Tuesday, July 31, 2012

Contoh Proposal PTK : Model Pembelajaran 5E

Contoh Proposal PTK SMP

Tulisan sebelumnya di blog sederhana http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini membahas tentang apa itu model pembelajaran 5E atau yang dikenal juga dengan siklus belajar 5E. Pada tulisan yang bertajuk Model Pembelajaran 5E itu telah dibahas pula betapa model pembelajaran ini cocok dengan Standar Proses pembelajaran: EEK (Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena ketiga langkah itu teercakup pula di dalam model pembelajaran ini. Pada tulisan itu disebutkan juga beberapa kelebihan plus kekurangan dari model pembelajaran 5E (siklus belajar 5E) ini.

Proposal PTK dengan Strategi Memory Cycle

Pada tulisan kali ini, kami berupaya memberikan contoh proposal penelitian tindakan kelas (proposal ptk) yang mengusung model pembelajaran 5E ini sebagai alternatif pemecahan masalah dan menjadi dasar dilakukannya action (tindakan) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Contoh proposal PTK yang dimaksud di atas dapat di download pada situs ziddu dengan mangklik tautan berikut ini: Contoh Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang Menggunakan Model Pembelajaran 5E.

Demikian, semoga posting kali ini bermanfaat buat anda. Salam penelitian tindakan kelas.

Model Pembelajaran 5E

Model Pembelajaran 5E

Bila pada pembelajaran di kelas anda siswa tampak kurang termotivasi dan anda ingin melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran agar tercipta sikap ilmiah pada diri mereka, maka tidak ada salahnya jika anda mencoba menggunakan model pembelajaran 5E. Melalui model pembelajaran 5E ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat lebih bermakna  bagi siswa.
model pembelajaran 5E
Model pembelajaran 5E
Nah, sebelum mencoba menggunakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan standar proses pembelajaran yang diamanahkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu harus memuat langkah EEK (Eksplorasi, Elaborasi,dan Konfirmasi), maka akan ada baiknya jika kita cermati terlebih dahulu sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini termasuk ke dalam kelompok siklus belajar (learning cycle),yang diberi nama berdasarkan singkatan dari huruf-huruf awal sintaks (langkah) pembelajaran.

Langkah-Langkah (Fase-Fase) Model Pembelajaran 5E

Menurut Bybee (2006), fase-fase dalam model siklus belajar 5E adalah sebagai berikut:
    1. Engagement (Persiapan). Pada fase ini guru mengasses pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dan membantu mereka untuk tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk memicu rasa ingin tahu. Kegiatan yang dilakukan harus menghubungkan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar yang akan dilakukan, mengekspos konsepsi awal yang telah dimiliki siswa, dan mengorganisasikan pemikiran siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
    2. Exploration (eksplorasi). Pada fase exploration (eksplorasi) siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi. Siswa dapat menyelesaikan kegiatan laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
    3. Explanation (penjelasan).Fase explanation (penjelasan) memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar mereka pada fase engagement (persiapan) dan exploration (eksplorasi) dan menyediakan kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-konsep, keterampilan-keterampilan proses sains, atau tingkah laku tertentu. Fase ini juga menyediakan kesempatan kepada guru untuk secara langsung menyampaikan konsep-konsep, proses-proses, atau keterampilan- keterampilan. Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase ini.
    4. Elaboration (elaborasi).Pada fase elaboration (elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan siswa. Melalui pengalaman-pengalaman belajar yang baru siswa membangun pemahaman yang lebih dalam dan luas, memperoleh informasi-informasi, dan keterampilan-keterampilan. Siswa mengaplikasikan pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan.
    5. Evaluation (evaluasi).Pada fase terakhir dari model siklus belajar 5E ini, yaitu fase evaluation (evaluasi), siswa berupaya mengasses pemahaman dan kemampuan mereka. Selain itu pada fase ini guru juga mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Kelebihan Model Pembelajaran 5E

    Menurut Wibowo (2010), penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan  sebagai berikut:
    1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
    2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
    3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna

    Kekurangan Model Pembelajaran 5E

    Adapun kekurangan penerapan model siklus belajar yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut:
    1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
    2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
    3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
    4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. 
    Contoh proposal PTK model pembelajaran 5E

    Monday, July 30, 2012

    Contoh Lembar Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa dalam Pembelajaran

    Contoh Lembar Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa untuk PTK

    Saat kegiatan MGMP di tempat saya beberapa hari yang lalu, ada seorang guru yang punya ide untuk meneliti melalui penelitian tindakan kelas (PTK) berkaitan dengan pertanyaan siswa. Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan salah satu indikatornya adalah adanya peningkatan frekuensi, penyebaran, dan kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

    Ketika sampai ke rumah dan ada waktu senggang, saya kepikiran bahwa ide penelitian tindakan kelas beliau itu bagus juga. Suatu pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat salah satunya dari aspek pertanyaan yang dilontarkan siswa selama pembelajaran. Makin banyak siswa bertanya dapat diasumsikan makin aktif pembelajaran itu, pun bila siswa yang bertanya menyebar (tidak siswa yang itu-itu saja yang bertanya), juga kualitas pertanyaan itu sendiri apakah berada pada level c1 saja, ataukah pada level yang lebih tinggi.

    Seandainya saya akan menggali data, sebagaimana yang kawan guru di MGMP tadi inginkan, maka saya akan menggunakan lembar observasi yang kira-kira dapat efektif menjaring semua data yang dibutuhkan tersebut. Setelah dirancang-rancang, akhirnya saya menemukan format seperti di bawah ini. Sebagai catatan, lembar observasi/pengamatan frekuensi, penyebaran, dan kualitas pertanyaan yang saya buat ini hanya contoh saja. Mungkin anda dapat merancang lembar observasi pertanyaan siswa yang lebih baik.



    contoh lembar observasi ptk
    hal 1

    contoh lembar observasi ptk
    hal 2
    Silakan klik di link berikut: Lembar Pengamatan/Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas Pertanyaan Siswa untuk mendownload filenya dari ziddu. Anda juga dapat mengklik gambar untuk memperbesar ukuran, untuk sekilas melihat tampilan lembar observasi tersebut dalam format jpeg. Semoga bermanfaat.

    Sunday, July 29, 2012

    Menentukan Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

    Bagaimana Cara menentukan strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran?

    Kegiatan guru saat merancang pembelajaran amatlah krusial. Salah satu bagian dari kegiatan merancang pembelajaran ini adalah menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Apabila guru memilih pendekatan, metode, strategi, dan teknik yang tidak tepat dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Sementara bila guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan baik, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran yang akan dilakukannya kemungkinan besar akan berjalan efektif.

    Nah, untuk menentukan atau memilih pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sesuai, maka guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal, seperti:

    • Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. 

    Tidak semua pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran seringkali punya kompatibilitas tertentu dengan tujuan pembelajaran tertentu. Taruh contoh mudah, bila tujuan pembelajaran adalah: Siswa dapat merakit sebuah PC, maka metode ceramah atau diskusi tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran ini, sebaliknya mungkin metode pembelajaran aktif akan berhasil.

    • Kesesuaian pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran dengan materi pembelajaran

      Sudah barang tentu materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sangat mempengaruhi pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Ada materi-materi yang hanya cocok diberikan melalui pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran tertentu dan tidak cocok jika diberikan melalui pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang lainnya. Misalnya jika materi pembelajaran berupa fakta maka ceramah dapat dipilih dan berfungsi dengan baik. Sedangkan materi seperti pengetahuan prosedural seperti langkah-langkah membuat kue donat cocok diberikan dengan pembelajaran langsung.
    •  Ketersediaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.

    Beberapa pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran mungkin sangat ideal untuk dipilih, tetapi sebelum benar-benar memilihnya, guru kembali harus memperhatikan ketersedian media pembelajaran, alat, bahan, dan sumber belajar. Apakah guru dapat melaksanakan suatu pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran bila alat, bahan, sumber, dan media yang diperlukan tidak tersedia?

    • Kemampuan Siswa.

    Dalam menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran tertentu, seringkali guru juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Ada pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang mudah untuk diterapkan pada berbagai kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas siswa. Tetapi adapula pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sulit diterapkan pada siswa di kemampuan/jenjang pendidikan/tingkat/kelas tertentu. Contohnya: di suatu sekolah yang sering melakukan kegiatan laboratorium, metode inkuiri atau penemuan terbimbing mungkin dapat dengan mudah dilaksanakan, tetapi pada sekolah tertentu yang sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan di laboratorium dan berlatih keterampilan proses sains, maka metode inkuiri dan penemuan terbimbing mungkin akan sulit dilaksanakan.

    • Gaya belajar siswa.

    Setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing yang mungkin berbeda satu sama lain. Oleh karena itu guru harus mempertimbangkan hal ini agar pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang dipilihnya dapat mengakomodasi semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

    • Ketersediaan waktu.

    Kadangkala waktu adalah faktor pembatas yang sangat penting dalam pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran kadangkala dalam penerapannya memerlukan waktu yang banyak, sementara pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang lain hanya membutuhkan sedikit waktu.

    • Jaminan adanya variasi.

    Guru juga harus mempertimbangan bahwa ada jaminan variasi dalam penggunaan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bosan dan mengakomodasi berbagai gaya belajar dan jenis kecerdasan yang dimiliki siswa.

    • Jaminan adanya interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.

    Interaksi antar anggota kelas, dalam hal ini antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan interaksi sesama siswa dalam pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Semakin banyak interaksi yang terjadi, dan berlangsung dari berbagai arah, maka akan semakin besar proses pembelajaran yang terjadi pada siswa. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek ini saat menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang akan digunakannya.


