8. Menyukai dan mengagumi keindahan suatu teori
  9. Senang  jika menemukan sesuatu (invensi)
  10. Memiliki keinginan untuk selalu berbagi ide
  11. Selalu berusaha memperbaiki kekacauan atau ketidakteraturan
  12. Memiliki dasar pengetahuan yang luas
  13. Memiliki sifat fleksibel
  14. Mempunyai ingatan yang baik, dan sangat memperhatikan detil
  15. Memiliki energi tinggi dan selalu antusias
  16. Mempunyai sense of humor yang kadang-kadang agak aneh
  17. Suka berimajinasi
  18. Mandiri
  19. Mempunyai kendali evaluasi diri yang baik
  20. Suka menciptakan sesuatu
  21. Tidak mempunyai toleransi terhadap kebosanan
  22. Membutuhkan iklim yang mendukung
  23. Tidak berkompromi
  24. Terbuka terhadap pengalaman dan hal-hal baru
  25. Suka bermain-main
  26. Berani mengambil resiko
  27. Memiliki rasa percaya diri yang besar
  28. Memiliki sense of originator
  29. Memiliki sense of mission
  30. Sensitif
  31. Mampu menemukan solusi-solusi dan memformulasikan masalah-masalah baru
  32. Spontanitas
  33. Berkomitmen terhadap tugas
  34. Memiliki tolerasi terhadap ambiguitas dan konflik
  35. Berani menghadapi resiko pengasingan sosial (dikucilkan)
  36. Berani bermimpi dan berfantasi

Demikian tulisan tentang beberapa ciri anak-anak yang memiliki sifat kreatif. Nah, apakah sifat-sifat itu ada pada anak atau siswa anda? Seberapa besarkah kualitasnya? Beberapa ciri di atas bernilai positif, beberapa lainnya mungkin bernilai negatif. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Tuesday, November 12, 2013

Dasar Hukum Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Dasar Hukum Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Berikut ini, blog penelitian tindakan kelas berdasarkan Buku 1 Pedoman Pengelolaan PKB (pengembangan keprofesian berkelanjutan) tahun 2012 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melisting dasar hukum pelaksanaan PKB. Berikut dasar hukum (perundangan) yang dimaksud:
  1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
  2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;
  4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
  6. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun l999 tentang  Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
  7. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
  8. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya;
  9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah;
  10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah;
  11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
  12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor;
  13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
  14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Demikian tulisan tentang dasar hukum pelaksanaan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Tujuan, Manfaat, dan Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Tujuan, Manfaat, dan Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Beberapa waktu yang lalu blog penelitian tindakan kelas (PTK) telah menerbitkan tulisan tentang pengantar Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Continous Profesisonal Development. Kali ini agar lebih jelas, PKB kembali diulas, tepatnya mengenai tujuan, manfaat, dan sasaran PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Tujuan umum pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut; 
  1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
  2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. 
  3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
  4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
  5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di   masyarakat.
  6. Menunjang pengembangan karir guru

Manfaat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan yang terstruktur, sistematik dan memenuhi kebutuhan peningkatan keprofesian guru adalah sebagai berikut:
  1. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya pelaksanaan PKB, maka peserta didik memperoleh jaminan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif.
  2. Bagi Guru. Kepada guru dengan melaksanakan PKB (pengembangan keprofesian berkelanjutan) akan dapat memenuhi standar dan mengembangkan kompetensinya sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas utamanya secara efektif  sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.
  3. Bagi Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah akan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas bagi peserta didik.
  4. Orang tua/masyarakat memperoleh jaminan bahwa anak mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang efektif.
  5. Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB akan memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan pendidikan yang berkualitas dan profesional.

Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Sasaran kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah semua guru pada satuan pendidikan yang berada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan/atau Kementerian lain, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Demikian ulasan tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) mengenai tujuan, sasaran dan manfaatnya, yang ditulis berdasarkan buku 1 pedoman pengelolaan pengembangan keprofesian berkelanjutan: Pembinaan Pengembangan Profesi Guru yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012.

Baca Juga:
Peningkatan Profesionalisme Guru dan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)
Dasar Hukum Pelaksanaan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Monday, November 11, 2013

Peningkatan Profesionalisme guru dan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Peningkatan  Profesionalisme guru dan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Blog penelitian tindakan kelas kali ini mencoba mengajak anda kembali merenungi tentang profesi guru. Dalam hal ini beberapa pertanyaan mendasar mungkin dapat kita ajukan seperti: (1) Apa yang dimaksud dengan profesi?; (2) Bagaimanakah guru profesional itu? Berkaitan dengan hal ini, karena guru sebagai suatu profesi maka dapatlah kita berasumsi bahwa guru seharusnya memiliki konsekuensi melakukan CPD (Continuous Professional Development) atau dalam istilah pemerintah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Permasalahannya, mungkin di lapangan kita akan dihadapkan pada pertanyaan seperti ini: (1) Upaya apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya? Lalu (2) bagaimana mengelola peningkatan profesionalisme guru di sekolah?

Konsep Dasar Profesi

Secara etimologis, profesi berasal dari bahasa Inggris profession, bahasa latin  profesus, yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan (Sanusi, 1991:18). Sedangkan menurut Cogan dalam Peter Jarwis, 1983: 21, disebutkan bahwa profesi adalah suatu keterampilan yang dalam prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan. Selanjutnya, profesi disebut juga sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus, tujuannya untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis terhadap yang orang lain  dengan bayaran atau upah tertentu (Vollmer & Mills dalam Peter Jarvis, 1983: 21). Sedangkan secara etimologi profesi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk perbuatan praktis (Baeddowi).
PKB (pengembangan keprofesian berkelanjutan)
PKB bikin bingung guru? Gak harus lah

Berdasarkan konsep-konsep dasar tentang profesi tersebut maka tentu tidak semua pekerjaan dapat disebut sebagai profesi. Kemudian hanya pekerjaan yang memiliki ciri-ciri tertentu dan didasari oleh ilmu pengetahuan yang dapat dikatakan profesi, dan orang-orang yang melakukan profesinya berhak memperoleh bayaran.

Sertifikasi Guru

Sebagai bentuk dari pengakuan legal formal tentang profesionalisme seseorang untuk melakukan berbagai tugas profesinya sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan, maka diberikanlah sertifikat profesi. Dalam tugasnya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, maka guru-pun yang profesional akan mendapatkan sertifikat profesi sebagai guru profesional.

