Showing posts with label pbm. Show all posts
Showing posts with label pbm. Show all posts

Thursday, April 9, 2015

Cara Membuat RPP Model WIPPEA

Cara Membuat RPP Model WIPPEA


Salah satu runtutan proses pembelajaran di kelas yang dapat menunjang keberhasilan guru dalam mengajar adalah dengan menggunakan model WIPPEA (Warm Up, Introduction, Presentation, Practice, Evaluation, dan Application). Model RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini biasanya digunakan untuk jenis-jenis materi ajar berbentuk keterampilan seperti ketampilan berbahasa, olahraga, atau untuk mengajarkan skill lainnya kepada siswa. Model pengembangan RPP WIPPEA dikembangkan dari hasil kerja Hunter pada bukunya yang berjudul Mastery Teaching, 1982.

RPP dan Efektivitas Proses Belajar Mengajar

Pengembangan RPP adalah salah satu langkah penting sebelum guru mempraktekkannya di kelas. Pengembangan RPP sangat menentukan apakah pembelajaran yang akan dilakukan guru dapat sukses atau tidak nantinya. RPP yang dikembangkan dengan baik akan mampu menjadi petunjuk bagi guru dalam melaksanakan PBM-nya. Pada tahap ini guru akan mempertimbangkan berbagai aspek yang nantinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa dan kemudahannya dalam mengajar. Perencanaan yang gagal otomatis akan membuat pembelajaran gagal, walaupun keberhasilan dalam mengembangkan RPP yang bagus belum tentu menjamin keberhasilan dalam mengajar saat proses pembelajaran berlangsung.

Pada RPP yang dikembangkan inilah guru akan menentukan tujuan-tujuan pembelajarannya, langkah-langkah yang dilakukan selama mengajar dan selama siswa belajar, bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan hingga media dan evaluasi dan penyiapan latihan untuk siswa. Semuanya itu sebaiknya tertulis di dalam RPP sehingga akan membantu guru mengorganisasikan pembelajarannya dengan baik dan efektif.

Model WIPPEA untuk Pengembangan RPP

WIPPEA sendiri adalah 6 langkah yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tentunya sebelum mengembangkan dan menuliskan keenam langkah ini, guru terlebih dahulu harus merumuskan tujuan pembelajarannya dengan baik. Nah, setelah semua tujuan pembelajaran dirumuskan barulah kemudian guru merumuskan langkah-langkah KBM menurut urutan WIPPEA tersebut. Baiklah, sekarang kita akan mengulas keenam urutan langkah model WIPPEA selama proses pembelajaran.

Warming Up (Pemanasan)

Pemanasan adalah cara-cara atau strategi yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa ke dalam inti pembelajaran. Pada langkah pertama model WIPPEA ini, guru dapat melakukan pemanasan dengan mengasses pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan. Stimulus dapat dilakukan dengan beragam cara untuk memberikan pemanasan, misalnya dengan gambar, video, atau peragaan oleh guru. Pemanasan juga dapat dilakukan dengan mengasses pembelajaran sebelumnya yang berhubungan erat dengan pembelajaran yang akan dilakukan.

Introduction (Pengantar)

Guru dapat memberikan pengantar berupa penyampaian tujuan pembelajaran baik secara tertulis maupun lisan. Tujuan-tujuan pembelajaran ini harus dipahami betul oleh siswa. Selanjutnya guru dapat meminta siswa menanggapi tujuan-tujuan pembelajaran tersebut. Tanggapan boleh dalam beragam bentuk misalnya pertanyaan, ulasan atau apapun, yang kemudian dapat dicatat oleh guru terutama untuk tanggapan-tanggapan yang sifatnya penting dan berhubungan erat dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Presentation (Presentasi atau Penyajian)

Harap jangan diartikan presentasi di sini dalam arti sempit seperti guru memberikan ceramah. Ada banyak model presentasi yang bisa disajikan kepada siswa. Memang tentu tidak salah jika memberikan ceramah, tetapi harus sesuai dengan sifat materi pembelajaran. Karena model WIPPEA ini sebenarnya lebih cocok untuk mengajarkan materi yang berbentuk keterampilan, maka pemodelan, demostrasi, atau presentasi contoh produk dari keterampilan tersebut tentulah lebih diutamakan. Guru dapat menampilkan video, realia, atau model untuk produk. Jika semisalnya keterampilan berbahasa yang akan diajarkan, maka mungkin yang dipresentasikan adalah kosa kata baru atau struktur kalimat yang baru yang belum siswa ketahui dan akan mereka pelajari.

Practice (Latihan)

Setelah siswa diberikan contoh-contoh, diberikan demostrasi, pemodelan atau diberikan presentasi yang berhubungan dengan apa yang akan mereka pelajari, maka guru pada langkah latihan akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatihkan keterampilan tersebut. Alokasi waktu yang diberikan untuk tahapan ini tentu lebih besar dibanding tahap-tahap sebelumnya. Siswa melakukannya secara individual atau berkelompok di bawah bantuan guru.

Evaluation (Evaluasi)

Selesai berlatih, maka keterampilan atau produk yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan latihan harus dievaluasi oleh guru. Guru akan memberikan masukan-masukan untuk menyempurnakan, atau memberikan koreksi jika terdapat kesalahan-kesalahan. Pada tahap ini siswa berkesempatan pula untuk menilai dirinya sendiri atau bahkan mungkin dapat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan untuk siswa lainnya.

Application (Penerapan)

Untuk tahapan yang terakhir ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dalam bentuk yang sedikit berbeda. Pada tahap ini siswa berkesempatan untuk menajamkan apa yang telah mereka kuasai. Tentu saja tahap penerapan atau aplikasi ini dapat ditambakan dengan memberikan tugas rumah atau proyek untuk dikerjakan baik secara individual maupun secara berkelompok.

Itulah enam langkah model pengembangan RPP bentuk WIPPEA yang seringkali digunakan untuk mengembangkan RPP untuk mengajarkan keterampilan kepada siswa dari blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran.

Saturday, March 15, 2014

15 Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran

Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Memperhatikan Pembelajaran

Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran


Pernahkah siswa anda ribut dan sama sekali tidak memperhatikan pembelajaran di kelas anda? Kalau pernah mengalaminya, anda pasti merasa kesal sekali bukan? Berikut ini blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran mencoba memberikan tips bagaimana cara menjaga agar siswa tetap fokus pada pembelajaran anda. Sebelumnya, blog ptk ini pernah menampilan tulisan tentang perhatian siswa pada pembelajaran, tetapi dikaitkan dengan aspek perencanaan. Nah kali ini, tips yang diberikan lebih berkaitan dengan aspek pelaksanaan pembelajaran di kelas. Mari kita simak bersama-sama.

15 Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran

Berikut ini akan dibeberkan 15 buah tips yang dapat anda coba gunakan saat mengajar di kelas anda, sehingga siswa tetap berfokus dan memperhatikan pembelajaran yang sedang anda lakukan.