    Selain itu untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran yang dilaksanakannya, ada baiknya guru rajin untuk membaca berbagai literatur terkait berbagai pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sedang berkembang dan banyak digunakan dewasa ini.

    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum di Sekolah

    Apa yang dimaksud dengan kurikulum? Prinsip-prinsip apa yang harus dipenuhi saat seorang pendidik mengembangkan kurikulum? Nah, untuk menjawab kedua pertanyaan ini, marilah kita ikuti uraian dari blog ptk dan model pembelajaran berikut ini.

    Pengertian Kurikulum

    Apakah yang dimaksud dengan kurikulum?
    Kurikulum, menurut Tyler (1945) dapat didefinisikan dengan menjawab ke-4 pertanyaan berikut ini:
    1. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai di sekolah?
    2. Pengalaman pendidikan apakah yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut?
    3. Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat dikelola secara efektif?
    4. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan pendidikan ini telah dicapai?

    Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

    Kemudian, dengan demikian maka langkah-langkah pengembangan kurikulum akan meliputi:
    1. merumuskan tujuan pendidikan.
    2. menyusun pengalaman belajar.
    3. mengelola pengalaman belajar.
    4. menilai pembelajaran.

    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

    Berikutnya marilah kita beranjak kepada prinsip-prinsip yang tetap harus selalu dipegang oleh para praktisi pendidikan (misal guru) dalam mengembangkan kurikulum.

    Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

    Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:
    • Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

    Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
    • Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

    pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
    • Prinsip Efisiensidan Efektifitas.

    Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.

    • Prinsip Fleksibilitas

    Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
    • Prinsip Kontiunitas

    Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
    • Prinsip Keseimbangan

    Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
    • Prinsip Keterpaduan

    Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
    • Prinsip Mutu

    Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.

    Prinsip Pengembangan Kurikulum Menurut Herry Hermawan

     Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
    1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
    2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
    3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
    4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
    5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.


    Cara Mengetahui Pengetahuan Awal Siswa



    Saya yakin semua guru pasti tahu betul pentingnya kemampuan awal siswa dalam proses pembelajaran. Bila guru memolakan dan mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti suatu pembelajaran, maka tentunya apa-apa yang akan dilakukan guru saat memfasilitasi proses pembelajaran itu akan menjadi lebih efisien.

    Strategi atau Cara yang Dapat Digunakan Untuk Mengetahui Kemampuan Awal Siswa

    Ada beberapa strategi/cara yang dapat guru lakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, misalnya:
    1. Asesmen Kemampuan Awal Siswa Berbasis Kinerja /Asesmen pengetahuan awal siswa
    2. Asesmen Kemampuan Awal Mandiri (Self Assessment) /Asesmen pengatahuan awal mandiri
    3. Peta Konsep / Concept map
    Berikut penjelasan masing-masing cara tersebut:

    Asesmen Kemampuan Awal Siswa Berbasis Kinerja 

    Cara paling reliabel dalam melakukan asesmen ini adalah dengan memberikan sebuah tugas, dapat berupa kuis, atau bentuk lain, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, yang dalam pengerjaan tugas tsb akan memerlukan penggunaan pengetahuan awal yang telah mereka miliki sebelum mengikuti pembelajaran anda. Tentunya, saat merancang kuis atau tugas tersebut, terlebih dahulu guru mengidentifikasi pengetahuan prasyarat atau keterampilan prasyarat apa yang diperlukan untuk pembelajaran yang akan dilakukan.

    Asesmen Kemampuan Awal Mandiri (Self Assessment) 

    Untuk melakukan cara yang kedua ini, guru dapat membuat sebuah angket singkat untuk evaluasi mandiri (evaluasi diri) setiap peserta didik yang akan mengikuti pembelajaran. Cara ini sebenarnya relatif mudah dilakukan, karena angket yang dibuat sederhana saja. Berikut contoh angket untuk asesmen kemampuan awal mandiri:
    Beberapa Contoh Angket Sederhana Untuk Mengetahui Kemampuan Awal Siswa
    Contoh 1
    Seberapa luas pengetahuanmu tentang fotosintesis:
    1. Saya belum pernah mendengar istilah itu.
    2. Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi dan apa tujuannya.
    3. Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi, tujuannya, reaksi kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
    4. Saya pernah melakukan percobaan mengenai fotosisntesis dan memahami dengan baik pada organisme apa fotosintesis terjadi, tujuannya, reaksi kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
    Contoh 2 Seberapa akrab kamu dengan "Uji-T"?
    1. Apa ya? Saya belum pernah mendengar tentang "Uji-T"
    2. Pernah mendengar, tapi tidak tahu sama sekali apa itu "Uji-T"
    3. Sedikit sekali yang saya tahu tentang "Uji-T", pemahaman saya tidak begitu jelas tentang itu.
    4. Saya tahu apa itu "Uji-T" dan apa kegunaannya.
    5. Saya tahu apa itu "Uji-T', kapan harus digunakan, dan bagaimana menggunakannya.
    Contoh 3 Seberapa dalam pengetahuanmu tentang photoshop?
    1. Saya tak pernah menggunakannya, pernah mencoba tapi tak tahu harus bagaimana caranya.
    2. Saya dapat melakukan pengeditan sederhana dengan menggunakan photoshop.
    3. Saya dapat memanipulasi gambar dan membuat efek-efek yang saya inginkan dengan menggunakan photoshop.
    4. Saya dapat membuat gambar-gambar dengan efek-efek yang saya ingin dengan mudahnya bila menggunakan photoshop.

    Peta Konsep

    Ternyata peta konsep dapat dijadikan alat untuk mengecek pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Caranya, tuliskan sebuah kata kunci utama tentang topik yang akan dipelajari hari itu di tengah-tengah papan tulis. Misalnya "Fotosintesis". Berikutnya guru meminta siswa menyebutkan atau menuliskan konsep-konsep yang relevan (berhubungan) dengan konsep fotosintesis dan membuat hubungan antara konsep fotosintesis dengan konsep yang disebut (ditulisnya) tadi. Seberapa pengetahuan awal yang dimiliki siswa dapat terlihat sewaktu mereka bersama-sama membuat peta konsep di papan tulis. Cara lain misalnya dengan memberikan sebuah peta konsep yang hanya berisi konsep utama, sementara itu siswa harus mengisi kotak-kotak kosong yang telah disediakan pada peta konsep itu dengan konsep yang relevan.Seberapa banyak kotak kosong pada peta konsep yang tidak lengkap itu dapat diisi oleh siswa, adalah indikasi seberapa pengetahuan awal yang mereka miliki.

    Demikian tulisan tentang cara-cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur atau mengetahui kemampuan awal/pengetahuan awal/prior knowledge siswa dari blog ptk dan model pembelajaran. Semoga bermanfaat.




    Saturday, July 28, 2012

    Memahami Teori Kognitif

    Teori Kognitif Piaget dan Vygotsky

    Tulisan tentang memahami teori belajar kognitif ini dibuat untuk melengkapi tulisan sebelumnya yang berjudul Perbedaan berbagai teori Belajar. Tujuannya adalah agar pemahaman kita (guru) tentang berbagai teori-teori belajar dan perbedaan setiap teori-teori tersebut semakin baik.

    Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang disusun berdasarkan proses-proses berpikir seseorang yang terjadi di belakang peilaku seseorang. Perubahan perilaku seseorang dapat diamatidan digunakan sebagai penanda tentang apa yang terjadi pada pikiran (otak) orang tersebut.

    Tentang Teori Kognitif

    Tokoh-tokoh yang melahirkan teori belajar kognitif adalah Jean Piaget dan Lev Vygotski. Menurut teori belajar ini, semua gagasan dan citraan (image)seseorang diwakili oleh suatu struktur mental yang disebut skema. Struktur mental yang disebut skema ini akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima seseorang dipahami. Ada dua kemungkinan yang terjadi: (1) bila informasi yang diterima sesuai dengan skema yang telah dimiliki, maka informasi itu dapat diterima dan diserap; (2) bila informasi yang diterima tidak sesuai dengan skema yang telah dimiliki, maka hal yang terjadi adalah, informasi tersebut ditolak, atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau bisa juga skema yang telah ada diubah dan disesuaikan dengan informasi tsb.

    Teori belajar kognitif juga menyatakan bahwa proses belajar seseorang melibatkan penggabungan-penggabungan (associations), yang dibagun melalui keterkaitan atau pengulangan. Sehingga para ahli teori belajar kognitif juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement). Mereka menekankan pentingnya pemberian umpan balik (balikan/feedback) kepada tanggapan-tanggapan yang benar dari pebelajar sebagai bentuk pendorong (motivasi).

    Sebenarnya teori kognitif menerima sebagian ide teori belajar behavioristik (perubahan tingkah laku). Walaupun demikian, menurut teori kognitif, belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali skema (struktur kognitif) yang merupakan tempat seseorang memproses dan menyimpan informasi.

    Poin Kunci Teori Kognitif

    Untuk lebih jelas, perhatikan beberapa poin kunci teori belajar kognitif berikut ini:
    • Semua gagasan dan citraan (image) diwakili dalam struktur kognitif yang disebut skema.
    • Jika informasi sesuai dengan skema yang sudah ada, maka informasi akan diterima.
    • Jika informasi tidak sesuai skema yang sudah ada, maka informasi diubah/disesuaikan, atau skema diubah/disesuaikan.
    • Belajar merupakan pelibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif.
    Terima kasih telah membaca artikel Memahami Teori Kognitif dari blog Penelitian Tindakan Kelas. Semoga bermanfaat.

    Perbedaan Berbagai Teori Belajar


    3 Teori Belajar

    Blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kali ini akan menguraikan berbagai perbedaan teori belajar yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Setelah membaca tulisan ini, mudah-mudahan kita semua bisa membedakan berbagai teori belajar dalam pembelajaran. Paling tidak, di dalam dunia pendidikan kita dikenal ada 3 teori belajar yang sangat berpengaruh yaitu:
    • teori belajar behavioristik (teori belajar tingkah laku);
    • teori belajar kognitif;
    • teori belajar konstruktivis (teori belajar konstruktif). 