Dalam konteks kekinian profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, demikian disebutkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2005 Pasal 7 Ayat 1.

Profesional merupakan kata benda dari profesi sebagai lawan kata amatir yang berkaitan dengan seseorang  dalam memberikan layanan yang khas serta didasari oleh kualifikasi dan kompetensi yang tinggi kepada klien dan layak menerima bayaran atas jasa tugas pekerjaannya tersebut. Profesional dapat juga diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No 14/2005).

Profesionalisasi berasal dari kata professionalization, yang berarti upaya meningkatkan kemampuan profesional hingga mencapai jenjang tertentu. Profesionalisasi  merupakan proses peningkatan kualitas atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Dengan demikian, melalui profesionalisasi maka akan terjadi peningkatan status, peningkatan kemampuan praktis.

Profesionalisme secara leksikal berarti sifat profesional yang menunjukkan derajat atau standar performance (ability and attitude) anggota profesi yang mencerminkan adanya kesesuaian dengan kode etik profesi yang bersangkutan. Dalam kaitan dengan profesi guru, maka profil kompetensi pendidik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, meliputi : (1) Kompetensi Pedagogik, berkaitan dengan kemampuan menyelenggarakan pembelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik; (2) Kompetensi Kepribadian, berkaitan dengan kemampuan menata dan mengendalikan diri sebagai manusia dewasa; (3) Kompetensi Profesional, berkaitan dengan kemampuan melaksanakan fungsi dan tugas pokok berdasarkan keahlian; dan (4) Kompetensi Sosial, berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat.

Depdiknas (2000: 12) juga menyebutkan bahwa guru profesional mempunyai 10 kompetensi
professional, yaitu: (1) Menguasai bahan pengajaran; (2) Mengelola Program Belajar Mengajar; (3) Mengelola Kelas; (4) Menggunakan media dan sumber pembelajaran; (5) Menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) Mengelola Proses Belajar Mengajar; (7) Melaksanakan Evaluasi Pengajaran; (8) Melaksanakan Layanan Bimbingan dan Konseling; (9) Membuat Administrasi Pembelajaran; dan (10) Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa guru sebagai profesi, maka tentu berimplikasi terhadap adanya konsekuensi dimana guru profesional harus : (1) memiliki kualifikasi akademik minimal yang sama; (2) mengikuti pendidikan profesi; (3) memiliki sertifikat profesi; (4) lulus uji kompetensi; (5) membacakan sumpah profesi; dan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (continous professional development).

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)/Continous professional development (CPD) terdiri dari serangkaian aktivitas reflektif yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan seseorang. PKB mendukung pemenuhan kebutuhan seseorang dan meningkatkan praktik profesional mereka. PKB juga bermakna cara setiap anggota asosiasi profesi memelihara, memperbaiki, dan memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka dan mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam kehidupan profesional mereka. PKB mencakup gagasan bahwa individu selalu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan profesional mereka di luar apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang mereka terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan tersebut.

Tujuan Utama dari pengembangan profesional guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran siswa. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini penting karena berkaitan dengan : (1) optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini siswa; (2) bukti dari profesionalisme; (3) prasyarat pekerjaan; (4) meningkatkan keterampilan kerja guru secara individual; (5) memperluas pengalaman guru untuk keperluan perkembangan karir atau promosi;(6) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman profesional guru secara individual; (7) meningkatkan pendidikan pribadi atau pendidikan umum individu guru; (8) membuat guru merasa dihargai; (9) meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan; (10) meningkatkan pandangan positif mengenai pekerjaan; (11) memungkinkan guru mengantisipasi dan bersiap untuk menghadapi perubahan; (12) mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau departemen.

Prinsip Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) / Continous Professional Development (CPD)
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan PKB adalah: (1) Berpengaruh penting terhadap kehidupan keprofesian; (2) PKB harus menjadi bagian dari sekuens atau siklus aktivitas yang lebih panjang yang akan mengarah pada peningkatan keterampilan atau pengetahuan guru untuk mendorong murid mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi; (3) PKB harus membuat keluaran-keluaran yang spesifik yang diharapkan akan dicapai melalui aktivitas-aktivitas pengembangan profesional dalam hal meningkatkan keahlian guru, praktik ruang kelas, kemajuan murid, dan standar prestasi; (4) Para pelaksana PKB harus memilih, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi peluang-peluang PKB dalam cara yang sistematik atau mengetahui sejauh mana kebutuhan-kebutuhan pengembangan telah dipenuhi; (5) PKB harus mencakup prosedur monitoring untuk memverifikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang telah didapatkan berhasil diterapkan dalam latar ruang kelas.

Kerangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)  harus memungkinkan : (1) guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru, dan para pemangku kepentingan untuk memastikan pertumbuhan profesional para guru individual di sepanjang karir mereka; (2) Guru, sekolah, institusi-institusi pendidikan guru, dan para pemangku kepentingan untuk merencanakan pengembangan profesional bagi tujuan-tujuan sekolah, organisasional, dan individual; (3) institusi-institusi pendidikan guru untuk merencanakan keperluan program-program pengembangan profesional yang sesuai dengan pertumbuhan profesional dan kebutuhan karir para guru; (4) Pemeirntah untuk membuat kebijakan-kebijakan bagi kelanjutan pendidikan guru dan alokasi sumber daya untuk hal tersebut.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang baik tentunya akan menunjukkan karakteristik tertentu. Beberapa karakteristik PKB yang baik misalnya : (1) Setiap aktivitas dalam PKB merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang yang koheren yang memberi para partisipan peluang untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam praktik mengajar mereka dan untuk mengembangkan praktik mereka tersebut; (2) PKB direncanakan dengan visi yang jelas mengenai efektivitas atau peningkatan praktik yang ingin dicapai. Visi ini dibagi bersama di antara mereka yang menjalani proses pengembangan dan mereka yang memimpin atau mendukung proses pengembangan tersebut. Perencanaan harus menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas-aktivitas PKB; (3) PKB memungkinkan peserta  untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang praktis dan relevan serta dapat diterapkan dalam peran mereka saat ini dan amsa depan; (4) PKB harus disiapkan oleh orang yang berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan; (5) PKB didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang tersedia tentang praktik pembelajaran; (6) PKB mempertimbangkan pengetahiuan dan pengalaman peserta; (7) PKB ditunjang oleh pembinaan atau mentoring oleh teman sejawat yang berpengalaman baik dari dalam sekolah itu sendiri maupun dari luar; (8) PKB dapat menggunakan hasil observasi kelas sebagai dasar pengembangan fokus PKB dan dampak PKB; (9) PKB merupakan pemodelan pembelajaran efektif dan pemodelan strategi pembelajaran; (10) PKB memunculkan secara terus menerus rasa ingin tahu dan kemampuan problem solving dalam kehidupan sehari-hari di sekolah; (11) Dampak PKB terhadap proses pembelajaran terus menerus dievaluasi dan hasil evaluasi ini mengarahkan pengembangan aktivitas profesional secara terus menerus.