Tips 1. Pancing ketertarikan siswa dengan cerita singkat

Siapa yang tidak suka mendengar cerita? Siswa anda pasti suka. Itu adalah human nature. Sudah dari sononya. Nah, apabila anda mengajar, selipkan cerita singkat yang berhubungan dengan pembelajaran anda. Cerita yang diberikan tentu bukan asal cerita, melainkan cerita yang ada kaitannya dengan pembelajaran anda. Cerita ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk memberikan jeda (berhubungan dengan tips nomor 13 di bawah). Cerita disajikan secara menarik sehingga perhatian siswa yang mulai kendur terhadap anda dan pembelajaran anda dapat dikembalikan seperti semula.

Tips 2. Ajukan pertanyaan yang bersifat open ended

Pertanyaan dapat membantu anak-anak atau siswa berpikir. Agar semua siswa dapat berpikir dan menjawabnya, berikanlah pertanyaan yang bersifat open ended (terbuka). Pertanyaan semacam ini akan dapat melibatkan semua siswa untuk menjawabnya, karena siswa akan menggunakan pemikiran dan berpendapat tentang hal ikhwal yang dipertanyakan melalui pertanyaan open ended tersebut.

Tips 3. Berikan hanya satu macam tugas pada suatu sesi pembelajaran

Beberapa siswa mungkin dapat menghandel beberapa tugas sekaligus dan memanajemennya dengan baik selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Akan tetapi sebagian besar siswa sebenarnya kesulitan melakukan tugas yang lebih dari satu. Jika semua tugas (lebih dari satu) adalah target yang memang harus dipenuhi dalam pembelajaran anda hari itu, buatlah tugas itu sedemikian rupa sehingga dapat dibagi-bagi menjadi sub-sub tugas yang dapat dikerjakan pada beberapa sekuen (sesi) pembelajaran pada hari itu dan mereka akan dapat menyelsaikannya satu per satu.

Tips 4. Berikan arahan yang jelas untuk mengerjakan tugas

Beberapa guru seringkali menganggap suatu tugas mudah dikerjakan walaupun hanya dengan petunjuk singkat pada lembar kerja.pada kenyataannya, siswa seringkali tidak mengerti apa maksus dari petunjuk yang diberikan pada tugas tersebut. Karena itu, mengkonfirmasi apakah mereka memahami dengan jelas apa yang ditugaskan kepada mereka sangat penting. Dan, yang jauh lebih penting lagi, siswa seringkali membutuhkan penjelasan dan arahan tambahan tentang tugas yang dikerjakan. Lakukan ini sebaik-baiknya agar jangan sampai waktu siswa untuk mengerjakan tugas terbuang sia-sia atau membuat mereka berada dalam kebingungan untuk beberapa waktu.

Tips 5. Lakukan kontak pandang

Saat siswa-siswa mulai mengendur perhatian terhadap pembelajaran. Gunakan kontak pandang kepada setiap siswa anda. Terutama saat anda berbicara kepada mereka secara terarah (individual, siswa tertentu)ataupun saat anda berbicara kepada seluruh kelas. Sapukan pandangan mata anda secara bergantian dan berputar ke seluruh bagian kelas, ke seluruh siswa anda sedemikian rupa sehingga mereka merasa diajak berbicara. Bila mereka merasa sedang diajak berbicara, maka mereka akan mendengarkan anda.

Tips 6. Berkelilinglah ke seluruh bagian kelas

Beberapa guru memiliki tipe kurang dinamis dalam pergerakan di dalam kelasnya. Guru-guru model ini cenderung lebih banyak berdiri di depan atau duduk di kursinya sambil mengajar. Ini bukan guru yang baik apabila ingin dengan mudah menjaga perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Cara yang terbaik adalah, guru harus berkeliling ke seluruh bagian kelas. Apabila mereka sedang mengerjakan tugas, guru lebih-lebih lagi harus berkeliling. Ia harus mengecek bagaimana siswa mengerjakan tugas itu. Mereka mungkin saja memerlukan bantuan, memerlukan tanggapan, atau memerlukan konfirmasi dari anda.

Tips 7. Sesekali berbicaralah dari arah pojok bagian belakang kelas

Sebenarnya masih terkait dengan tips nomor 6 di atas, guru selama berkeliling ke seluruh bagian kelas dapat berbicara kepada seluruh anggota kelas secara kelas dari bagian kelas manapun. Tidak harus selalu berbicara dari arah depan kelas. Justru dengan cara ini beberapa siswa yang mungkin terfokus untuk selalu memandang ke arah depan kelas akan dapat berganti posisi dan membuat mereka sedikit rileks dan tidak cepat lelah.

Tips 8. Gunakan teknik pemusatan

Saat suasana kelas sedang ribut atau saat mereka asyik mengerjakan tugas tertentu, tetapi anda perlu untuk mengutarakan sesuatu kepada semuanya, maka anda dapat menggunakan teknik pemusatan. Bagaimana teknik ini digunakan? Mudah sekali. Anda dapat bertepuk tangan 3 kali keras-keras, mengetukkan benda keras ke papan tulis hingga suaranya cukup keras untuk mengejutkan mereka, atau cara-cara lain yang serupa sehingga mereka menghentikan kegiatan mereka (keributan atau mengerjakan tugas) secara bersamaan dan segera perhatian mereka terpusat kepada anda dan pembelajaran anda.

Tips 9. Tuliskan kata-kata kunci pembelajaran anda di papan tulis

Saat anda mempresentasikan suatu materi pembelajaran, siswa harus fokus pada kata-kata kunci penting dalam materi pembelajarana itu. Untuk memudahkan mereka mengenali dan memperhatikan apa saja informasi terkait kata-kata kunci itu, maka anda dapat menuliskannya di papan tulis dalam ukuran yang cukup besar bila dibandingkan tulisan anda lainnya.

Tips 10. Variasikan intonasi, volume, mimik, dan gesture anda saat berbicara

Saat berbicara atau bercerita, gunakanlah keterampilan berkomunikasi anda sebagai guru. Gunakan intonasi, volume suara, mimik, dan gesture yang sesuai sehingga  penampilan anda menjadi lebih menarik.

Tips 11. Gunakan warna pada tulisan anda di papan tulis

Saat menuliskan sesuatu di papan tulis, gunakan spidol berwarna-warni. Tetapi ingat, warna-warna yang digunakan harus tetap cukup jelas untuk dilihat oleh seluruh siswa di kelas anda, di bagian manapun ia duduk. Gunakan warna-warna tertentu untuk penekanan bagian-bagian penting atau untuk menunjukkan alur proses-proses berpikir atau cara menyelesaikan soal (tugas) yang digunakan.

Tips 12. Hapus tulisan-tulisan sesi pembelajaran anda sebelumnya

Jangan biarkan papan tulis anda penuh. Beberapa guru seringkali terkesan malas menghapus papan tulis dan rela menuliskan hal-hal penting pada bagian-bagian seperti di pinggir atau pojok bawah papan tulis. Sungguh, papan tulis sesekali perlu dihapus. Bahkan jeda anda saat menghapus papan tulis dapat memfokuskan perhatian siswa anda. Papan tulis yang terlalu penuh akan menyulitkan anda meletakkan tulisan-tulisan penting. Bisa juga, tulisan-tulisan yang ada sebelumnya dari sekuens pembelajaran anda akan mengganggu dan membuyarkan perhatian siswa anda akan apa yang akan atau baru saja anda tulis di papan tulis.