    Perbedaan ketiga teori belajar


    Perbedaan Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Kognitif, dan Teori Belajar Konstruktivis
    Aspek Behavioristik Kognitif Konstruktivis
    Tokoh Pavlov (1849-1936), Watson (1878-1958), Thorndike (1874-1949), Skinner (1904-1990) Jean Piaget, Lev Vygotski Schuman (1996), Merril (1991), Smorsganbord (1997), Gagne, Bloom, Clark.
    Dasar Pemikiran Perubahan tingkah laku Proses berpikir dibalik tingkah laku Pengetahuan dibangun secara aktif
    Kekuatan Siswa difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis. Contoh: Siswa mampu menjelaskan sifat-sifat zat cair, maka diharapkan siswa mampu menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat zat cair Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih siswa agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten. Contoh: Cara belajar siswa berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat. Siswa diajak untuk memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalaman yang berbeda, supaya mereka lebih mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Contoh: Bila siswa dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, maka siswa akan terlatih untuk menerapkannya dalam situasi yang berbeda (baru).
    Kelemahan Siswa dapat berada dalam situasi di mana rangsangan (stimulus) dari jawaban yang benar tidak tersedia. Contoh: Siswa harus membuang sampah pada tempatnya, tetapi di tempat tersebut tidak tersedia tempat sampah. Siswa belajar suatu cara menyelesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu baik (sesuai). Contoh: Siswa belajar cara menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan perbedaan selera dalam menulis surat. Dalam keadaan dimana kesepakatan sangat diutamakan, pemikiran dan tindakan terbuka dapat menimbulkan masalah. Contoh: Mengikuti aturan sekolah tidak dapat ditawar dan didiskusikan agar peraturannya dibuat berbeda bagi sekelompok siswa tertentu. Mungkin hal itu merupakan gagasan yang konstruktif tetapi akan sulit dilaksanakan.

    Karena ketiga teori belajar tersebut mempunyai kekuatan/kelebihan dan kelemahan masing-masing, maka pemahaman dan penggunaan ketiganya secara tepat akan membuat pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan lebih efektif. Ketiga teori belajar tersebut saling melengkapi.

    Beberapa tulisan yang mungkin juga dapat memperjelas pemahaman tentang perbedaan teori-teori belajar tersebut dapat dibaca di sini:
    Teori Behavioristik:
    Implikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran 
    Plus Minus Teori Behavioristik 

    Teori Kognitif: 
    Memahami Teori Kognitif
    Teori Piaget (Teori Belajar Kognitif)

    Teori Konstruktivis: 
    Sejarah teori Konstruktivis 
    Pembelajaran Konstruktivis 
    Teori Konstruktivis
    Teori Belajar Konstruktivis 

    Referensi:
    Ella Yulaelawati. 2007. Kurikulum dan pembelajaran (Filosofi, Teori, dan Aplikasi). Pakar Jaya. Jakarta.

    Buat Siswa Memahami Bacaan Melalui Pertanyaan Guru

    Guru dan Pertanyaan

    Pertanyaan-pertanyaan guru yang dilontarkan saat siswa sedang belajar atau mempelajari sebuah teks seperti buku paket akan sangat bermanfaat buat mereka. Pertanyaan guru akan membantu mereka agar dapat lebih memahami teks tersebut. Hal ini terjadi karena, dengan diberi pertanyaan maka siswa akan:
    • Memberikan siswa tujuan/acuan dalam membaca.
    • Membuat mereka lebih fokus dan perhatian terhadap pelajaran atau materi pelajaran.
    • Memabntu siswa menjadi aktif secara mental saat mereka sedang membaca.
    • Merangsang siswa untuk selalu belajar memonitor pemahamannya sendiri terhadap bacaan yang sedang digelutinya.
    • Membantu siswa menghubungkan apa yang mereka baca dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya.
    • dsb.
    Untuk mencapai tujuan-tujuan guru melontarkan pertanyaan saat siswa sedang membaca buku atau teks sebagaimana di sebut di atas, maka guru dapat melontarkan pertanyaan dengan level sederhana hingga level yang benar-benar memicu mereka untuk aktif berpikir.

    Beberapa pertanyaan yang dapat dilontarkan oleh guru:

    1. Pertanyaan yang jawabannya langsung tertulis di dalam teks yang sedang dibaca. Jadi untuk menjawab pertanyaan ini, siswa hanya perlu menemukan satu atau beberapa kalimat yang dapat dikutip atau dibaca langsung dari buku atau teks yang ada ditangan mereka.
    2. Pertanyaan yang menuntut mereka untuk berpikir dan mencari. Sebenarnya jenis pertanyaan ini dibuat berdasarkan beberapa fakta yang ada di dalam bacaan. Tetapi biasanya letaknya ada beberapa tempat atau bagian teks, sehingga memerlukan kejelian siswa dalam menemukan dan saling mengubungkannya untuk membuat kalimat sendiri. Hal ini tentu menuntut sedikit pemikiran dari mereka.
    3. Pertanyaan yang meminta siswa menghubungkan apa yang telah mereka baca dengan pengetahuan mereka sebelumnya (pengetahuan awal yang telah mereka miliki). 
    4. Jadi pada prinsipnya, mereka harus terlebih dahulu memahami isi teks atau bacaan, baru kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan awal mereka.
    5. Pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan awal siswa dan pengalaman mereka. Ketika siswa diberi pertanyaan demikian, maka mereka akan berusaha mencari jawaban pada teks yang sebenarnya tidak ada di sana, atau mereka tak akan dapat menjawab pertanyaan itu meskipun mereka memahami teks atau bacaan yang sedang digeluti.Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa sebenarnya hanya perlu mengungkapkan pengalamannya dan pengetahuan yang telah mereka miliki.  
    Demikian artikel tentang Cara Membuat Siswa Memahami Bacaan Melalui Pertanyaan dari blog ptk dan model pembelajaran, semoga manfaat.

    (referensi: readingrocket.org)

    Komponen Penilaian Pembelajaran Kooperatif

    Komponen Pembelajaran Kooperatif yang Dinilai

    Apakah saat ini anda sedang atau ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif di kelas anda? Jika memang demikian ada baiknya anda memperhatikan tulisan berikut yang mencantumkan hal-hal apa saja yang sepatutnya dinilai pada pembelajaran kooperatif, sehingga dapat mempersiapkan pembelajaran kooperatif tersebut dengan baik. Berikut hal-hal tersebut:

    Pencapaian Kesuksesan Secara Individual

    Cara yang dapat dilakukan oleh anda sebagai guru untuk mengukur kesuksesan belajar siswa secara individual setelah mengikuti pembelajaran kooperatif adalah dengan memberikan tes formatif, atau dengan memberikan kuis yang harus dikerjakan secara mandiri (individual) tanpa kerjasama dengan anggota kelompoknya. Anda juga dapat memberikan tugas lain, tetapi pada intinya, semua harus dikerjakan secara individual.

    Pencapaian Kesusksesan Kelompok (Group)

    Kesuksesan kelompok dapat diukur dan dievaluasi melalui hal-hal yang telah berhasil dicapai oleh kelompok, seperti penyelesaian tugas yang diberikan kepada mereka, dsb. Apakah tugas yang diberikan dapat diselesaikan? Apakah hasil kerja kelompok akurat sebagaimana yang anda harapkan, atau masih ada kekurangan-kekurangan dan kesalahan? Nah, hal-hal semacam inilah yang menjadi bahan untuk mengevaluasi kinerja kelompok.

    Penguasaan Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

    Penguasaan siswa terhadap keterampilan-keterampilan kooperatif dalam dilihat saat anda melakukan observasi proses pembelajaran. Selain berfungsi mengecek penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif, observasi proses pembelajaran sebenarnya juga baik untuk memicu mereka untuk menggunakan keterampilan-keterampilan tersebut. Anda tentu masih ingat bukan? Untuk melakukan pengamatan gunakanlah lembar observasi dalam bentuk ceklis agar dapat dilakukan dengan mudah dan efisien. Anda cukup mendata frekuensi keterampilan-keterampilan kooperatif apa yang ditunjukkan oleh siswa anda saat mereka sedang bekerja dalam kelompok.

    Demikian tulisan mengenai  Komponen Penilaian Pembelajaran Kooperatif di blog PTK dan Model Pembelajaran. Sampai berjumpa pada tulisan berikutnya. Salam.

    Friday, July 27, 2012

    Tips Sukses Presentasi untuk Guru

    Guru dan Presentasi

    Guru mana coba, yang tidak pernah melakukan presentasi? Pasti setiap guru harus melakukan presentasi, walaupun tidak dilakukan pada setiap pembelajaran yang dilaksanakannya. Presentasi adalah aktivitas yang cukup sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari guru saat menjalankan tugasnya. Nah, mengingat pentingnya presentasi atau keterampilan melakukan presentasi bagi seorang guru, maka tak ada salahnya jika blog ini mencoba memaparkan beberapa tips sukses presentasi untuk guru yang dapat diikuti oleh guru saat akan dan saat melakukan presentasi.

    Tips 1:

    Lakukan persiapan yang matang sebelum melakukan presentasi. Presentasi yang terencana dengan baik akan memberikan gambaran bagaimana nantinya guru akan tampil secara efektif di hadapan siswanya.

    Tips 2 :

    Pahami dengan baik materi yang akan dipresentasikan. Kan gak lucu jika guru sendiri memberikan sesuatu yang tidak dipahaminya dengan baik kepada siswanya. Jika perlu sebelum presentasi,kaji ulang secara mendalam lagi materi tersebut, meskipun anda merasa bahwa hal tersebut sudah ada di luar kepala anda.