Rancangan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang baikharus didorong oleh perhatian pada tujuan dan kinerja siswa. PKB yang baik dibangun berdasarkan keterlibatan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan dalam membentuk peluang dan proses-proses pembelajaran, berbasis sekolah dengan menekankan pembelajaran yang melekat pada pekerjaan, bersifat kolaboratif dan pemecahan masalah. Kegiatan PKB berlangsung secara terus menerus dengan didasarkan pada informasi yang kaya dengan sumber informasi yang beragam untuk mengevaluasi hasil, didasarkan pada pemahaman teoretik dan memanfaatkan penelitian yang ada untuk mengembangkan, mendukung, dan meningkatkan pembelajaran. PKB adalah bagian dari proses perubahan komprehensif yang menghubungkan pembelajaran individual dan kolektif dengan isu-isu dan kebutuhan organisasional.

Penyelenggaraan PKB  (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Untuk melaksanakan PKB mungkin kita dapat kembali merefleksi, apa yang telah kita lakukan dalam PKB? Pengembangan keprofesian berkelanjutan perlu dimanajemen (proses penentuan langkah-langkah sistematis dan terpadu untuk pencapaian tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien). Di dalam manajemen tentu akan ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Dalam melakukan refleksi, guru mengevaluasi diri, apa yang masih kurang dan sudah berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia kemudian mengidentifikasi kebutuhan untuk pengembangan diri, kemudian membuat perencanaan PKB-nya. Sekolah memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan, dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat untuk melakukan PKB melalui identifikasi kebutuhan guru untuk ber-PKB, menentukan prioritas dan menyeleksi fokus aktivitas PKB, membuat perencanaan PKB. Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan peorganisasian sekolah/ kepala sekolah menentukan siapa yang akan menjadi koordinator PKB, beserta kelompok kerja.

Pada pelaksanaan PKB sekolah melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan.
Pengembangan guru di sekolah dapat mengambil berbagai macam bentuk, seperti: (1) hari pelatihan seluruh sekolah; (2) Induksi, mentoring, dan penilaian guru secara individual; (3) Observasi kolega; (4) Perencanaan dan evaluasi kolaboratif; (5) Evaluasi diri sendiri

Sementara itu di luar sekolah, guru dapat membangun jejaring dengan mengunjungi sekolah-sekolah lain, menghadiri konferensi-konferensi, menjalani pelatihan bersama dengan sekolah-sekolah lain, mengikuti jejaring guru, dan terlibat dalam asosiasi-asosiasi spesialis mata pelajaran, menghadiri kursus singkat oleh penyedia kursus komersial dan non-profit, kuliah untuk gelar yang lebih tinggi yang divalidasi oleh universitas, berpartisipasi dalam proses-proses pemeriksaan (misalnya menjadi pemeriksa), belajar secara daring (online), terlibat dalam kegiatan-kegiatan pertukaran.

Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Dalam kaitannya dengan pengendalian PKB, maka sekolah harus membuat standar kinerja, mengukur kinerja guru, membandingkan kinerja guru dengan standar yang telah ditetapkan, mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan. Guru bersama koordinator PKB/mentor melakukan evaluasi terhadap pencapaian peningkatan kinerja.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau PKB mempunyai dasar hukum yaitu : (1) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) Nomor 16 Tahun 2009  Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Isi permenneg PAN RB no 16, terdiri dari 13 Bab dan 47 pasal, secara keseluruhan mengandung semangat yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru yang selanjutnya akan menjadikan guru sebagai pekerjaan profesional yang dibingkai oleh kaidah-kaidah profesi yang standar.  Hal-hal penting dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain adalah: (a) Guru dinilai kinerjanya secara teratur (setiap tahun) melalui Penilaian Kinerja Guru (PK Guru); (b) Guru wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) setiap tahun , dan (c)  PKB harus dilaksanakan sejak III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif.

Selain itu dasar hukum dari Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian  Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya juga melandasi diberlakukannya PKB (pengembangan keprofesian berkelanjutan).

Tujuan PKB (Pengembangan Keprofesian Guru)

Tujuan umum:   

untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan khusus:

  • Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
  • Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. 
  • Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
  • Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
  • Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di   masyarakat.
  • Menunjang pengembangan karir guru.
  • Kompetensi yang diidentifikasikan di bawah standar berdasarkan evaluasi diri.
  • Kompetensi yang diidentifikasikan oleh guru perlu ditingkatkan.
  • Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang diperlukan oleh guru untuk pengembangan karir/melaksanakan tugas-tugas baru, misalnya sebagai kepala sekolah.
  • Pengetahuan, keterampilan, materi yang dibutuhkan berdasarkan Laporan Evaluasi Diri Sekolah dan/atau Rencana Tahunan Pengembangan Sekolah.
  • Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi khusus yang diminati oleh guru.
Jalan menuju guru sebagai  profesi  yang ideal masih panjang, berliku,  dan mendaki. Upaya  mewujudkan  guru sebagai profesi dalam  arti yang sebenar-benarnya harus menjadi bagian dari obsesi masyarakat profesi guru itu sendiri, sebagai bagian dari tanggung jawab moral kepada masyarakat sebagai klien. Untuk itu asosiasi profesi guru harus menjadi garda terdepan dalam perjalanan membangun profesionalisme guru yang diidamkan karena CPD/PKB merupakan cara agar guru tetap bisa menjaga dan meningkatkan keprofesiannya. Selain itu perlu dukungan penuh dari para manajemen yang terkait dengan CPD/PKB guru, yaitu  Kepala Dinas Pendidikan, Kepala sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya.