Tips 13. Jika anda menggunakan power point, beri jeda presentasi anda dengan teknik lain

Saat ini penggunaan power point dengan slide-slidenya sudah lumrah dalam pembelajaran-pembelajaran di sekolah kita. Ada guru yang bahkan setiap hari menggunakan power point untuk pembelajaran. Ini kadang menjadi ironi ketika guru melupakan bahwa di kelas terdapat papan tulis, atau sesekali ia perlu mematikan koneksi antara laptopnya dengan in focus agar siswa dapat memperoleh jeda dan variasi. Siswa tidak akan selama 2 x 40 menit memelototi layar dan power point anda. Sebagus apapun slide-slide yang anda punya. Jadi berilah jeda. Anda dapat berkeliling kelas, memutuskan koneksi laptop sehingga layar menjadi blank, atau bercerita, untuk memberikan jeda.

Tips 14. Berikan penghargaan kepada siswa-siswa dan seluruh siswa di dalam kelas anda

Berikan tepuk tangan atau kata-kata yang membesarkan hati mereka saat siswa melakukan tugasnya dan mengikuti pembelajaran anda dengan baik. Ini penting untuk menunjukkan bahwa anda senang sekali karena mereka telah berperilaku demikian. Selanjutnya, percayalah mereka akan selalu mengikuti presentasi anda dan mengerjakan tugas-tugas berikutnya dengan riang.

Tips 15. Tunjukkan kesabaran dan ketulusan anda

Siswa adalah anak-anak atau remaja. Sifat dasar mereka adalah bermain-main. Dan, bila dalam pembelajaran anda mereka terkesan bosan, tidak memperhatikan, maka anda harus bersabar. Tunjukkan bahwa anda tulus ingin agar mereka mengikuti pembelajaran dengan baik untuk kepentingan mereka sendiri. Bukan untuk orang lain. Kesabaran anda yang tulus akan membukakan mata hati mereka (siswa-siswa anda) bahwa mereka harus fokus pada pembelajaran yang anda sajikan, bahkan sejelek dan semembosankan apapun penyajian pembelajaran anda.

Demikian tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran dari blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini. Semoga bermanfaat.

Sunday, March 2, 2014

Stoples Reward untuk Kelas Anda

trik menggunakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS
STOPLES PENGHARGAAN KELAS

Stoples Reward untuk Kelas Anda

Pada artikel kali ini blog penelitian tindakan kelas ingin berbagi mengenai sebuah trik yang tentu dapat anda lakukan di kelas anda (kelas 1 - 6 SD atau sederajat). Trik yang dimaksud di sini adalah cara memberikan penghargaan atau reward untuk seluruh siswa-siswa di kelas anda. Beberapa guru mungkin sudah biasa memberikan reward secara klasikal untuk siswanya, misalnya dengan membolehkan siswa beristirahat lebih awal dari jadwal yang seharusnya karena mereka sekelas telah melakukan kegiatan kebersihan kelas dengan baik (semua berpartisipasi dengan bersemangat), atau mungkin karena sebab-sebab lain dengan tujuan untuk membuat semua siswa menjadi senang dan gembira dan terdorong secara kolektif untuk berperilaku positif.

Trik yang akan dibagikan kali ini boleh kita namakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS. Berdasarkan namanya tersebut, maka trik ini membutuhkan sebuah stoples transparan sebagai tempat untuk menaruh bola-bola penghargaan yang diterima oleh kelas. Bagaimana caranya? Yuk disimak.

STOPLES PENGHARGAAN KELAS

  • Siapkan sebuah stoples bening ukuran sedang lengkap dengan tutupnya.
  • Siapkan sekantung bola-bola plastik warna-warni berdiameter sekitar 5 cm atau 3 cm yang banyak dijual tukang mainan anak.
  • Beri label dengan kertas bufallo berwarna cerah bertuliskan "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" atau "STOPLES REWARD KELAS" dengan merekatkannya menggunakan selotip transparan.
  • Ketika siswa-siswa dalam pembelajaran berperilaku baik (belajar dengan tekun dan bersemangat) dalam pelajaran anda, berikan 1 bola berwarna kepada seorang siswa untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Pada kesempatan pembelajaran yang lain, ketika siswa dapat belajar dengan tertib, berikan 1 bola berwarna lagi untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Untuk kesempatan yang lain, mungkin anda dapat memberikan bola kepada salah seorang siswa karena seluruh siswa di kelas anda telah mengikuti upacara bendera dengan baik dan membentuk barisan paling rapi.
  • Berikan 1 bola berwarna setiap kali siswa-siswa di kelas berperilaku positif.
  • Apabila stoples telah penuh dan tidak dapat lagi ditutup rapat, maka berarti saatnya mereka semua mendapatkan hadiah dari anda: misalnya anda membacakan sebuah buku cerita untuk mereka, atau mereka semua boleh menonton sebuah video kartun favorit mereka, dan lain sebagainya.

Tips pelaksanaan terkait stoples penghargaan kelas:

  • Gunakan stoples yang ukurannya cukup menampung 10 -15 bola saja.Jangan menggunakan stoples yang terlalu besar atau kecil sehingga terlalu cepat penuh atau terlalu lama baru penuh.
  • Berikan hadiah yang benar-benar menarik. Ingat, menarik di sini bukan berarti mereka harus diberikan makanan seperti permen atau uang, tetapi lebih kepada hadiah yang sifatnya mendidik tetapi tetap menyenangkan.
  • Letakkan stoples di atas rak atau lemari dekat meja guru di depan kelas agar semua siswa dapat memantaunya.

Demikian trik "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" untuk digunakan di kelas anda agar semua siswa terdorong untuk berperilaku positif. Selamat mencoba.

Saturday, November 2, 2013

Keterampilan Bertanya Guru dan Aspek-Aspeknya

Keterampilan Bertanya Guru Sebagai Keterampilan Mengajar Esensial

Pada saat mengajar, dalam model pembelajaran, pendekatan, teknik atau strategi apapun, salah satu keterampilan esensial (penting) yang harus dikuasai oleh guru dengan baik adalah keterampilan bertanya (questioning skills). Sebetulnya, blog kesayangan Penelitian Tindakan Kelas telah pernah mengulas tentang keterampilan bertanya guru ini, yaitu pada tulisan tentang:

Pembahasan kali ini yang berkaitan tentang keterampilan/kemampuan bertanya guru tentu tidaklah keliru. Hal ini dimaksudkan agar teoritis keilmuan kita sebagai guru dan mahasiswa calon guru tentang keterampilan bertanya menjadi semakin lebih baik.