    Tips 3:

    Sebelum menulis presentasi di slide, terlebih dahulu tetapkan tujuan (pembelajaran) yang ingin dicapai melalui sesi presentasi itu. Hal ini dimaksudkan agar presentasi yang dibuat oleh guru tidak melenceng ke sana ke mari.

    Tips 4:

    Ingat KISS (Keep It Short Simple)! Bila guru membuat presentasi dengan menggunakan power point, misalnya. Maka  tips yang ke 4 ini wajib diingat saat guru mulai menyentuh tuts keyboard. Keep it short and simple (Buatlah presentasi yang pendek dan simple). Jika anda pernah mengikuti sebuah presentasi dengan slide yang penuh kata-kata dan panjang, saya yakin, saat itu anda pasti merasa amat bosan dan tidak berminat mendengarkan si presenter atau memolototi slide-slide itu.

    Tips 5:

    Manfaatkan visual, dapat berupa simbol, gambar, grafik, foto, tabel atau apapun. Tapi perlu diingat pula, visual yang disajikan memang diperlukan dan mendukung materi yang akan disampaikan. Bukan visual tanpa makna yang justru nantinya akan membuat konsentrasi siswa dan fokus mereka pada materi terganggu.

    Tips 6:

    Lakukan kontak pandang dengan siswa. Hm.., sepertinya ini bukan hal yang asing bagi guru bukan? Melakukan kontak pandang dengan siswa akan menjamin bahwa mereka memperhatikan presentasi yang anda sampaikan. Dan tentu saja, sekalian sebagai bentuk pengelolaan kelas.

    Tips 7:

    Sediakan waktu bagi siswa untuk bertanya atau menanggapi presentasi yang anda berikan. Buat komunikasi banyak arah (guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa). Melakukan presentasi bukan berarti guru satu-satunya aktor di dalam kelas.

    Tips 8:

    Setelah presentasi selesai (pembelajaran selesai), lakukan refleksi terhadap kegiatan yang baru saja anda lakukan tsb. Bila menurut anda, sebagai guru anda belum dapat melakukan presentasi sebagaimana yang anda harapkan atau rencanakan, rileks saja. Cari di mana kekurangannya. Jika anda meresa presentasi sudah sebagaimana yang anda inginkan, pertahankan. Bahkan, kalau perlu cari di bagian mana kekuatan-kekuatan anda. Jadikan semuanya sebagai pengalaman untuk menjadi semakin baik di presentasi yang akan datang.
    Nah, itulah delapan tips sukses presentasi untuk guru yang dapat diberikan kali ini, semoga aplikatif dan berguna.Sampai jumpa pada artikel berikutnya di blog ptk dan model pembelajaran ini.

    Thursday, July 26, 2012

    Diskusi Kelas : Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

    Pembelajaran dengan Diskusi

    Paling tidak ada 3 tahapan yang harus diperhatikan oleh seorang guru yang ingin melaksanakan diskusi kelas. Ketiga tahapan yang dimaksud adalah: persiapan, pelaksanaan, dan sesudah kegiatan diskusi berakhir. Pembelajaran dengan metode diskusi kelas memerlukan persiapan khusus sebelum dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan supaya ketika pembelajaran dilakukan dapat berlangsung dengan efektif. Kemudian, saat melaksanakannya-pun guru perlu memperhatikan berbagai hal agar diskusi kelas tidak mandek dan berjalan sebagaimana mestinya. Kemudian di akhir pembelajaran, sebaiknya selalu ada proses refleksi tentang diskusi yang telah dilakukan.

    Berikut penjelasan mengenai ketiga tahapan cara melaksanakan diskusi kelas:

    Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mempersiapkan:

    • Guru mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran untuk didiskusikan.
    • Mengidentifikasi aturan-aturan dalam berdiskusi.
    • Menyiapkan berbagai pertanyaan untuk memancing diskusi.
    • Merencanakan berbagai variasi strategi untuk pelaksanaan diskusi: seperti bagaimana bentuk pemanasan diskusi, atau apa yang nanti harus dikerjakan kelompok-kelompok kecil sebelum diskusi kelas diselenggarakan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pelaksanaan:

    • Menjelaskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi tersebut.
    • Menjelaskan aturan-aturan dalam berdiskusi.
    • Memancing terjadinya diskusi melalui: (a) memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya memancing; (b) meminta siswa untuk bertanya; (c) meminta kelompok kecil atau siswa yang mendapatkan bagian tugas untuk mempresentasikan materi; (d) membagi-bagi kelas menjadi pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok.
    • Memvariasi berbagai pertanyaan yang guru tanyakan kepada siswa dengan cara memberikan: (a) pertanyaan yang meminta penjelasan; (b) pertanyaan yang meminta siswa menguraikan hubungan; (c) pertanyaan yang menguraikan sebab-akibat; (d) pertanyaan yang meminta siswa mendiagnosis; (e) pertanyaan yang meminta aksi siswa; (f) pertanyaan yang bersifat hipotetik.
    • Mendengarkan diskusi dengan baik, dan menyiapkan umpan balik positif yang sesuai.
    • Menjaga diskusi tetap fokus, mengembalikan ke tema diskusi apabila mulai melenceng.
    • Memberdayakan siswa agar berpartisipasi, berikan peran-peran tertentu kepada sejumlah siswa, misal sebagai notulen, dsb.
    • Menjaga agar siswa yang suka mendominasi tetap dalam kontrol.
    • Mintalah siswa untuk bertanya.
    • Memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir.
    • Batasi keinginan anda untuk berceramah.
    • Bantu siswa mengevaluasi tujuan apa yang telah mereka berhasil capai dalam diskusi.
    • Berikan penutup diskusi dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan.
    • Siapkan siswa untuk pertemuan berikutnya.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika selesai melaksanakan diskusi kelas:

    • Melakukan refleksi terhadap diskusi yang baru dilakukan.
    • Tentukan tanggapan terhadap kebingungan yang sempat muncul atau bagian yang menjadi masalah diskusi.
    • Mengidentifikasi hubungan-jika terdapat-untuk pertemuan berikutnya.

    Monday, July 23, 2012

    Asumsi Tentang Belajar dan Pembelajaran

    Asumsi tentang Belajar dan Pembelajaran

    Di bawah ini blog ptk (penelitian tindakan kelas) akan membagi beberapa asumsi tentang belajar atau pembelajaran, berdasarkan beberapa literatur pada bidang psikologi pendidikan. Pengetahuan guru tentang apa itu belajar atau pembelajaran amat penting, di antaranya saat seorang guru ingin merancang sebuah pembelajaran yang efektif. Berikut beberapa asumsi tersebut:

    Potensi Belajar

    Setiap orang pada semua tingkatan usia, mempunyai potensi untuk belajar, walaupun dengan kecepatan yang berbeda-beda. Usia dapat mempengaruhi atau dapat pula tidak, terhadap kecepatan belajar seseorang, dan setiap orang mempunyai kesukaan yang bervariasi terkait cara /bagaimana ia belajar.

     Proses Belajar dan Pembelajaran

    Proses perubahan dalam mental/pemikiran seseorang saat ia mempelajari sesuatu seringkali membuat bingung orang yang bersangkutan. Keragu-raguan dan kebingungan yang muncul seringkali pula memacu munculnya motivasi yang lebih kuat untuk belajar. Akan tetapi, saat seseorang terlalu ragu-ragu dan bingung, proses belajar justru akan terhambat, karena ia akan kehilangan konsentrasi sama sekali. Belajar akan terjadi padanya apabila kondisi/situasi lingkungan belajar mendukung, seperti adanya tukar pendapat, diskusi, dan strategi pemecahan masalah. Atmosfer belajar harus mendukung adanya perbedaan pendapat di antara pebelajar, dan menganggap kesalahan saat mempelajari sesuatu adalah hal yang wajar.

      Pengalaman Belajar yang Bermakna (Meaningful Learning)

      Di dalam kelas, seorang guru hendaknya memfasilitasi kegiatan belajar melalui penyediaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara nyata, memahami pendapat /  gagasan setiap siswa. Selain itu guru juga harus memodelkan tingkah laku yang sesuai yang mendukung terjadinya proses belajar dan menunjukkan bahwa sepenuhnya mereka akan memperoleh bantuan bila diperlukan.

      Pengalaman Belajar Bermakna dan Prosesnya

      Pembelajaran yang bermakna dan tersimpan dalam memori jangka panjang  akan terjadi bila siswa mempunyai kesempatan menganalis, mengartikulasikan,mengklarifikasikan, dan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dari proses pembelajaran di kelas pada situasi nyata dalam kehidupan sehari-harinya di keluarga atau di lingkungan sosial. Pembelajaran akan semakin bermakna apabila konsep/prinsip/atau apapun yang telah diperolehnya dalam pembelajaran itu bermanfaat pada situasi nyata sehari-hari untuk memecahkan masalah.

      Perubahan Tingkah Laku

      Program pendidikan/pembelajaran hanya memberikan satu langkah kepada individu dalam perubahan tingkah lakunya (belajar). Adopsi hasil belajar itu sendiri tergantung dari banyak faktor. Langkah berikutnya yang dibutuhkan agar terjadi adopsi antara lain adanya akses fasilitas untuk berlatih, kondisi lingkungan, karakteristik keluarga untuk memberikan penguatan terhadap perubahan tingkah laku, dsb.

      Keterlibatan Siswa Secara Aktif

      Proses belajar/pembelajaran akan terjadi jika hanya siswa terlibat aktif. Jadi saat seorang guru harus memilih metode/strategi/model pembelajaran, maka ia harus memilih yang paling mungkin akan melibatkan siswa lebih dalam pada proses belajar tsb. Sedangkan penggunaan beragam metode/strategi/model akan memelihara minat dan motivasi mereka, serta membantu penguatan penguasaan konsep-konsep tanpa harus melalui banyak pengulangan.