Tulisan ini disarikan dari presentasi Dr. Indrawati, M.Pd. yang berjudul Peningkatan Profesionalisme Guru dan Upaya Pengembangannya Melaui CPD/PKB di hadapan Peserta FKI (Forum Kreativitas dan Karya Inovasi PTK IPA 2013, Bandung - September 2013).

Baca juga:
Dasar Hukum Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Tujuan, Manfaat, dan Sasaran PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

Tuesday, July 16, 2013

Syarat Dan Aturan Penilaian Tes Essay

Syarat-Syarat Soal Essay yang Baik dan Aturan Penilaian Hasil Tes Essay

Kembali menyajikan tulisan tentang Tes Essay, kali ini blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran akan menguraikan tentang Syarat Soal Essay yang Baik dan Aturan Penilaian Tes Essay. Mari kita simak.

Syarat-Syarat Soal Essay yang Baik

Tentu saja, sebuah soal essay yang nantinya akan menyusun sebuah tes essay harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Ada paling tidak 3 syarat yang harus dipenuhi soal essay yang baik, yaitu: (1) aspek materi soal; (2) aspek konstruksi soal essay; dan (3) aspek bahasa soal. Mari kita bahas satu persatu.

1. Materi Soal Essay

Materi soal yang ujikan harus jelas dan telah dipelajari oleh siswa. Dengan demikian, maka pertanyaan yang diberikan dan juga jawaban yang diminta akan jelas bagi siswa.

2. Konstruksi Soal Essay

Konstruksi soal essay dibuat dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat tanya yang menuntut jawaban atau tanggapan terurai, berupa beberapa kalimat atau paragraf dengan mengandung kata-kata tanya seperti mengapa, deskripsikan, uraikan, dsb. Soal essay yang baik tidak mengandung kata-kata tanya seperti siapa, apa, bilamana, dsb. Soal essay juga harus mengandung petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakannya. Apabila pada soal essay digunakan tambahan penjelasan berupa grafik, gambar, diagram, wacana, dsb, dipastikan harus benar-benar dapat bermakna dan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh soal tersebut.

3. Bahasa Soal Essay

Bahasa yang digunakan untuk membuat soal essay sebagaimana soal jenis lainnya adalah bahasa yang baku, komunikatif, lugas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda atau jamak.

Contoh Soal Essay

Berikut ini diberikan contoh soal-soal essay

Petunjuk Soal:
Jawablah seluruh pertanyaan-pertanyaan berikut pada lembar jawaban yang disediakan!
  1. Mengapa lingkungan perlu dijaga kebersihannya?
  2. Deskripsikan dengan memberikan contoh-contoh dampak negatif produk ternologi yang menggunakan bahan baku tak terbarukan!
  3. Jelaskan upaya-upaya yang menurutmu dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berkurangnya cadangan air tanah!

Aturan Penilaian Hasil Tes Essay 

Untuk melakukan penilaian terhadap jawaban siswa pada hasil tes essay, sebaiknya mengikuti aturan-aturan berikut:

1. Penilaian Berdasarkan Tujuan Pembelajaran yang Diukur

Sebenarnya aturan ini berlaku untuk penulisan soal bentuk apapun, termasuk soal essay. Bilasebuah soal disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, maka tentu saja jawabannya harus dinilai berdasarkan ketajaman uraian siswa mengenai hubungan sebab akibat seperti yang dikehendaki rumusan soal. Faktor-faktor lain seperti tata bahasa dan tulisan seharusnya diabaikan, bila faktor-faktor memang tidak dimasukkan ke dalam faktor yang ingin dinilai.

2. Gunakan Kunci Jawaban untuk Soal Essay Tipe Jawaban Terbatas

Kunci jawaban sebenarnya hanya dapat digunakan untuk soal-soalessay tipe jawaban terbatas. Prosedur yang dapat dilakukan guru untuk ini yaitu pertama-tama menuliskan kunci jawaban masing-masing soal essay dengan jawaban terbatas tersebut, kemudian menentukan nilai atau skor untuk bagian-bagiannya yang ditanyakan dalam soal, misalnya keseuaian contoh, isi, dan pengorganisasian jawaban.

3. Gunakan Metode Peringkat Berkriteria untuk Soal Essay Tipe Jawaban Bebas

Untuk soal essay dengan tipe jawaban bebas, melakukan penilaian lebih sulit. Karena kunci jawaban sulit dibuat, maka si pengoreksi dapat membuat peringkat lembar jawaban dengan cara menilainya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria penentuan kualitas jawaban siswa ditentukan oleh sifat pertanyaan dan tujuan pembelajaran yang ingin diukur pencapaiannya oleh siswa. Misalnya, apabila siswa diminta untuk menguraikan rencana lengkap pembuatan tes hasil belajar, maka kriterianya dapat mencakup: (1) kelengkapan rencana, misalnya rumusan tujuan pembelajaran, tabel spesifikasi, dan contoh soal yang sesuai; (2) kejelasan dan ketepatan uraian setiap langkah yang diajukan; serta (3) ketepatan pengintegrasian bagian-bagiannya.

Pada umumnya kualitas jawaban siswa dapat dibagi menjadi 5 kategori atau peringkat yang diberi tanda 1 sampai 5, disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Dasar penyusunan peringkat kualitas jawaban siswa dapat lebih seragam dengan cara, sebelum menentukan peringkat guru membaca dua kali jawaban siswa. Pada waktu pertama kali menbaca jawaban siswa, guru sudah dapat mengelompokkan peringkat jawaban ke dalam peringkat 1, 2, 3, 4, atau 5. Pada kegiatan membaca yang kedua kali, guru membaca jawaban siswa dalam setiap kelompok peringkat, dan jika diperlukan membetulkan posisi peringkat (kelompok) yang tepat bagi jawaban siswa tersebut. Susah dan melelahkan memang, tetapi sepadan dengan manfaat penggunaan soal essay bentuk jawaban bebas yang sangat bagus untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki siswa.