Kontroversi tentang Pertanyaan Guru

Banyak sekali penelitian tentang keterampilan bertanya guru atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru di dalam kelas telah dilakukan. Ranah penelitian pendidikan di bidang ini menjadi menarik karena alasan di atas: yaitu begitu tak terpisahkannya proses bertanya dalam setiap pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas seorang guru. Hampir tak pernah ditemukan sebuah pembelajaran tanpa pengajuan pertanyaan oleh guru. Di dalam buku Learning to Teach edisi kelima karya Richard L. Arends yang diterbitkan oleh McGraw Hill tahun  2001 disebutkan bahwa:

Karena pertanyaan-pertanyaan begitu sering diajukan di dalam kelas, salah satu hal menarik tentang pertanyaan guru adalah: Apa efek pertanyaan bagi pembelajaran siswa? Dalam bentuk lain: Apa efek dari pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat faktual dan apa efek pertanyaan-pertanyaan guru yang meminta siswa untuk berpikir pada taraf yang lebih tinggi (higher level thinking)? Selama bertahun-tahun, terdapat konsensus bahwa pertanyaan dengan : higher level thinking akan mengarahkan siswa pada perkembangan kognitif yang lebih besar dibanding jika siswa diberikan pertanyaan yang sifatnya konkret dan faktual. Tetapi kemudian pada tahun 1970-an, justru banyak penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti nyata adanya perbedaan ini (Rosenshine: 1971; Dunkin & Biddle: 1974). Pada tahun 1976 Barak Rosenshine justru mengklaim bahwa pertanyaan faktual-lah yang justru dapat meningkatkan perkembangan kognitif siswa, terlebih apabila guru dengan segera memberikan umpan balik (feedback) terkait jawaban yang benar dan jawaban yang salah (tidak tepat). Dalam hal ini perlu dicatat bahwa Rosenshine melakukan penelitiannya pada siswa kelas rendah dari latar belakang sosial dan ekonomi tingkat bawah. Beberapa tahun kemudian Redfield mengumumkan hasil penelitian yang berlawanan, yaitu bahwa pertanyaan-pertanyaan guru yang mengacu pada pemikiran tingkat tinggi (higher level thinking) akan memberikan efek positif dan meningkatkan prestasi dan kemampuan berpikir siswa.

Pertanyaan Guru yang Baik

Selama satu dekade lebih setelah itu, para peneliti tentang pertanyaan guru selalu menunjukkan hasil-hasil yang saling berkontroversi. Akhirnya muncullah suatu konsensus bahwa tipe-tipe pertanyaan yang dilontarkan oleh guru harus disesuaikan dengan siswa, dengan siapa mereka bekerja (belajar), dan untuk jenis tujuan pembelajaran bagaimana mereka belajar. Gall (1984; Gall & Gall: 1990), sebagai contoh menginterpretasikan hasil-hasil penelitian ini sebagai berikut:
  • Pertanyaan-pertanyaan faktual lebih efektif untuk mempromosikan prestasi anak-anak yang lebih muda, yang manakhususnya bila  melibatkan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar.
  • Pertanyaan-pertanyaan kognitif tingkat tinggi lebih efektif untuk siswa bila dibutuhkan berpikir siswa lebih diarahkan ke berpikir bebas (independen).

Tingkat Kesulitan Pertanyaan

Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru, para peneliti juga tertarik dalam kaitan tingkat kesulitan dan pola keseluruhan pertanyaan guru. Tingkat kesulitan suatu pertanyaan adalah mengacu pada kemampuan siswa-siswa menjawab pertanyaan alih-alih tingkat berpikir (kognitif) yang dibutuhkan. Lagi-lagi, hasil penelitian pada ranah ini juga menunjukkan hasil yang beragam. Walaupun demikian, setelah melewati bermacam review, penelitian-penelitian akhirnya menunjukkan bahwa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jere Brophy & Tom Good (1986), ada 3 acuan yang harus dipertimbangkan guru ketika ingin memutuskan seberapa sulit pertanyaan akan diberikan kepada siswa, yaitu:
  • Proporsi terbesar (paling tidak 3/4 bagian) pertanyaan harus pada level di mana semua siswa akan dapat menjawab pertanyaan tersebut.
  • Proporsi sisanya (1/4 bagian) pertanyaan harus berada pada level sulit, tetapi tetap harus dapat direspon oleh siswa meskipun respon (jawaban) yang diberikan nantinya tidak dapat lengkap.
  • Tidak ada pertanyaan yang tidak akan dapat dijawab oleh siswa (mustahil bisa dijawab siswa).

Pola Pertanyaan Guru/Pola Tanya-Jawab

Pola keseluruhan pertanyaan guru juga sangat penting. Kenyataan di kelas yang sering ditemui adalah guru menanyakan semua pertanyaan dan semua siswalah yang harus menjawab pertanyaan dengan tepat. Kemudian guru akan mengulang-ulang pertanyaan yang sama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sebenarnya, pola pertanyaan guru yang seperti ini sangat berdampak buruk pada diskusi kelas dan sama sekali tidak akan membawa siswa untuk mengembangkan proses berpikirnya pada taraf yang lebih tinggi, bahkan justru mengarahkan siswa kepada kebosanan. Pada kelas yang baik, pola pertanyaan haruslah seperti ini: siapa saja boleh mengajukan pertanyaan, dan siapa saja boleh menjawab pertanyaan. Guru yang baik justru akan membuat pertanyaan yang jawaban-jawaban pertanyaan tersebut akan memancing siswa untuk bertanya, lalu menjawab.

Waktu Tunggu (Wait Time)

Hal terpenting lainnya dalam kaitan keterampilan bertanya guru yang telah diselidiki oleh para peneliti di bidang ini adalah waktu tunggu (wait time).  Waktu tunggu adalah jeda waktu antara saat pertanyaan dilontarkan oleh guru dengan waktu saat siswa harus menjawab pertanyaan. Waktu tunggu pertama kali diteliti pada tahun 1960an. Waktu tunggu sangat penting untuk diterapkan oleh guru pada saat memberikan pertanyaan-pertanyaan di dalam kelasnya.

Demikian tulisan kali ini tentang keterampilan bertanya guru, semoga bermanfaat.

Tuesday, April 23, 2013

Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom

Blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran kali ini akan mengangkat bahasan yang mungkin sudah sangat dipahami oleh para pembaca yang budiman, yaitu tentang taksonomi Bloom pada ranah (domain) kognitif. Walaupun pembagian ranah tujuan pembelajaran dari aspek kognitif (intelektual) ini sudah dikenal umum,pada kenyataannya guru atau calon guru masih sering mengalami kesulitan dalam menuliskan tujuan pembelajaran dengan berbagai variasi level (tingkatan).

Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom (1956)

tingkatan (level) taksonomi Bloom pada ranah kognitif
tingkatan (level) taksonomi Bloom pada ranah kognitif
Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York telah membagi ranah (domain) kognitif menjadi beberapa bagian. Berikut adalah penjelasannya.

Tujuan pembelajaran dalan ranah (domain) kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6 tingkatan, dilambangkan dengan huruf C (cognitive). Secara umum, makin tinggi tingkatannya semakin rumit tujuan pembelajaran itu yaitu:

1. Tingkat (Level) Pengetahuan – C1

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi.