      Belajarnya Orang Dewasa Sama Dengan Belajarnya Anak

      Penelitian akhir-akhir ini ternyata menunjukkan bahwa prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran orang dewasa juga cocok untuk anak-anak atau remaja. Contohnya, baik orang dewasa maupun anak dan remaja, lebih suka jika mereka ikut terlibat langsung (aktif) dalam proses/kegiatan belajar; mereka belajar lebih cepat jika mereka merasa bahwa apa yang sedang dipelajari akan bermanfaat di kemudian hari. Peran guru adalah mengasses minat peserta didik, pengetahuan yang telah dimiliki sebelum pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari ketiga kegiatan tersebut seharusnya digunakan untuk menciptakan atmosfer belajar dan memilih metode/strategi yang paling memuaskan dan efektif bagi mereka.

        Sunday, July 22, 2012

        Ciri-Ciri Kelas dengan Suasana Positif Yang Mendukung Pembelajaran

        Tinjauan Umum Ciri-Ciri Kelas dengan Suasana Positif Yang Mendukung Pembelajaran

        Pada tulisan sebelumnya, blog penelitian tindakan kelas ini telah mempublikasikan cara untuk menciptakan suasana positif dalam kelas. Sebagaimana semua guru telah ketahui dan maklumi, kelas dengan suasana positif sangat penting bagi pembelajaran. Kelas semacam ini akan memberikan perasaan yang nyaman bagi siapapun yang berada di dalamnya: semua siswa yang sedang belajar dan guru yang sedang mengajar. Kelas dengan suasana positif ini mempunyai ciri-ciri khusus, yang sekilas saja kita bisa merasakannya. Ciri-ciri khusus ini bukan seperti ruangan sejuk ber-AC, meja guru dan siswa yang bening  dan licin, atau lantai ubin yang mengilap .

        Ciri-ciri kelas dengan suasana positif

        Lalu, apa saja ciri-ciri kelas dengan suasana positif yang mendukung untuk pembelajaran ini? Berikut beberapa di antaranya:

        Senyum dan jabat tangan.

        Mungkin anda tersenyum saat membacanya: Senyum dan jabat tangan. Seberapa pentingkah ini? Tentu saja sangat penting. Adanya senyum dan keramahtamahan serta jabat tangan menunjukkan bahwa kelas tersebut secara emosional berada dalam kondisi baik. Pembelajaran akan sangat membutuhkan suasana emosional yang baik, sehingga dapat berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai.

        Hubungan positif. 

        Aspek penting lain yang menunjukkan bahwa sebuah kelas mempunyai suasana positif adalah adanya hubungan positif antar komponen atau anggota kelas, termasuk guru. Siswa akan merasa sangat nyaman apabila guru menunjukkan bahwa ia yakin siswa mampu belajar sesuai harapannya. Demikian pula guru, akan menjadi lebih merasa nyaman, apabila siswa tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran.

        Fokus terhadap pembelajaran. 

        Suasana kelas yang baik juga dapat dilihat dari bagaimana siswa memfokuskan diri pada kegiatan pembelajaran. Apabila seluruh komponen kelas bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran, maka pencapaian tujuan pembelajaran adalah hal yang amat mudah untuk diperoleh.

        Kesalahan dalam belajar adalah hal lumrah. 

        Berapa banyak siswa yang menyoraki siswa lain apabila ia melakukan kesalahan dalam belajar di kelas Anda? Perlu dicatat, kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam belajar adalah hal yang amat lumrah dan manusiawi. Apabila sebuah kelas justru mempermalukan siswa yang sedang belajar, maka dapat dipastikan bahwa kelas tersebut bukanlah tempat yang nyaman untuk belajar.

        Tertantang dan didukung untuk mengembangkan intelektualitas. 

        Apakah siswa di dalam kelas tampak tertantang dengan tugas yang diberikan? Apakah guru memberikan dukungan untuk mengembangkan intelektualitas? Sebuah kelas dengansuasana positif akan menunjukkan betapa tertantang dan bersemangatnya siswa mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan.

        Disiplin. 

        Disiplin adalah sebuah kunci menuju keberhasilan. Jika sebuah kelas menunjukkan terbentuknya disiplin secara nyata dalam setiap detik waktu pembelajaran, maka dapat keberhasilan pembelajaran hanya langkah kecil yang harus dicapai.

        Kolaborasi. 

        Tampakkah kolaborasi antara siswa di dalam kelas? Kolaborasi memungkinkan mereka secara bersama mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang satu saling bantu dengan siswa yang lain. Tujuan pembelajaran akan lebih dicapai, jika kelas menunjukkan adanya kolaborasi yang nyata.

        Kegembiraan. 

        Belajar dengan hati sedih atau keterpaksaan? Tentu bisa dibayangkan bagaimana hasilnya. Buatlah kegembiraan senantiasa hadir di dalam kelas untuk menciptakan suasana positif. Kelas yang di dalam penuh dengan siswa-siswa berhati riang akan lebih mudah belajar. Bukankah demikian?

          Cara Menciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda

          Anda guru kelas baru yang belum terlalu bagus mengelola kelas? Atau Anda adalah seorang guru yang ingin memperbaiki suasana kelas Anda sehingga pembelajaran yang berlangsung di dalamnya menjadi lebih efektif dari sebelumnya? Berikut ini blog ptk dan model pembelajaran memberikan tiga (3) cara untuk menciptakan (dan tentu saja menjaga) suasana kelas Anda agar senantiasa positip bagi pembelajaran:

          3 Cara Menciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda

          Peduli dengan kemajuan dan keberhasilan pembelajaran siswa

          Selalu yakinkan kepada siswa Anda, bahwa Anda selalu peduli dengan kemajuan dan keberhasilan pembelajaran mereka. Kebanyakan siswa membutuhkan perhatian dari guru. Kehadiran guru di dalam kelas sangat penting bagi mereka. Bila Anda seorang wali kelas yang baik, selalulah membiasakan diri untuk rutin menjenguk kondisi siswa Anda di kelas. Berikan perhatian terhadap tugas-tugas yang telah diberikan guru-guru lain kepada mereka, tanyakan bagaimana PR yang diberikan, berapa nilai yang diperoleh, atau berapa banyak dari mereka yang membutuhkan pembelajaran remedial, dsb. Bersikaplah peduli dan tunjukkan dengan tulus bahwa Anda senang jika siswa di kelas asuhan Anda sukses.

          Ajarkan kepada siswa Anda bagaimana berperilaku di dalam kelas

          Berikan waktu khusus untuk mengajarkan kepada siswa Anda bagaimana berperilaku di dalam kelas.  Ada banyak siswa yang membutuhkan hal ini. Itu terjadi karena pada beberapa dari mereka mempunyai kehidupan yang amat berbeda, tentang bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik, juga di dalam kelas. Seringkali beberapa siswa berasal dari keluarga amburadul yang sama sekali tak memperhatikan tata krama. Biasakan mereka untuk selalu berdisiplin. Ajari mereka manajemen waktu dan kegiatan sehingga tugas-tugas belajar yang diberikan di sekolah dapat dilaksanakan dengan baik oleh mereka.

          Atasi masalah dengan ketegasan

          Atasi siswa yang bermasalah di kelas Anda dengan suara dan tindakan yang tegas tetapi tetap menunjukkan rasa sayang dan peduli. Kebanyakan guru menjadi frustasi dengan perilaku tak pas atau kenakalan siswa mereka. Semakin frustasi Anda menghadapi tingkah polah mereka, semakin tertutup pemikiran kreatif Anda untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Jika ada siswa Anda yang menimbulkan masalah atau melakukan kenakalan, maka tegur ia dengan suara yang tegas dan tunjukkan wibawa Anda. Katakan padanya bahwa guru juga manusia, sehingga apabila perilaku dan tingkah polah mereka mengganggu dan tidak cocok dengan pembelajaran dan tata tertib sekolah,maka guru juga bisa marah atau jengkel. Nasihati mereka baik-baik. Tunjukkan rasa sayang Anda kepada mereka, dan beri kesan bahwa jauh di lubuk hati Anda, Anda selalu membela mereka, seberapun besar kesalahan mereka.


          Terimakasih telah membaca artikel: Cara Menciptakan Suasana Positif Dalam Kelas Anda. Semoga bermanfaat.

          Saturday, July 21, 2012

          Cara Membuat Angket Penelitian

          Membuat Angket Penelitian

          Lagi bingung bagaimana cara membuat sebuah angket untuk penelitian? Ah gak usah deh. Berikut, posting kali ini mencoba memaparkan bagaimana caranya membuat sebuah angket penelitian. Penelitian apa saja yang dimaksud di sini? Penelitian yang dimaksud di sini tentu gak cuma penelitian tindakan kelas, tapi juga angket penelitian lain. Yuk kita simak. Semoga bermanfaat dan aplikatif.

          3 Tahapan yang Harus Dilakukan untuk Membuat Angket Penelitian

          Pada dasarnya, saat seorang peneliti ingin membuat atau mengembangkan sebuah angket penelitian, maka kegiatannya dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
          Menentukan pertanyaan apa yang ingin ditanyakanpada responden.
          Menentukan tipe pertanyaan dan kata-kata yang akan digunakan dalam pertanyaan.
          Mendesain layout/bentuk pertanyaan dan layout angket secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan.