4. Periksa Semua Jawaban Soal yang Sama, baru Periksa Nomor Soal Berikutnya

Dalam usaha mempertahankan standar penilaian yang seragam, guru harus memeriksa seluruh jawaban terhadap soal yang sama dan bukannya memeriksa semua jawaban yang ditulis oleh seorang siswa dan kemudian berpindah ke lembar jawaban siswa yang lain. Periksalah dahulu jawaban soal nomor 1 dari seluruh lembar jawaban. Setelah selesai baru berpindah ke soal nomor 2, dan seterusnya. Dengan menilai semua jawaban siswa pada soal yang sama terlebih dahulu, maka penilaian guru terhadap setiap soal terpisah dari soal lainnya.

5. Tutupi Identitas Siswa

Mengabaikan identitas penulis jawaban (siswa) sangat penting saat melakukan penilaian atau koreksi lembar jawaban soal essay. Penilaian harus didasarkan pada jawaban bukan sang penulis jawaban. Seringkali ditemukan guru terpengaruh oleh nama penulis jawaban. Karena itu, sangat baik, sebelum lembar jawaban dikoreksi, tutuplah dahulu identitas siswa yang tertera pada lembar jawaban agar tidak mempengaruhi hasil penilaian.

6. Bila Mungkin Menggunakan Dua Penilai atau Lebih 

Cara paling baik untuk menelaah reliabilitas hasil tes ialah dengan cara mempersilakan seorang penilai lainnya untuk kembali melakukan koreksi. Meskipun pada praktiknya cara ini sulit sekali dilakukan, pada saat-saat tertentu ada baiknya dilakukan oleh sesama kolega yang profesional. Praktek semacam ini sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan yang penting, misalnya menentukan siapa siswa terbaik, atau pemberian penghargaan sejenis lainnya.

Baca juga tulisan terkait Soal Essay dan Tes Essay, yaitu:

Demikian uraian mengenai Syarat-Syarat Soal Essay yang Baik serta Aturan-Aturan Penilaian Hasil Tes Essay dari blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Aturan Penulisan Soal Essay

Serial tulisan tentang Tes Essay di blog Penelitian Tindakan Kelas masih akan kita lanjutkan. Kali ini kita membahas Bagaimana Aturan Penulisan Soal Essay untuk Menyusun Tes Essay. Mari disimak.

Aturan Penulisan Soal Essay

Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam menulis soal-soal berbentuk essay. Hal ini penting untuk diketahui agar soal essay yang dibuat oleh guru nantinya jelas, tidak memiliki makna jamak (ganda). Untuk dapat membuat soal essay yang baik guru harus  memperhatikan aturan-aturan berikut:

Soal Essay Digunakan untuk Mengukur Tujuan Belajar yang Kompleks

Jangan sekali-kali menggunakan soal essay untuk tujuan pembelajaran tingkat pengetahuan (C1), karena tentu akan tidak cocok. Sementara itu untuk tujuan pembelajaran tingkat pemahaman (C2), penerapan/aplikasi (C3), dan analisis (C4), pengukurannya dapat dilakukan baik dengan menggunakan tes obyektif maupun tes essay. Meskipun demikian penggunaan tes obyektif harus lebih diutamakan. Soal essay sebaiknya baru diterapkan apabila siswa dituntut untuk memberikan penjelasan atau alasan, menyatakan jenis hubungan, menguraikan data dan merumuskan kesimpulan. Apabila tujuan pokoknya adalah untuk meminta siswa merumuskan sendiri jawabannya maka sebaiknyalah digunakan soal essay dengan jawaban terbatas.

Soal obyektif dan soal essay dengan jawaban terbatas sebenarnya kurang bermanfaat bila digunakan untuk mengukur kemampuan siswa melakukan sintesis (C5) dan mengevaluasi (C6). Untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada tingkatan sintesis dan evaluasi sebaiknya digunakan soal jenis dengan jawaban bebas. (Lihat tulisan sebelumnya tentang 2 macam soal essay).

Hubungan Selangsung antara Pertanyaan dengan Tujuan Pembelajaran yang Diukur

Soal esaay tidak akan dapat mengukur tujuan pembelajaran yang kompleks bila soal itu tidak betul-betul dirumuskan untuk kepentingan tersebut. Setiap soal essay yang dibuat guru harus ditujukan untuk mengukur satu tujuan pembelajaran atau lebih. Karena itulah, sama juga dengan bentuk soal yang lain, soal essay dalam pembuatannya harus didahului oleh penentuan tujuan pembelajaran yang berikutnya dijadikan dasar penyusunan soal essay.

Umumnya soal essay dengan jawaban bebas (soal essay tipe kedua), digunakan untuk mengukur sejumlah sasaran belajar. Hal ini jugalah yang membuat relatif sulitnya menyusun soal essay tipe ini. Rumusan soal yang terlalu rinci cenderung akan membatasi kebebasan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Cara yang mungkin dapat digunakan untuk menghindari masalah ini adalah dengan memberikan kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi hasil tes. Misalnya, jawaban anda akan dinilai dari  sisi kedalamannya, relevansi argumentasi, kesesuaian contoh-contoh yang diberikan, dan kerapian organisasi penulisan jawaban. 

Tugas-Tugas Siswa Dirumuskan Secara Jelas dalam Soal

Menyusun soal essay yang dapat dipahami siswa dengan baik relatif sukar. Agar tugas-tugas yang diminta kepada siswa menjadi jelas, guru dalam menyusun soal essay harus memperhatikan pemilihan kata, rumusan kalimat dan anak kalimat dengan hati-hati. Jangan menggunakan kata-kata seperti apakah, siapa, kapan, sebutkan, dan tuliskan. Kata-kata tersebut dapat membuat pembatasan pada jawaban siswa, padahal guru menghendaki jawaban yang bebas. Tujuan pembelajaran yang kompleks (berpikir tingkat tinggi) umumnya dapat dimulai pertanyaannya dengan kata-kata seperti mengapa, jelaskan, uraikan, bandingkan, hubungkan, interpretasikan, nilailah, dan kata-kata lain yang sejenis.