Kata Kerja Operasional Level C1

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C1 (Cognitive 1 – Pengetahuan) antara lain:
  • mengutip
  • menyebutkan
  • menjelaskan
  • menggambar
  • membilang
  • mengidentifikasi
  • mendaftar
  • menunjukkan
  • memberi label
  • memberi indeks
  • memasangkan
  • menamai
  • menandai
  • membaca
  • menyadari
  • menghafal
  • meniru
  • mencatat
  • mengulang
  • mereproduksi
  • meninjau
  • memilih
  • menyatakan
  • mempelajari
  • mentabulasi
  • memberi kode
  • menelusuri
  • menulis
  • merespon

2. Tingkat (Level) Pemahaman – C2

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).

Kata Kerja Operasional Level C2

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C2 (Cognitive 2 – Pemahaman) antara lain:
  • memperkirakan
  • menjelaskan
  • mengkategorikan
  • mencirikan
  • merinci
  • mengasosiasikan
  • membandingkan
  • menghitung
  • mengkontraskan
  • mengubah
  • mempertahankan
  • menguraikan
  • menjalin
  • membedakan
  • mendiskusikan
  • menggali
  • mencontohkan
  • menerangkan
  • mengemukakan
  • mempolakan
  • memperluas
  • menyimpulkan
  • meramalkan
  • merangkum
  • menjabarkan

3. Tingkat (Level) Aplikasi – C3

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata.

Kata Kerja Operasional Level C3

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C3 (Cognitive 3 – Aplikasi) antara lain:
  • menugaskan
  • mengurutkan
  • menentukan
  • menerapkan
  • menyesuaikan
  • mengkalkulasi
  • memodifikasi
  • mengklasifikasi
  • menghitung
  • membangun
  • membiasakan
  • mencegah
  • menentukan
  • menggambarkan
  • menggunakan
  • menilai
  • melatih
  • menggali
  • mengemukakan
  • mengadaptasi
  • menyelidiki
  • mengoperasikan
  • mempersoalkan
  • mengkonsepkan
  • melaksanakan
  • meramalkan
  • memproduksi
  • memproses
  • mengaitkan
  • menyusun
  • mensimulasikan
  • memecahkan
  • melakukan
  • mentabulasi

4. Tingkat (Level) Analisis – C4

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).

Kata Kerja Operasional Level C4

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C4 (Cognitive 4 – Analisis) antara lain:
  • menganalisis
  • mengaudit
  • memecahkan
  • menegaskan
  • mendeteksi
  • mendiagnosis
  • menyeleksi
  • merinci
  • menominasikan
  • mendiagramkan
  • mengkorelasikan
  • merasionalkan
  • menguji
  • mencerahkan
  • menjelajah
  • membagankan
  • menyimpulkan
  • menemukan
  • menelaah
  • memaksimalkan
  • memerintahkan
  • mengedit
  • mengaitkan
  • memilih
  • mengukur
  • melatih
  • mentransfer

5. Tingkat (Level) Sintesis – C5

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak.

Kata Kerja Operasional Level C5

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C5 (Cognitive 5 – Sintesis) antara lain:
  • mengabstraksi
  • mengatur
  • menganimasi
  • mengumpulkan
  • mengkategorikan
  • mengkode
  • mengombinasikan
  • menyusun
  • mengarang
  • membangun
  • menanggulangi
  • menghubungkan
  • menciptakan
  • mengkreasikan
  • mkengoreksi
  • merancang
  • merencanakan
  • mendikte
  • meningkatkan
  • memperjelas
  • memfasilitasi
  • membentuk
  • merumuskan
  • menggeneralisasi
  • menggabungkan
  • memadukan
  • membatas
  • merefarasi
  • menampilkan
  • menyiapkan
  • memproduksi
  • merangkum
  • merekonstruksi

6. Tingkat (Level) Evaluasi – C6

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.

Kata Kerja Operasional Level C6

Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level C6 (Cognitive 6 – Evaluasi) antara lain:
  • membandingkan
  • menyimpulkan
  • menilai
  • mengarahkan
  • mengkritik
  • menimbang
  • memutuskan
  • memisahkan
  • memprediksi
  • memperjelas
  • menugaskan
  • menafsirkan
  • mempertahankan
  • memerinci
  • mengukur
  • merangkum
  • membuktikan
  • memvalidasi
  • mengetes
  • mendukung
  • memilih
  • memproyeksikan

Demikian artikel tentang Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom dari blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran, semoga bermanfaat. Salam.

Wednesday, March 13, 2013

Permasalahan di Kelas dan Hubungannya dengan Materi Prasyarat, Perbaikan, serta Pengayaan

Blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran kali ini akan menyajikan tulisan tentang materi prasyarat, materi perbaikan, dan materi pengayaan dan hubungannya dengan permasalahan di kelas. Sebagaimana kita semua sudah maklum, bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas seringkali menemukan berbagai hambatan. Beberapa hambatan yang terjadi di dalam kelas terkait dengan materi pembelajaran, paling tidak dapat dikategorikan menjadi 3 macam. Adapun ke-3 macam hambatan yang dapat terjadi itu yaitu (1) siswa belum memiliki bekal pengetahuan (pengetahuan prasyarat); (2) siswa mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran, dan (3) siswa terlalu cepat menguasai materi pembelajaran sehingga menimbulkan gap (jurang) dengan kawan-kawannya yang lain. Berikut kita ulas satu per satu.

#1. Siswa Belum Memiliki Bekal Pengetahuan (Pengetahuan Prasyarat)

Beberapa siswa di dalam kelas biasanya akan kesulitan untuk memulai mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru karena mereka belum memiliki pengetahuan psyarat (prequisite knowledge). Apa yang dimaksud dengan pengetahuan prasyarat? Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Siswa yang tidak menguasai penjumlahan akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Istilah yang lebih familiar bagi anda mungkin adalah pre-tes. Nah, bila hasil tes tersebut menunjukkan siswa ternyata belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi prasyarat atau bahan pembekalan (matrikulasi). Bahan pembekalan untuk matrikulasi ini dapat diambil guru dari materi-materi atau modul-modul di bawahnya.
permasalahan di kelas dan hubungannya dengan materi pembelajaran
permasalahan di kelas dan hubungannya dengan materi pembelajaran

#2. Siswa Mengalami Kesulitan Selama Kegiatan Pembelajaran

Masalah kedua yang mungkin akan ditemui oleh guru terkait materi pembelajaran di kelas adalah siswa mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran, bukan karena ia tidak memiliki pengetahuan prasyarat (bekal pengetahuan / bekal awal). Saat proses pembelajaran ternyata siswa mengalami kesulitan atau hambatan untuk menguasai materi pembelajaran. Untuk ini, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Pemberian materi remidial disebut dengan pembelajaran remidial. Biasanya dilakukan di akhir unit pembelajaran setelah didapat nilai formatif siswa pada unit pembelajaran tsb rendah dibanding kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

#3. siswa terlalu cepat menguasai materi pembelajaran sehingga menimbulkan gap (jurang) dengan kawan-kawannya yang lain

Sebenarnya masalah yang ketiga ini bukanlah masalah serius. Akan tetapi masalah ini akan selalu muncul bersama kehadiran masalah kedua di atas. Bila ada siswa yang harus mengikuti program perbaikan untuk menerima materi perbaikan (remidial),maka otomatis juga akan ada siswa yang harus mendapatkan materi pengayaan (enrichment). Siswa yang dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran harus disediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi. Hal ini penting dilakukan agar siswa-siswa yang berada pada tataran ini tidak membuat ulah di kelas saat sedang dilakukan remidial. Selain itu, yang terpenting, bukankah waktu yang mereka miliki lebih baik dimanfaatkan untuk mempelajari topik tersebut secara lebih luas dan mendalam melebihi tuntutan standar?