          Menentukan Pertanyaan

          Kegiatan pertama, menentukan pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada responden.
          Tahap ini sebenarnya merupakan tahap yang amat penting dalam pembuatan angket. Pertanyaan yang akan diajukan sangat erat kaitannya dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai,atau data apa yang ingin digali dari responden. Tahap ini melibat proses berpikir kreatif seorang peneliti dikombinasi dengan memperbanyak membaca literatur untuk memuncul ide-ide yang selaras dengan tujuan penelitian. Misalnya saja, ketika seorang peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat sebuah media pembelajaran presentasi power point menarik/tidak menarik bagi siswa, maka guru yang banyak membaca tentang bagaimana presentasi yang baik dibuat akan dapat menentukan pertanyaan yang tepat menuju tujuan penelitian. Misalnya:
          1. Apakah presentasi power point yang disajikan guru tadi mempunyai desain yang menarik?
          2. Apakah presentasi power point yang disajikan guru tadi dapat terbaca dengan mudah dari tempat dudukmu?
          3. Apakah ada komponen presentasi power point, misal gambar atau animasi yang mengganggumu dalam menangkap pesan pembelajaran?
          4. Dst.
          Harap diperhatikan apakah pertanyaan yang telah dipilih untuk diajukan dalam angket kata-katanya sudah tepat (dipilih dengan seksama) agar tidak menimbulkan k esalahan penafsiran oleh responden, atau meragukan, atau bermakna ganda. Jika pertanyaan diberikan dengan pilihan kata yang tidak pas, bisa jadi data yang akan diperoleh akan bias.

          Menentukan Jenis Pertanyaan

          Kegiatan kedua, menentukan jenis/ bentuk pertanyaan yang akan digunakan, misalnya apakah berbentuk pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup. Pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban (ceklis) atau barangkali pertanyaan yang hanya meminta satu jawaban tunggal (bentuk pilihan ganda). Atau bahkan pertanyaan dengan respon jawaban dengan ranking (skor bergradasi dari skor terendah hingga skor tertinggi untuk pilihan jawaban tertentu ).

          Mendesain / Layout Angket

          Kegiatan ketiga, mendesain atau menentukan layout bagaimana pertanyaan disajikan, dan bagaimana layout keseluruhan angket secara utuh. Usahakan membuat desain yang menarik dari segi visual (tampilan), mudah dipahami, dan tidak menyulitkan responden untuk memberikan data (misalnya memberikan ruang yang cukup untuk menuliskan jawaban yang diminta).

          Nah, semoga tulisan Cara membuat Angket Penelitian ini bermanfaat untuk Anda.

          Thursday, July 19, 2012

          Strategi Pembelajaran Kreatif : Majelis

          Strategi Pembelajaran Kreatif : Majelis

          Strategi Pembelajaran kreatif yang diberi nama “Majelis” ini cocok digunakan untuk mata pelajaran TIK, IPA, Penjaskes, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, Keterampilan, Seni Budaya, IPS, dan Matematika. Dasar pemikiran mengapa muncul strategi pembelajaran ini adalah sifat dasar alamiah manusia yang senantiasa ingin berkumpul dan bercakap-cakap, atau berdiskusi. Strategi pembelajaran kreatif majelis ini mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan setting ruangan secara khusus. Selain itu, selama pembelajaran siswa dapat melatih kecerdasan emosional, kemandirian, berbicara, menulis, membaca, mendengarkan, bergerak, dan tentu saja bersenang-senang.

          Melalui strategi pembelajaran kreatif majelis ini, setiap kelompok siswa misalnya diberi tugas untuk menggabungkan potongan-potongan informasi atau gambar menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna. Melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan strategi “Majelis” ini, dapat diharapkan siswa menjadi aktif baik secara fisik maupun mental. Mereka pasti lebih suka menggeser-geser kartu dan mereka-reka kata, kalimat, atau simbol untuk membuat hubungan. Selain itu metode ini bagus untuk keterampilan mengurutkan, mengelompokkan,memilih dan mencocokkan.
          Mereka dapat diminta untuk saling berlomba untuk menjadi yang paling cepat menyelesaikan tugas. Hal ini dilakukan agar setiap kelompok menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Strategi pembelajaran “Majelis” dapat divariasikan dengan membuat sistem kompetisi untuk kelompok siswa.

          Langkah-Langkah Pembelajaran

          Bila anda tertarik mencobanya, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pembelajaran dengan strategi “Majelis” ini:
          1. Persiapkan materi tugas, bisa berupa potongan-potongan informasi atau gambar untuk disusun. Dasar susunan dapat berupa urutan waktu (timeline) misal pada mata pelajaran sejarah; langkah-langkah percobaan misal pada mata pelajaran IPA; tata cara berwudhu pada pendidikan agama Islam; proses teknologi pada IPA atau TIK; langkah-langkah perhitungan untuk Matematika, dsb. Materi tugas dapat pula berupa potongan informasi, simbol, gambar atau kombinasinya, untuk diklasifikasikan, atau hal-hal lainnya. Makin kreatif guru, makin banyak variasi jenis tugas yang dapat diberikan.
          2. Potongan-potongan informasi tersebut di atas diberikan dalam bentuk kartu yang sekiranya ukurannya masih memungkinkan siswa dengan mudah menyusunnya (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil). Usahakan menggunakan beragam warna sehingga memberikan efek visual yang menarik.
          3. Mintalah siswa berkelompok yang terdiri dari 2 – 4 orang.
          4. Minta siswa menempel atau menyusun kartu-kartu tersebut di atas meja atau karton manila seraya berdiskusi untuk menentukan posisi terbaik sehingga menimbulkan makna tertentu dan saling berhubungan. Guru dapat menjelaskan bahwa kartu yang disusun berdekatan mempunyai hubungan yang lebih kuat dibanding kartu yang disusun berjauhan.
          5. Minta mereka membuat garis-garis penghubung, dan menambahkan kata-kata atau kalimat yang membentuk makna berkaitan dengan hubungan antara satu kartu dengan kartu lainnya. Proses ini mirip dengan proses ketika kita membuat peta konsep atau peta pikiran. Selain itu siswa dapat menambahkan simbol-simbol atau gambar-gambar sederhana sebagai cara untuk menyatakan hubungan antar kartu.
          6. Langkah selanjutnya, setiap kelompok siswa diminta menempelkan hasil kerjanya dan memamerkannya di dinding kelas atau papan tulis.
          7. Berikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk saling berkeliling melihat hasil kerja kelompok lain.
          8. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka sambil memfasilitasi sebuah diskusi kelas.
          Demikian strategi pembelajaran kreatif majelis, semoga tulisan pada blog ptk ini bermanfaat untuk anda.

            Wednesday, July 18, 2012

            Bagaimana Tanggung Jawab Belajar pada Siswa Kita?

            Tanggung Jawab Belajar dan PR

            Kemarin siang, salah seorang rekan guru di sekolah saya hampir saja lepas kendali emosi. Untungnya, beliau yang sudah senior dengan puluhan tahun menghadapai berbagai tingkah polah siswa dapat meredakan marahnya. Dua anak kelas 9 yang dimintanya mengumpulkan kembali buku paket pelajaran yang dipinjami setahun yang lalu saat kelas 8 selalu tidak membawa buku tersebut. Sudah beberapa kali mereka ditagih dan selalu berkata bahwa mereka lupa membawanya. Wajar dan manusiawi jika beliau merasa gondok banget.

            Perhatian Siswa Terpecah oleh Hal-Hal lain

            Itu hanya sebuah ilustrasi kecil, betapa hal-hal yang berkaitan dengan sekolah seringkali tak diacuhkan oleh mereka. Boro-boro belajar, membawa buku yang dipinjamkan kepada mereka saja lupa. Padahal buku tersebut akan dipinjamkan kembali kepada adik kelas mereka yang kini sudah naik kelas dan duduk di kelas 8. Dewasa ini banyak kalangan pendidik (baca: guru) mengeluh tentang siswa-siswi mereka yang sekan-akan kehilangan rasa tanggung jawab terhadap belajar mereka. Tidak mengerjakan PR, lupa membawa buku tertentu, salah jadwal, dsb selalu terjadi di hampir setiap kelas. Memang ini adalah sesuatu yang sangat penting artinya dalam pendidikan anak. Siswa sekarang cenderung banyak terpecah perhatian akan hal-hal lain selain belajar. Padahal, justru pada masa-masa bersekolah inilah, kemandirian dan tanggung jawab belajar perlu dibina pada diri mereka.
            Banyak hal yang dapat mengakibatkan para siswa itu terpecah perhatiannya. Beberapa di antaranya adalah acara tv yang pada jaman sekarang bermacam-macam dan tersedia sepanjang waktu.  Seorang guru kolega saya pernah berkata begini: “Anak-anak sekarang gak pernah bisa lepas dari kegiatan menonton tv. Beda dengan saya dulu ketika masih bersekolah, bagi saya mengerjakan PR dan belajar selalu menjadi prioritas utama. Setelah selesai mengerjakan PR dan belajar baru saya menonton tv.”

            Memang, pada jaman teman saya itu masih berpredikat sebagai pelajar, acara tv dan stasiun tv masih belum begitu semarak. Apalagi ketika saya masih sd dulu. Saya ingat betul, stasiun tv yang mengudara hanya TVRI, dan tak ada pilihan acara tv selain itu. Jadi wajar saja jika tv tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas saya sepulang sekolah atau pada malam hari. PR yang diberikan oleh guru dapat saya kerjakan sebelum shalat Isya, dan belajar lagi sekitar 45 – 60 menit. Nah, bandingkan pada jaman sekarang, jika saja saya mau getol duduk di depan tv, acara yang menarik untuk disimak selalu tersedia. Jika tayangan di stasiun A tidak menarik, saya tinggal pencet remote dan segera beralih ke tayangan lain dari stasiun B, atau stasiun lain yang berbeda. Selama 1 x 24 jam, selalu ada tayangan yang menarik untuk ditonton. Beberapa aktivitas lain yang juga sering mengganggu belajar anak adalah bermain game di PS (play station), dan tentu saja internet (fb, chat, dsb).