Ada suatu cara yang cukup baik digunakan untuk mengecek kejelasan rumusan soal essay dengan jawaban bebas yang dibuat guru, yaitu dengan mencoba untuk menuliskan jawabannya. Melalui cara ini maka guru akan dapat menemukan rumusan yang kurang tepat atau mungkin bermakna jamak (ganda), dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk berpikir dan menulis jawaban. Guru dapat pula meminta bantuan teman guru lainnya untuk mengecek soal essay yang dibuat untuk meningkatkan kualitasnya.

Jangan Menyediakan Pilihan Pertanyaan

Seringkali ditemukan di lapangan guru menyediakan pilihan pertanyaan essay yang dapat dijawab. Hal yang benar adalah sebaiknya semua siswa diharuskan menjawab semua soal yang diberikan, sehingga tidak akan meimbulkan kesulitan bagi guru untuk mengevaluasinya. Apabila guru menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipilih untuk dijawab maka siswa tentu saja akan memilih pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjawabnya. Akibatnya hasil tes tidak representatif untuk menggambarkan kemampuan siswa secara lengkap.Walaupun demikian, ada kalanya dapat disediakan pilihan soal, misalnya apabila soal essay hanya digunakan untuk mengukur keterampilan menulis, kreativitas, atau hasil tugas individual. Untuk inipun, pilihan soal tetap harus lebih hati-hati dirumuskan.

Memberi Waktu yang Cukup

Untuk menjawab soal-soal essay yang notabene digunakan guru untuk mengukur keterampilan-keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka siswa perlu diberikan waktu yang cukup untuk berpikir dan menuliskan jawabannya. Batas waktu mengejakan soal tentu selalu ada. Biasanya ada kecendrungan yang kurang baik di lapangan, yaitu guru memberikan banyak soal essay dengan waktu yang tidak mencukupi. Hal ini tentu tidak baik karena siswa tidak mempunyai cukup waktu untuk berpikir, begitupun waktu untuk menuliskan jawaban mereka. Solusi terbaik untuk membuat cakupan materi pembelajaran yang lebih luas adalah dengan memberikan sedikit soal essay, akan tetapi dilakukan lebih sering (banyak), sehingga tes essay yang dilakukan guru dapat lebih representatif. Siswa dapat diefektifkan dalam memanfaatkan waktu dengan cara diberikan batasan waktu untuk pengerjaan setiap butir soal, atau dapat juga dengan memberikan batasan jumlah halaman jawaban.

Tulisan sebelumnya tentang tes essay yang mungkin juga ingin anda baca:

Demikian tulisan berseri tentang Tes Essay yang berjudul Aturan Penulisan Soal Essay dari blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Monday, July 15, 2013

2 Macam Bentuk Soal Essay

Masih melanjutkan seri tulisan tentang tes essay, kali ini blog kesayangan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran akan mengulas tentang 2 macam bentuk soal essay yang biasa digunakan dalam menyusun tes essay. Mari kita simak.

Macam-Macam Bentuk Soal Essay

Jawaban terhadap soal essay mempunyai tingkatan kebebasan menjawab yang bervariasi. Siswa dapat dituntut untuk menjawab secara singkat dan tepat, atau dapat pula diberikan suatu kebebasan untuk merumuskan jawabannyasendiri. Nah, berdasarkan jawaban  soal yang dituntut kepada siswa yang mengerjakan tes essay ini, maka soal-soal yang menyusun tes essay dapat dibedakan paling tidak menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Soal Essay dengan Jawaban Terbatas

Soal essay jenis pertama, yaitu soal essay dengan jawaban terbatas. Soal essay jenis ini sangat menekankan pada batas jumlah jawaban yang diberikan siswa. Soal essay dengan jawaban terbatas biasanya mengandung permasalahan yang terbatas dan jawabannya sudah ditentukan spesifikasinya. Kata-kata kerja operasional yang digunakan dalam soal ini merupakan ciri khas yang membuat kita dapat dengan mudah membedakannya dari tipe soal essay yang kedua (soal essay dengan jawaban bebas), yaitu adanya penggunaan kata seperti: definisikan, sebutkan, berilah alasan singkat. Selain itu batasan mengenai ruang lingkup jawaban dapat pula disertakan pada petunjuk mengerjakan soal.

Contoh Soal Essay dengan Jawaban Terbatas

Berikut ini beberapa contoh yang dapat diberikan untuk mempermudah kita mengenali tipe soal essay dengan jawaban terbatas:
  1. Uraikanlah manfaat soal pilihan ganda dan soal essay untuk dapat mengukur tujuan pembelajaran yang tergolong ke dalam kategori pemahaman (C2), jawaban tidak boleh lebih dari halaman yang tersedia!
  2. Pak Modin ingin mengukur kemampuan siswanya dalam menginterpretasi data secara tertulis
  • Uraikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Pak Modin!
  • Beri alasan untuk menunjang pentingnya langkah-langkah tersebut!
Ada sisi positif dan negatif penerapan pembatasan jawaban soal essay baik dalam hal bentuk jawaban maupun ruang lingkup seperti kedua contoh soal di atas. Sisi positifnya adalah, soal seperti ini dapat dirumuskan dengan lebih mudah, dapat dikaitkan secara langsung dengan tujuan pembelajaran, dan mudah dalam melakukan penskoran (koreksi). Sementara itu, sisi negatifnya adalah guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan, menyusun, mengemukakan pendapatnya sendiri. Sisi negatif yang demikian menjadikan soal essay tipe jawaban terbatas hanya dapat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran kategori pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4), dan kurang sesuai untuk mengukur tujuan pembelajaran kategori sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

2. Soal Essay dengan Jawaban Bebas 

Adapun jenis soal essay yang menyusun tes essay yang kedua adalah soal essay dengan jawaban bebas. Soal essay dengan jawaban bebas akan memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk merumuskan sendiri jawabannya. Walaupun demikian, soal essay dengan jawaban bebas seringkali juga masih tetap diberi batasan-batasan tertentu, seperti lama waktu mengerjakan soal dan jumlah halaman jawaban. Batasan terhadap bentuk jawaban dan isi dibuat seminimal mungkin. Pada prinsipnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam melakukan sintesis dan evaluasi. Pengontrolan atau pembatasan hanya terbatas pada upaya agar soal essay yang bersangkutan dapat mengungkapkan keterampilan kognitif yang dikehendaki.