Demikian tulisan tentang Permasalahan di Kelas dan Hubungannya dengan Materi Prasyarat, Perbaikan, serta Pengayaan dari blog PTK dan Model-Model Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Tuesday, February 19, 2013

Balikan (Feedback) dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa


Balikan (Feedback) dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa

Blog PTK dan Model-Model Pembelajaran kali ini akan memngulas tentang balikan (feedback / umpan balik) dalam hubungannya dengan motivasi belajar siswa, untuk memberikan tanggapan pada pertanyaan di Fanpage Facebook Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai catatan, di tulisan ini anda akan menjumpai istilah feedback, balikan, dan umpan balik. Ketiganya mempunyai makna yang sama (sinonim). Nah, sekarang mari kita  simak bersama-sama.
hubungan balikan dengan motivasi belajar
Hubungan balikan dengan motivasi belajar?

Pengertian Feedback / Umpan Balik / Balikan

Dalam Bahasa Indonesia ada dua istilah yang sering digunakan untuk mengganti kata Bahasa Inggris ‘feedback’, yaitu ‘umpan bailk’ dan ‘balikan’.  Apakah yang dimaksud dengan balikan? Berikut diberikan defini balikan menurut para ahli psikologi pendidikan:

  • Pengertian Balikan (Feedback) Menurut Eggen & Kauchak (1994): Balikan atau umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa tentang tingkah laku tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan performa (kinerja) siswa.
  • Definisi Umpan Balik (Feedback) Menurut Richard L. Arends (1997): Umpan balik atau feedback adalah informasi yang diberikan kepada siswa tentang performa mereka; misalnya tentang pengetahuan yang mereka peroleh dari pembelajaran.
  • Pengertian Feedback (Balikan) Menurut Robert E. Slavin (1997): Menurut Slavin, feedback atau umpan balik adalah informasi tentang hasil-hasil dari upaya belajar yang telah dilakukan siswa.


Jenis-Jenis Balikan (Feedback)

Guru dapat memberikan balikan dengan beragam cara / bentuk seperti; (1) balikan verbal; (2) balikan dari skor hasil tes; (3) balikan melalui komentar tertulis; hingga (4) balikan melalui rekaman video atau audio.

Umpan balik verbal

Umpan balik verbal adalah umpan balik secara lisan kepada siswa, biasanya diberikan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Umpan balik verbal dapat digunakan dengan lebih cepat dibanding umpan balik jenis lain.

Umpan balik berupa hasil tes

Hasil tes yang dibagikan kepada siswa dapat menjadi umpan balik kepada mereka tentang hasil belajar mereka: seberapa banyak  penguasaan mereka terhadap materi pembelajaran atau bagian-bagian mana dari suatu unit pembelajaran yang belum mereka kuasai.

Umpan balik dengan komentar tertulis

Balikan melalui komentar tertulis dapat diberikan pada lembar jawaban ulangan, PR, tugas, atau LKS yang dikerjakan siswa. Guru memberikan balikan dengan cara menulis komentar-komentar yang memuat informasi bagaimana seharusnya mereka menjawab soal-soal ulangan, PR, tugas, atau LKS itu. Tidak hanya sekedar mencoret jawaban-jawaban yang salah dengan tanda silang, tetapi menuliskan langkah-langkah atau jawaban-jawaban yang tepat.

Umpan balik melalui rekaman audio atau video

Balikan juga dapat diberikan melalui rekaman audio misalnya pada pelajaran membaca puisi, guru dapat membuat rekaman suara anak yang sedang membaca puisi, lalu memperdengarkan rekaman tersebut sehingga siswa dapat menyadari pada bait-bait mana ia harus memperbaiki intonasi bacaannya. Balikan melalui rekaman audio misalnya diberikan pada siswa yang sedang belajar menari. Melalui rekaman siswa dapat melihat bagaimana penampilannya dan guru dapat memberikan komentar pada bagian-bagian mana siswa harus memperbaiki gerakannya.

Selain itu  balikan dapat pula digolongkan berdasarkan performa (kinerja) siswa dan tujuan pemberiannya kepada siswa, yaitu: (1) balikan negatif (negative  feedback) yang bertujuan agar siswa memperbaiki performanya; dan (2) balikan positif (positive feedback) yang bertujuan agar siswa mempertahankan performanya yang sudah bagus.

Balikan Negatif (Negative Feedback)

Umpan balik negatif diberikan kepada siswa yang performanya masih belum sesuai harapan guru. Pada balikan negatif ini, guru memberikan informasi bahwa performa siswa belum bagus disertai contoh bagaimana mereka seharusnya performa mereka. Tujuan diberikannya umpan balik negatif bersifat korektif, sehingga siswa dapat memperbaiki performanya.

Misalnya: “Jodi, hitunganmu masih belum tepat. Lihat, seharusnya kamu terlebih dahulu memperhatikan bagian mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Untuk menghitung panjang sisi miring segitiga siku-siku, kamu seharusnya memangkatkan dahulu kedua panjang sisi-sisinya, baru kemudian menjumlahkan, dan setelah itu mengakarkannya.” 

Balikan Positif (Positive Feedback)

Balikan positif atau umpan balik positif diberikan kepada siswa dengan tujuan siswa akan mempertahankan kinerja (performa)-nya di masa yang akan datang. Balikan positif sebaiknya dibarengi dengan penghargaan (reward) / penguatan (reinforcement) misalnya berupa pujian atau tepuk tangan, atau bentuk lainnya. Pada balikan positif guru memberikan informasi tentang performa siswa yang sudah bagus.
Misalnya: “Bagus Andi, hitunganmu tepat sekali. Dan saya suka caramu menuliskan langkah-langkah perhitungan tentang luas lingkaran di soal itu: rinci, rapi, dan dibuat selangkah demi selangkah secara berurutan sehingga mudah dimengerti orang lain.”

Tanpa diberikan umpan balik, maka siswa tidak akan dapat belajar menulis secara efektif dengan hanya menulis; mereka tidak akan dapat membaca dengan baik dengan hanya sekedar membaca; dan mereka tidak akan dapat bermain basket dengan baik dengan hanya berlatih bermain basket. Tanpa balikan, berarti siswa tidak tahu bagaimana hasil b elajarnya (apakah sudah tepat atau bagus, di mana kekurangannya, dsb) maka siswa tidak akan meningkat performanya.