            Konklusi dan Kemungkinan Solusi

            Sungguh berat godaan terhadap pelajar jaman sekarang. Bila mereka tak pandai memanajemen waktu dan kurang pengawasan maka pendidikan mereka akan dengan mudah terganggu. Peran orang tua di rumah menjadi sangat penting. Orang tua seharusnyalah yang menjadi pengontrol kegiatan anak. Menegur jika mereka lalai akan waktu dan belajar. Membimbing dan mengarahkan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan sekolah dan pendidikan adalah nomor satu. Sementara guru, sebaiknya selalu memberikan tindak lanjut terhadap pembelajaran yang dilakukannya di kelas dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Dan, jika siswa melalaikan tugas tersebut, ada baiknya mereka diberikan sangsi atau tindakan lain yang dapat membuat mereka lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya.

            Tuesday, July 17, 2012

            Mengapa Metode Mengajar Harus Bervariasi ?

            5 Alasan Mengapa Metode Mengajar Harus Bervariasi

            Apakah sebagai seorang guru anda selalu berusaha untuk menyajikan pembelajaran dengan metode yang bervariasi? Atau jangan-jangan selama ini, anda monoton menggunakan satu atau dua jenis metode mengajar saja? Mudahan-mudahan saat mengajar, anda tak hanya rutin menggunakan metode mengajar yang itu-itu saja. Mengapa melaksanakan pembelajaran dengan berbagai variasi metode itu sangat penting? Alasannya, simak uraian berikut.

            Jenis Materi Pembelajaran Bervariasi

            Alasan yang pertama, seringkali sebuah metode mengajar hanya cocok untuk suatu jenis materi pelajaran tertentu. Misalnya, jika anda seorang guru IPA, maka anda tidak akan dapat mengajarkan keterampilan proses IPA dengan menggunakan metode ceramah. Untuk mengajarkan keterampilan proses IPA, guru sebaiknya menggunakan metode inkuiri. Nah, sementara di kelas kita ada beragam jenis materi pembelajaran yang harus diberikan kepada siswa.

            Setiap Siswa Memiliki Beragam Gaya Belajar

            Alasan yang kedua, metode mengajar tertentu hanya cocok untuk siswa yang memiliki gaya belajar tertentu. Jika guru hanya menggunakan satu macam metode, maka dapat dipastikan siswa-siswa yang memilki gaya belajar tertentu akan menjadi bosan dan tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Taruh contoh begini, jika guru mengajar dengan metode ceramah dengan menggunakan media pembelajaran berupa presentasi power point, maka siswa yang akan cocok adalah siswa dengan gaya belajar audio-visual. Lalu bagaimana siswa dengan gaya belajar kinestetik? Pastinya mereka akan merasa tersiksa sekali saat mengikuti pembelajaran anda.

            Memodelkan Kreativitas Kepada Siswa

            Alasan ketiga, saat guru berusaha menggunakan beragam metode mengajar dengan berbagai variasi, maka guru secara tidak langsung menjadi model yang memiliki jiwa kreatif. Kreativitas guru dan semangat yang terpancar pada saat ia mengajar dengan menggunakan berbagai variasi metode mengajar tadi akan menjadi teladan bagi siswa. Percayalah, siswa juga akan menjadi lebih kreatif.

            Siswa akan Memiliki Pemahaman yang Mendalam

            Alasan yang keempat, penggunaan berbagai variasi metode mengajar yang sesuai dengan materi pembelajaran akan membuat siswa memililiki pemahaman yang lebih mendalam tentang materi tersebut. Mereka tak hanya sebagai manusia penghafal, tapi kemungkinan besar juga akan mampu mengaplikasikan pengetahuannya pada kehidupan nyata. Melalui hal tersebut siswa akan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna (meaningful learning)

            Mendorong Siswa Agar Lebih Aktif

            Alasan kelima adalah, siswa akan terbantu mengekspresikan berbagai perasaan mereka saat guru menggunakan beragam metode mengajar. Mengekspresikan perasaan akan dapat siswa lakukan dengan berbagai cara, sebagai dampak dari penggunaan metode mengajar yang bervariasi. Ini akan membuat siswa mengikuti pembelajaran dengan sukarela dan bersemangat untuk berpartisipasi aktif. Mereka akan berpikir secara mandiri, dan secara tanpa sadar mereka telah tenggelam dan terlibat aktif dalam pembelajaran anda.

            Membuat Siswa Fokus pada Pembelajaran - Aspek Perencanaan

            Pentingnya Fokus Perhatian Siswa pada Pembelajaran

            Perhatian yang diberikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilangsungkan di sebuah kelas amat penting bagi keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan seorang guru dalam membuat siswa tetap fokus pada pembelajaran adalah saat perancangan pembelajaran dilakukan. Rancangan dan perencanaan yang matang akan sangat berpengaruh pada keberhasilan guru meraih dan menjaga agar siswa tetap memperhatikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

            Instrumen untuk Mengevaluasi Rencana Pembelajaran

            Untuk mencek apakah rencana pembelajaran yang guru susun sudah cukup baik dapat digunakan instrumen ceklis yang disusun dalam beberapa pertanyaan berikut:
            1. Apakah pembelajaran yang telah dirancang memfasilitasi siswa untuk menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir (thinking skills)?
            2. Apakah materi pelajaran yang telah dipersiapkan untuk disajikan cukup menantang dan menarik sehingga dapat mempertahankan minat mereka terhadap materi tersebut?
            3. Apakah media pembelajaran yang akan digunakan menarik dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, alih-alih membosankan?
            4. Apakah pembelajaran yang telah dirancang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan kemampuan mereka dalam berbicara dan menulis?
            5. Apakah pembelajaran yang akan dilakukan berdasarkan rancangan pembelajaran itu sesuai dengan usia, tingkat kemampuan, dan budaya?
            6. Apakah tujuan pembelajaran telah sesuai dengan tuntutan kurikulum?
            7. Apakah pembelajaran yang dirancang tersebut akan mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner)?
            8. Apakah pembelajaran yang akan dilaksanakan mengakomodasi kemungkinan untuk dilakukan evaluasi?

            Monday, July 16, 2012

            Lembar Observasi Keterampilan Bertanya Guru

            Fungsi Pertanyaan Guru dan Keterampilan Bertanya Guru

            Keterampilan bertanya guru yang baik dapat membuat suasana kelas menjadi aktif dan siswa berpikir atau paling tidak merespon apa yang disampaikan oleh guru. Pada prinsipnya, keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya tingkat lanjut. Pertanyaan yang diajukan oleh guru akan membuat siswa termotivasi dan bangkit rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran. Selain itu pertanyaan yang dilontarkan oleh guru juga dapat dijadikan alat pemusat perhatian. Hal ini dapat dilakukan bila konsentrasi anak atau siswa sedang tertuju pada hal-hal lain selain pembelajaran. Selain itu, pertanyaan dapat pula difungsikan sebagai alat untuk mendiagnosis kesulitan belajar yang sedang dialami siswa dalam mempelajari sebuah materi pelajaran.

            Mengevaluasi Keterampilan Bertanya Guru

            Dari uraian singkat di atas nampak bahwa keterampilan bertanya bersifat urgen untuk dimiliki oleh setiap guru. Keterampilan bertanya guru merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan bertanya guru merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan baik. Nah, berpikirlah reflektif: Sudahkan mantapkah keterampilan bertanya anda? Jika anda kurang yakin dengan kemampuan anda dan jika anda tertarik melakukan penelitian tindakan kelas tentang keterampilan bertanya guru, mungkin lembar observasi keterampilan bertanya berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi anda untuk menggali data.


            Klik di sini untuk mendownload lembar observasi keterampilan bertanya guru.

            Etika Penelitian bagi Guru yang Melakukan Riset

            Etika Penelitian Menurut Kemmis dan Taggart

            Berikut beberapa etika penelitian bagi guru atau mahasiswa yang akan/sedang melakukan penelitian(Kemmis & Taggart, dalam Hopkins, 1993):
            • Meminta persetujuan dan ijin dari orang-orang yang berwenang.
            • Mengajak rekan-rekan sejawat untuk berpartisipasi dan terlibat.
            • Memperhatikan pendapat dan saran rekan-rekan walaupun mereka tidak terlibat secara langsung.
            • Penelitian dilakukan secara terbuka dan transparan, bahkan rekan-rekan sejawat dipersilakan memberikan kritik/protes.
            • Meminta ijin secara eksplisit untuk mengobservasi dan mengambil data dari mitra peneliti, tetapi tidak termasuk ijin kepada siswa jika memang harus demikian untuk tujuan peningkatan mutu pembelajaran.
            • Meminta ijin untuk membuka atau mengkopi  dokumen-dokumen mitra peneliti (guru).
            • Catatan dan deskripsi pada data harus relevan, akurat, jujur, adil (obyektif).
            • Wawancara, pertemuan atau tu kar pendapat tertulis sebaiknya memperhatikan pandangan semua pihak, relevan, akurat, dan adil.
            • Rujukan langsung, rujukan observasi, rekaman, keputusan, kesimpulan, atau rekomendasi hendaknya mendapat ijin, atau otorisasi kutipan.
            • Laporan disusun untuk yang berbeda-beda, seperti laporan verbal pada pertemuan staf jurusan, tertulis untuk jurnal, suratkabar, orang tua murid, dll.
            • Semua mitra penelitian mengetahui dan menyetujui prinsip-prinsip kerja penelitian, sebelum penelitian dilakukan.
            • Hak melaporkan kegiatan dan hasil penelitian, apabila sudah disetujui mitra peneliti.
            • Laporan tidak bersifat melecehkan siapapun yang terlibat sehingga laporan tidak boleh dilarang dipublikasikan hanya karena alasan kerahasiaan.