Contoh Soal Essay Kategori Sintesis (C5) dengan Jawaban Bebas

Untuk mata pelajaran yang akan anda ajarkan, susunlah rencana yang lengkap untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Cantumkan prosedur yang akan anda ikuti, soal yang akan anda gunakan dan alasan pemilihannya!

Contoh Soal Essay Kategori Evaluasi (C6) dengan Jawaban Bebas

Siswa diberikan tes hasil belajar yang lengkap termasuk kesalahan-kesalahan dalam petunjuk soalnya, pada soal-soalnya, dan pada urutan soalnya. Kemudian kepada siswa diberikan tugas sebagai berikut: Tuliskan penilaian yang kritis terhadap tes ini berdasarkan kriteria evaluasi, aturan dan patokan untuk membuat soal yang yang tercantum pada buku anda. Tuliskan pula secara rinci analisis terhadap kelemahan dan kebaikan tes, serta evaluasi terhadap kualitas dan kemungkinan keefektifannya!

Soal essay dengan jawaban bebas (soal essay jenis kedua) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara kreatif melakukan pengintegrasian ide, melakukan evaluasi secara menyeluruh, dan mendekati masalah dengan penggunaan problem solving. Tujuan pembelajaran semacam ini tentu saja tidak dapat diukur dengan bentuk-bentuk soal yang lain. Tetapi seringkali muncul masalah tentang bagaimana melakukan koreksi (penskoran jawaban) agar diperoleh angka yang reliabilitasnya tinggi. Tugas ini tentu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Walaupun demikian, mengingat pentingnya kategori tujuan pembelajaran sintesis (C5) dan evaluasi (C6), tentu tugas yang berat tersebut banyak imbalannya.

Tulisan sebelumnya yang mungkin berkaitan dengan Tes Essay:
Perbedaan Tes Obyektif dengan Tes Essay
15 Petunjuk Guru Saat Mempersiapkan Tes
Karakteristik Tes Essay

Demikian tulisan tentang 2 jenis soal tes essay dari blog kesayangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), semoga bermanfaat untuk kita semua. 

Karakteristik Tes Essay

Setelah beberapa waktu lalu blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran menayangkan tulisan tentang Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Essay, serta 15 Petunjuk untuk Guru Saat Mempersiapkan Tes, maka berikut akan diulas secara lebih mendalam mengenai Karakteristik Tes Essay. Mari kita simak.

Karakteristik Tes Essay

Tes essay merupakan salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan (item soal) berbentuk essay, yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawab secara individual berdasarkan pendapatnya sendiri. Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tes essay siswa dapat saja memiliki jawaban yang berbeda dengan siswa lainnya, dan boleh jadi jawaban mereka yang berbeda itu sama-sama benar.

Dalam memberikan penskoran terhadap jawaban-jawaban yang diberikan siswa, guru melakukannya secara subyektif melalui pertimbangan-pertimbangan. Hal ini tentu berbeda dengan tes obyektif yang membutuhkan jawaban singkat dari siswa.

Tes essay sering dianggap kurang reliabel dan valid dibanding tes obyektif. Tetapi banyak pula pakar di bidang pendidikan berpendapat bahwa tes essay sangat bagus dan penting karena lebih memperhatikan kemampuan dan kualitas berpikir siswa.

Persamaan Tes Essay dengan Tes Obyektif

Menurut pendapat Ebel dalam Hamalik (2001), selain memiliki beberapa perbedaan dengan tes obyektif, tes essay juga memiliki persamaan, yaitu:
  1. Baik tes essay maupun tes obyektif dapat digunakan untuk mengukur hampir semua jenis tujuan pembelajaran yang penting yang dapat diukur oleh paper and pencil test (tes tertulis).
  2. Sebenarnya, baik tes essay maupun tes obyektif, sama-sama melibatkan penggunaan pertimbangan subyektif.
  3. Kedua jenis tes, obyektif dan esaay, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendorong siswa agar mempelajari konsep, prinsip dan problem solving (pemecahan masalah).
  4. Kedua jenis tes (essay dan obyektif), memberikan skor yang memiliki nilai yang bergantung pada obyektivitas dan reliabelitas.

Kapan Tes Essay Digunakan?

Setiap tes mempunyai kondisi tertentu dimana ia dapat digunakan, demikian juga dengan tes essay. Adapun untuk tes essay, dapat digunakan guru pada kondisi-kondisi berikut:
  1. Jumlah siswa yang dites sedikit (kelompok kecil), dan tes tersebut tidak akan dipakai lagi pada tes berikutnya.
  2. Guru ingin mengerjakan semua yang dapat kerjakannya untuk mendorong dan memberikan ganjaran pada perkembangan keterampilan siswa melalui pertanyaan tertulis.
  3. Guru cenderung lebih berminat untuk mengukur sikap siswa daripada prestasinya.
  4. Guru lebih yakin terhadap penguasaannya selaku pembaca kritis daripada sebagai penulis imaginatif mengenai bagaimana membuat item-item tes yang baik.
  5. Waktu yang dimiliki guru terbatas untuk mempersiapkan tes dibanding waktu yang tersedia untuk membuat tes obyektif.

Tujuan-Tujuan Penggunaan Tes Essay

Berikut ini beberapa jenis tujuan penggunaan tes essay (sebenarnya juga berlaku untuk tujuan-tujuan penggunaan tes obyektif):
  1. Mengukur prestasi pendidikan yang telah dimilki siswa yang penting dan dapat diukur melalui tes tertulis.
  2. Memahami kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan prinsip-prinsip.
  3. Menguji kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking).
  4. Menguji kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving).
  5. Menguji kemampuan memilah-milah fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sesuai kemudian mengitegrasikannya untuk pemecahan masalah-masalah kompleks.
  6. Mendorong siswa untuk mempelajari command of knowledge.

Kelemahan Tes Essay

Paling tidak ada 3 kelemahan tes essay, yaitu ditinjau dari faktor: (1) reliabilitas; (2) validitas; (3) daya guna. Berikut penjelasannya masing-masing.

Reliabilitas Tes Essay

Masalah penting yang dimiliki tes essay adalah kurang konsistennya pertimbangan penskoran oleh penilai. Pertimbangan penskoran jawaban siswa seringkali dipengaruhi oleh siapa yang membaca (melakukan penskoran) dan kapan penskoran dilakukan.