Prinsip-Prinsip Pemberian Feedback yang Efektif

Beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru saat memberikan balikan kepada siswa adalah : (1) berikan feedback sesegera mungkin; (2) berikan feedback yang spesifik; (3) tekankan pada tingkah laku atau hal yang ingin dikoreksi, bukan yang lain; (4) berikan feedback sesuai tingkat perkembangan anak; (5) berikan penghargaan (reward) bersama-sama dengan balikan positif (positive feedback) pada performa yang sudah bagus; (6) saat memberikan balikan negatif (negative feedback), sekaligus tunjukkan / contohkan bagaimana performa yang benar (bagus); (7) bantulah siswa untuk tetap fokus pada proses, bukan pada hasil; (8) ajarkan siswa bagaimana memperoleh feedback dari dirinya sendiri dan bagaimana menilai performa (kinerja)-nya sendiri;

Berikan Feedback Sesegera Mungkin

Sebaiknya umpan balik diberikan sesegera mungkin agar bila siswa harus memperbaiki kinerja (performa) dapat juga dilakukannya sesegera mungkin sebelum kekeliruan / kesalahan siswa berlarut-larut dan melekat. Begitu pula bila siswa telah menunjukkan performa yang bagus, maka mereka akan mengerti bahwa ia harus mempertahankan performanya itu dan ia tahu bahwa ia telah belajar dengan benar.

Berikan Feedback Yang Spesifik

Feedback yang diberikan harus spesifik sehingga siswa mengerti apa yang dimaksud oleh guru.
Perhatikan kasus berikut:

Bu Titin sedang mengajar matematika. Ia sedang mengajarkan bagaimana menyederhanakan persamaan aritmatika berikut:

7 + 4(5 – 3) – 2

Bu Titin bertanya, “Apa yang harus kita kerjakan lebih dahulu dari persamaan tersebut? Hardi?”
“Menambahkan 7 dengan 4, Bu.”
“Belum tepat, Hardi. Coba yang lain, ada yang bisa membantu?”
Pada kasus itu Bu Titin telah memberikan feedback dengan segera setelah Hardi menyebutkan langkah yang salah, akan tetapi Bu Titin belum memberikan feedback yang spesifik kepada Hardi. Dengan feedback demikian, Hardi tidak akan pernah tahu ia salah di bagian mana dan mengapa.

Contoh lain:
Bandingkan dengan Bu Yanti yang memberikan feedback seperti di bawah ini:
Bu Yanti bertanya, “Apa yang harus kita kerjakan lebih dahulu dari persamaan tersebut? Randy?”
“Menambahkan 7 dengan 4, Bu.”
“Perhatikan kembali, Randy. Bila kita langsung menambahkan 7 dengan 4, kita masih punya angka 5 dikurang 3 di dalam tanda kurung. Ingat yang telah saya jelaskan sebelumnya apa artinya tanda kurung pada persamaan seperti ini?”
“...Kita seharusnya mengalikan 4 dengan 5 kurang 3 terlebih dahulu.”

Perhatikan, pada contoh kedua, Bu Yanti tidak hanya memberikan feedback dengan segera, tetapi juga memberikan informasi spesifik di bagian mana ketidaktepatan jawaban Randy. Lalu Bu Yanti juga memberikan bantuan agar Randy dapat kemudian menjawab persamaan aritmatika itu dengan tepat.

Perhatikan pula contoh berikut:
“Bagus, tanganmu berada di posisi yang tepat untuk melakukan pukulan backhand.” (Feedback yang bagus).
“Sip, backhand-mu sudah bagus, Ical.” (Feedback yang kurang bagus, karena siswa mungkintidak tahu mengapa backhand-nya sudah dianggap bagus oleh guru).

Tekankan Pada Tingkah Laku Atau Hal Yang Ingin Dikoreksi, Bukan Yang Lain

Berilah penekanan pada informasi tentang tingkah laku atau performa yang ingin dikoreksi saat memberikan feedback, bukan pada yang lain.
“Saat kamu berpidato di depan kelas tadi, suaramu terlalu pelan sehingga kebanyakan kawanmu tidak mendengar apa yang kamu katakan.” (Feedback yang bagus).
“Kamu harus membuang jauh-jauh rasa malu-mu saat berpidato di depan kelas.” (Feedback yang kurang bagus karena guru sebenarnya menginginkan siswa tersebut berpidato dengan suara lebih keras).

Berikan Feedback Sesuai Tingkat Perkembangan Anak

Beberapa guru seringkali memberikan umpan balik yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Misalnya, umpan balik yang diberikan terlalu banyak pada saat bersamaan, sehingga siswa-siswa tersebut kesulitan menanganinya.

Berikan Penghargaan (Reward) Bersama Balikan Positif

Bila guru ingin memberikan balikan positif (positive feedback) pada performa yang sudah bagus, berikanlah sekaligus bersama-sama dengan penghargaan (reward).

Berikan Contoh Bersama Balikan Negatif

Bila guru ingin memberikan balikan negatif (negative feedback), sekaligus tunjukkan / contohkan bagaimana performa yang benar (bagus) kepada siswa. Koreksi harus disertai contoh bagaimana performa yang benar.

Bantulah Siswa Untuk Tetap Fokus Pada Proses, Bukan Pada Hasil

Bila anda meminta siswa mengoreksi performa mereka melalui balikan, maka buatlah mereka tetap berfokus pada proses yang harus mereka koreksi, bukan ingin cepat-cepat menuju hasil akhir. Yakinkan mereka untuk benar-benar memahami dan melakukan langkah-langkah secara tepat.

Ajarkan Siswa Bagaimana Memperoleh Feedback dari Dirinya Sendiri

Siswa harus diajari bagaimana menilai performa (kinerja)-nya sendiri. Guru dapat melatih mereka dengan meminta mereka saling mengamati kemudian menilai performa kawannya yang lain, lalu memberikan feedback berdasarkan pengamatan mereka tersebut. Dengan mengamati dan memberikan feedback kepada orang lain, siswa pada tahap selanjutnya akan otomatis mengamati performanya sendiri dan memperoleh feedback untuk dirinya pribadi.

Hubungan Balikan dengan Motivasi Belajar

Beberapa hal berikut menunjukkan bahwa balikan (feedback) mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi belajar siswa:
  • Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa balikan (feedback) berkorelasi positif dengan motivasi belajar. Guru yang memberikan feedback secara efektif (sesuai dengan prinsip-prinsip) pemberian feedback akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
  • Untuk meningkatkan motivasi belajar, hal yang penting yang harus diingat guru saat memberikan balikan (feedback) terutama yang bersifat negatif adalah jaminan rasa aman (nyaman) siswa. Guru harus memberikan balikan negatif dengan kehangatan, keramahtamahan, dan jauh dari kesan mengejek atau merendahkan, sehingga siswa tetap nyaman meskipun mendapatkan koreksi atau balikan yang bersifat negatif (Arends, 1997).
  • Selain itu, menurut Kulik & Kulik, 1988 dalam Slavin, 1997: Agar feedback dapat memberikan motivasi kepada siswa, maka feedback harus diberikan dengan jelas dan spesifik. Ini penting bagi semua tingkat perkembangan siswa, terlebih lagi bagi siswa kelas rendah.
  • Kulhavy & Stock, 1989 menyatakan bahwa feedback yang spesifik bersifat informatif dan motivasional (meningkatkan motivasi belajar siswa).
  • Clifford, 1990 menyatakan bahwa umpan balik negatif sekalipun dapat meningkatkan motivasi belajar anak, asal berfokus pada performa yang diinginkan guru (bukan pada ketidakmampuan siswa secara umum).
Baca Juga:
Hakikat Motivasi Belajar

Referensi:

  • Arends, Richard L. (1997). Classroom Instruction And Management. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
  • Clifford, M. M. (1990). Students Need Challenge, Not Easy Succes. Educational Leadership.
  • Eggen, Paul D. & Kauchak, Donald P. (1994). Strategies For Teachers. Boston: Allyn and Bacon.
  • Kulhavy, R. W. & Stock, W. A. (1989). Feedback In Written Instructon: The Place of Response Certitude. Educational Psychology Review.
  • Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology. Boston: Alllyn and Bacon.