            Saturday, July 14, 2012

            Kelebihan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

            Kelebihan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

            Berikut ini merupakan beberapa kelebihan pembelajaran aktif (active learning):
            • Mengajak siswa untuk belajar bertanggungjawab terhadap pembelajaran dan pendidikan mereka sendiri.
            • Meningkatkan minat dan tantangan bagi guru karena mereka akan banyak belajar pula mengenai hal-hal baru, dan mereka tak sekedar bergantung pada metode ceramah, serta tak jarang mereka harus berimprovisasi secara kreatif.
            • Kelas yang berukuran besar (dengan jumlah siswa yang banyak) dapat lebih dipersonalisasikan dengan belajar / bekerja secara berpasangan.
            • Melalui pembelajaran aktif, guru atau bahkan siswa lain dapat memodelkan berbagai macam teknik pemecahan masalah yang efektif kepada siswa.
            • Mengembangkan sistem dukungan sosial kepada siswa.
            • Menjamin terciptanya atmosfer yang positif bagi siswa untuk belajar dan bekerja dalam kelompok atau tim, sehingga dapat sebagai wahana untuk menyiapkan mereka ketika terjun nantinya ke dunia nyata.
            • Mengembangkan masyarakat belajar dan keterampilan-keterampilan sosial dalam belajar kelompok.
            • Menggugah siswa untuk mencari bantuan dan menerima tutor sebaya dari kawan-kawan sekelasnya.
            • Kooperasi mengurangi keragu-raguan yang mungkin muncul saat pembelajaran.
            • Pembelajaran aktif memungkinkan guru melakukan asesmen yang bervariasi.
            • Terbentuknya keterampilan oral saat dilaksanakan diskusi kelas.
            • Mengembangkan keterampilan metakognitif siswa.
            • Selalu ada jaminan keterlibatan siswa dalam setiap pembelajaran.
            • Memungkinkan siswa saling belajar bahwa setiap individu mempunyai perbedaan, dan membantu mereka untuk saling memahami satu sama lain.
            • Kemungkinan penguasaan materi akademik menjadi lebih besar karena keterlibatan langsung siswa dengan materi tersebut melalui kegiatan yang lakukannya.

            Beberapa Alternatif Pembelajaran

            Beberapa Alternatif Pembelajaran

            Pada tulisan kali ini blog ptk dan model pembelajaran menyajikan topik tentang alternatif-alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru. Beberapa alternatif Pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa misalnya:
            • Ceramah (kuliah), demonstrasi, simulasi, percobaan.
            • Proyek (merancang, penelitian), pengalaman lapangan.
            • Kuliah/ceramah dengan multimedia dan tutorial, simulasi interaktif, pengajaran berbasis web.
            • Tugas menulis atau berbicara/berdiskusi.
            • Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa meliputi pembelajaran aktif (aktif learning); pembelajaran kolaboratif (colaborative learning); pembelajaran kooperatif (cooperative learning); dan pembelajaran dan pengajaran induktif.
            Berikut penjelasan beberapa pendekatan terpilih pada pembelajaran yang berpusat pada siswa:

            Pembelajaran Aktif

            Pembelajaran Aktif (Active Learning) adalah kegiatan-kegitaan yang membuat siswa melakukan sesuatu ketimbang mendengarkan ceramah dan mencatat, dengan tujuan membantu siswa mempelajari dan menerapkan materi pelajaran.

            Pembelajaran Kolaboratif (Colaborative Learning)

            Suatu bentuk lain dari pembelajaran aktif dimana pada kegiatan itu siswa-siswa saling berinteraksi sama lain sementara mereka belajar dan mengaplikasikan materi pelajaran.

            Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

            Suatu bentuk lain dari pembelajaran kolaboratif dimana siswa bekerja bersama dalam tugas yang terstruktur  atau proyek di dalam sebuah kondisi yang menjamin adanya ketergantungan positif (positive interdependence), akuntabilitas setiap individu, interaksi dari satu siswa dengan siswa-siswa lainnya, pengembangan dan penggunaan secara tepat keterampilan-keterampilan interpersonal, dan penilaian diri sendiri mengenai fungsi kelompok/tim.

            Pembelajaran dan Pengajaran Induktif (Inductive Teaching and Learning) 

            Meliputi pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning), inkuri terbimbing (guided inquiry), dsb), adalah suatu pengajaran yang bermula dari masalah yang bersifat realistik dan open ended, serta memunculkan penggunaan konsep-konsep dasar dari materi pelajaran untuk menyelesaikan masalah tersebut sesuai konteks yang ada.

            Friday, July 13, 2012

            Perbedaan Mendidik, Mengajar, Membimbing, Dan Melatih

            Pengertian Mendidik, Mengajar, Membimbing, Dan Melatih

            Apa sih pengertian mendidik? Apakah sama mendidik dengan mengajar? Lalu bagaimana dengan melatih dan membimbing? Mungkin perbedaan keempat kata tersebut (yang notabene sangat erat dengan dunia guru, dunia pendidikan) agak kabur dan kurang jelas. Drs. Suparlan, M.Pd. dalam bukunya yang bertajuk Menjadi Guru Efektif telah mendaftar perbedaan-perbedaan antara mendidik, membimbing dan melatih serta mengajar. Berikut perbedaan keempatnya menurut beliau:

            Mendidik

            Mendidik: Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kemudian bila ditilik dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan.

            Membimbing

            Membimbing: Jika ditinjau dari segi isi, maka membimbing berkaitan dengan norma dan tata tertib. Dilihat dari segi prosesnya, maka mendidik dapat dilakukan dengan menyampaikan atau mentransfer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan menggunakan strategi dan metode mengajar yang sesuai dengan perbedaan individual masing-masing siswa. Lalu kalau dilihat dari strategi dan metode yang digunakan, maka membimbing lebih berupa pemberian motivasi dan pembinaan.

            Melatih

            Melatih: Melatih bila ditinjau dari segi isi adalah berupa keterampilan atau kecakapan hidup (life skills). Bila ditinjau dari prosesnya, maka melatih dilakukan dengan menjadi contoh (role model) dan teladan dalam hal moral dan kepribadian. Sedangkan bila ditinjau dari strategi dan metode yang dapat digunakan, yaitu melalui praktik kerja, simulasi, dan magang.

            Mengajar

            Mengajar: Jika ditinjau dari segi isi, maka mengajar berupa bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dan metode yang dapat digunakan untuk mengajar misalnya ekspositori dan inkuiri.

            Demikian tulisan tentang perbedaan mendidik, mengajar, melatih dan membimbing dari blog penelitian tindakan kelas, semoga bermanfaat buat anda.

              10 Jenis Peran Guru

              Peran Guru, Apa Saja itu?

              Kali ini kembali blog ptk dan model pembelajaran membahas tentang guru profesional. Untuk menjadi seorang guru yang profesional tentu saja seorang guru harus tahu apa saja peran yang mestinya dilakukannya. Mari kita simak tulisan berikut ini tentang peran guru. Paling tidak ada 10 (sepuluh) peran yang musti dilakoni oleh seorang guru yang profesional, yaitu:

              Peran Guru sebagai Pendidik #1

              Pendidik: Saat menjalankan perannya sebagai seorang pendidik guru yang profesional berusaha mengembangkan kepribadian anak, membimbing, membina budi pekerti serta memberikan pengarahan kepada mereka.

              Peran Guru sebagai Motivator #2

              Motivator: Seorang guru profesional mampu memberikan dorongan kepada semua anak didiknya untuk dapat belajar dengan giat. Guru yang mempunyai peran sebagai motivator yang baik akan senantiasa memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu peserta didiknya.

              Peran Guru sebagai Administrator #3

              Administrator: Guru yang profesional selalu menjadi administrator yang baik. Ia dapat membuat daftar presensi dengan tekun, membuat daftar penilaian, misalnya, serta selalu mampu melaksanakan administrasi teknis lainnya untuk sekolah.

              Peran Guru sebagai Inovator #4

              Inovator: Sebagai seorang inovator, guru profesional selalu mempunyai ide-ide segar demi kemajuan pembelajarannya dan anak didiknya. Ia selalu tak pernah kehabisan ide untuk menemukan strategi, metode, atau cara-cara baru, bahkan konsep-konsep baru dalam pembelajaran.

              Peran Guru sebagai Manajer #5

              Manajer: Seorang guru adalah seorang manajer. Ada banyak fungsi manajemen yang diemban seorang guru profesional. Ia selalu mampu mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

              Peran Guru sebagai Supervisor #6

              Supervisor: Guru yang baik selalu memantau, menilai dan melakukan bimbingan teknis terhadap perkembangan anak didiknya.

              Peran Guru sebagai Pemimpin #7

              Pemimpin: Guru adalah seorang pemimpin. Padanya melekat beban sebagai seorang yang harus selalu mampu mengawal tugas dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundangan yang berlaku. Ia mampu mengambil keputusan yang bijak.

              Peran Guru sebagai Dinamisator #8

              Dinamisator: Guru yang efektif dapat memberikan dorongan kepada anak didiknya dengan jalan menciptakan suasana dan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

              Peran Guru sebagai Fasilitator #9

              Fasilitator: Dalam melaksanakan perannya sebagai fasilitator, seorang guru mampu memberikan bantuan teknis, arahan dan petunjuk kepada peserta didiknya. Ia dapat memfasilitasi segala kebutuhan peserta didiknya, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

              Peran Guru sebagai Evaluator #10

              Evaluator: Guru yang profesional mampu menyusun instrumen penilaian yang baik, melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian, serta mampu menilai setiap pekerjaan dan tugas siswa yang telah diberikannya.
              Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...