Validitas Tes Essay

Validitas hasil tes essay menjadi diragukan ketika ada hallo effect. Ada suatu kecendrungan dalam melakukan penilaian karakteristik seseorang, penilai dipengaruhi oleh karakteristik lainnya, atau oleh kesan umum yang dimiliki penilai terhadap siswa yang sedang dinilainya. Keadaan ini dapat cukup mempengaruhi pertimbangannya terhadap kualitas orang yang dinilainya.

Daya Guna Tes Essay

Penskoran pada item-item soal tes essay dilakukan satu per satu. Hal ini dapat menimbulkan kesan tentang pengetahuan siswa yang dikenal dengan istilah carry over, sehingga penilaiannya terhadap suatu jawaban atas suatu pertanyaan dipengaruhi oleh jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya. Pengaruh ini dapat diminimalkan dengan penskoran yang dilakukan per item soal secara bertahap untuk seluruh siswa peserta tes.

Kelebihan Tes Essay

Ada beberapa kelebihan tes essay yang sangat patut dijadikan alasan mengapa tes essay baik digunakan di dalam kelas, yaitu:

Tes Essay Lebih Mudah Disusun

Walaupun validitas dan reliabilitas tes essay lebih rendah dibanding tes obyektif, tes essay memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan dalam penyusunannya. Penyusunan tes essay tidak banyak menyita waktu guru, terlebih mudah diberikan misalnya cukup dengan didiktekan atau ditulis di papan tulis atau ditayangkan melalui in focus. Berbeda dengan tes obyektif yang memerlukan penggandaan sebelum bisa digunakan dengan baik di dalam kelas. Kendala mengenai validitas dan reliabilitas pun sebenarnya dapat diatasi dengan menyusun tes essay dengan fokus yang jelas, lalu diskor oleh dua orang pembaca (pengoreksi-bila diperlukan), selain itu pedoman penskoran yang baik dapat pula dibuat untuk memudahkan pemberi skor.

Tes Essay Unggul dalam Menguji Kemampuan Berpikir Divergen

Untuk tujuan-tujuan pembelajaran tertentu tes essay memiliki kelebihan dibanding tes obyektif. Misalnya jika tujuan yang diinginkan adalah untuk mengukur kemampuan berpikir divergen, maka tes essay akan mengakomodasinya dengan memberikan siswa kesempatan untuk memberikan jawaban bervariasi dan bebas. Kesempatan memberikan jawaban seperti ini tidak dimiliki oleh tes obyektif seperti tes pilhan ganda.

Demikian ulasan tentang berbagai Karakteristik Tes Essay yang meliputi persamaan tes essay dengan tes obyektif, kapan tes essay baik digunakan, untuk tujuan-tujuan apa tes essay digunakan, serta kelebihan dan kelemahan tes essay dari blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Sunday, July 14, 2013

Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Essay

Beberapa Perbedaan Tes Obyektif dengan Tes Essay

Beberapa waktu yang lalu kita telah mempublikasikan 15 Petunjuk yang Harus Diperhatikan Guru Saat Merancang Tes. Kali ini Blog kesayangan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran akan menyajikan tulisan tentang Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Essay. Mari disimak.

Berikut ini disajikan perbdaan-perbedaan antara tes obyektif dengan tes essay:
  1. Tes obyektif menuntut siswa untuk memilih dua atau lebih alternatif jawaban, sementara tes essay menuntut siswa untuk merencanakan sendiri jawaban mereka kemudian menyatakannya dengan kata-kata mereka sendiri.
  2. Secara taksonomi hasil belajar, tes obyektif baik untuk mengukur hasil belajar tingkat pengetahuan (C1),  pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4), dan tidak cocok untuk mengukur tingkat sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Sementara tes essay tidak efisien digunakan untuk mengukur pengetahuan (C1), baik untuk mengukur pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4), serta sangat baik untuk mengukur hasil belajar kognitif untuk sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
  3. Tes obyektif seringkali terdiri dari banyak pertanyaan yang spesifik yang hanya menghendaki jawaban berupa garis besarnya saja, berbeda dengan tes essay yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang lebih umum dan mengundang jawaban-jawaban secara luas dan mendalam.
  4. Tes obyektif yang terdiri dari banyak pertanyaan-pertanyaan (item soal), maka dapat mewakili bahan pembelajaran yang lebih luas, sementara itu tes essay karena menggunakan jumlah pertanyaan yang lebih sedikit maka hanya mencakup sedikit bahan pembelajaran.
  5. Saat menjawab tes obyektif siswa lebih banyak menggunakan waktu yang disediakan untuk membaca dan berpikir, sedangkan pada tes essay, siswa lebih banyak menggunakan waktunya untuk berpikir dan menulis.
  6. Pembuatan tes objektif lebih sulit dinading membuat tes essay, walaupun sebenarnya ini tetap bersifat relatif.
  7. Kualitas tes objektif lebih banyak ditentukan oleh keterampilan penyusun tes, sementara untuk tes essay, kualitas tes lebih banyak ditentukan oleh keterampilan membaca.
  8. Jawaban siswa pada tes obyektif lebih mudah dilakukan penskorannya, bersifat sangat obyektif, sederhana. Sedangkan penskoran tes essay jauh lebih sulit, lebih subyektif.
  9. Tes obyektif memberikan kesempatan yang luas kepada penyusun soal untuk menunjukkan pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya, tetapi membatasi siswa untuk berkreasi. Sedangkan pada tes essay, siswa memiliki kebebasan untuk menyatakan jawabannya secara individual dan guru (pemberi skor) bebas memberikan skornya secara preferensial dengan mengacu pada pedoman penskoran.
  10. Pada tes obyektif, distribusi skor ditentukan oleh tes sedangkan pada tes esaay distribusi skor ditentukan oleh pemberi nilai.
  11. Secara tidak langsung, untuk tes obyektif guru memberikan kemungkinan kepada siswa untuk bermain tebakan (guessing), sedangkan untuk tes essay, secara tidak langsung guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan bluffing.
  12. Tes obyektif dapat mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan menganalisis ide-ide orang lain. Sementara itu tes essay mendorong siswa untuk mengorganisasi dan mengintegrasikan ide-idenya sendiri ke dalam jawaban.
Demikian tulisan tentang Perbedaan Tes Obyektif dan Tes Essay dari blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...