Terima kasih telah membaca artikel Balikan (Feedback) dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa di blog PTK dan Model-Model Pembelajaran. Sampai jumpa pada artikel lainnya.  

Thursday, February 14, 2013

Belajar Aktif : Ciri-Ciri Siswa dan Model Pembelajaran yang Dapat Digunakan

Bagaimanakah membedakan siswa yang aktif belajar dengan siswa yang tidak aktif? Siswa yang sedang belajar aktif baik secara fisik maupun mental. Tentu saja seorang guru dapat melakukan pengamatan untuk membedakan mana siswa yang aktif belajar, dan mana yang tidak dengan melihat ciri-ciri siswa belajar aktif atau karakteristik yang tampak saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Lalu, pendekatan atau model pembelajaran apakah yang dapat membantu memacu agar siswa aktif belajar? Nah, tulisan di blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini akan mengulas tentang ciri-ciri siswa yang aktif belajar. Berikut ulasannya.

Ciri-Ciri Siswa yang Sedang Aktif Belajar

Semua siswa yang sedang belajar secara aktif mempunyai ciri-ciri yang dapat dengan mudah diamati. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; (2) Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); (3) Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; (4) Siswa berpikir reflektif.

Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa

Sebagaimana konsep konstruktivisme yang sudah kita pahami betul, siswa yang aktif belajar selalu menemukan pengetahuan, informasi, atau keterampilan dengan mengalami langsung. Mereka dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan pengamatan atau penyelidikan, membaca dengan aktif (misal denganpen di tangan untuk menggarisbawahi atau membuat catatan kecil atau tanda-tanda tertentu pada teks), mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, misal tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu yang menakjubkan, dsb)
belajar aktif
belajar aktif

Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman)

Bila siswa belajar dengan aktif, maka dengan mudah kita bisa menemukan mereka sedang berlatih (misalnya mencobakan sendiri konsep-konsep misal berlatih dengan soal-soal), menggunakan kemampuan berpikir kreatif (misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang mempunyai variasi berbeda dengan contoh yang diberikan), serta berpikir kritis (misalnya mampu menemukan kejanggalan, kelemahan atau kesalahan yang dilakukan orang lain dalam menyelesaikan soal atau tugas).

Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya

Untuk menciptakan kestabilan dalam sistem memori jangka panjang, siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya. Bagi siswa mengemukakan pendapat, menjelaskan sesuatu kepada teman sebangku atau sekelompoknya, berdiskusi, mempresentasi laporan, dan memajang hasil karya untuk dikomentari oleh orang lain merupakan bukti dan tanda bahwa mereka belajar secara aktif.

Siswa berpikir reflektif

Siswa-siswa yang belajar secara aktif tampak pula mengomentari (tidak hanya meminta untuk dikomentari) , menyimpulkan  proses pembelajaran, mencoba memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajarannya, dan menyimpulkan  materi pembelajaran dengan kata-katanya sendiri
   
Untuk tindak lanjut anda tentang belajar aktif, pada tulisan sebelumnya, di blog ini juga telah diberikan contoh lembar observasi aktivitas siswa dalam belajar. Gunakan lembar observasi untuk mencermati seberapa banyak siswa anda yang aktif belajar dan seberapa bagus kualitas keaktifan mereka dalam belajar.

PAKEM, Pembelajaran Aktif (Active Learning) dalam Kaitannya dengan Belajar Aktif

Belajar aktif dapat memacu siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran. Salah satu pendekatan yang efektif untuk membuat siswa aktif belajar baik secara fisik maupun mental adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat melaksanakan PAKEM seperti pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penataan ruang dan organisasi kelas. Selain menggunakan PAKEM  guru juga dapat menggunakan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran aktif (active learning)  adalah suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran aktif memiliki banyak kelebihan-kelebihan.Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif (active  learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Demikian tulisan tentang  belajar aktif : ciri-ciri siswa dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran, semoga bermanfaat.

Wednesday, February 6, 2013

Manfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa

Pada artikel kali ini blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran akan mengulas tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Sumber belajar merupakan salah satu bidang kajian yang menarik dalam pelaksanaan ptk (penelitian tindakan kelas), karena itu rasanya topik ini cukup penting untuk diulas. Di sini kita akan membahas mulai dari pengertian sumber belajar, lingkungan sebagai salah satu sumber belajar, kelebihan lingkungan sebagai sumber belajar, jenis-jenis lingkungan sebagai sumber belajar, metode mengajar yang dapat digunakan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sampai langkah-langkah yang harus diperhatikan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Yuk kita simak.

Pengertian Sumber Belajar (Learning Resources)

Sumber belajar adalah sumber yang bentuknya dapat berupa data, orang, dan wujud tertentu yang bisa dipergunakan oleh siswa selama belajar , sehingga mempermudah mereka mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran itu. Beberapa sumber belajar dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran secara terpisah atau secara kombinasi.

Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dan Kelebihannya

Salah satu contoh sumber belajar yang sangat baik untuk digunakan adalah lingkungan. Ada beberapa kelebihan lingkungan yang akan didapat jika guru menggunakannya dalam kegiatan pembelajarannya, misalnya:

Lingkungan Adalah Sumber Belajar Riil, Bukan Tiruan Atau Model

Bila guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, ini berarti guru telah menggunakan sumber belajar riil (sesungguhnya), bukan berupa tiruan atau model. Tentu bila menggunakan sumber belajar yang riil maka kualitasnya lebih baik bila dibandingkan menggunakan model atau tiruan yang tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik

Siswa akan lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat nyata dan asli dibanding tiruan atau model. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah objek yang menarik untuk dipelajari. Dengan menariknya sumber belajar, maka siswa tentu akan lebih bersemangat dan termotivasi.

Lingkungan memberikan pembelajaran bermakna

Sebagai sumber belajar riil dan menarik, lingkungan akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna amat penting bagi mereka sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan akan dapat mereka capai dengan baik.

Mengaktifkan Belajar Siswa

Belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran akan membuat siswa aktif. Ini dikarenakan mereka akan lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan. Adanya interaksi dalam pembelajaran akan memberikan kontribusi yang positif pada proses pembelajaran. Siswa yang mungkin pasif selama pembelajaran reguler di kelas biasanya akan lebih terlibat dalam pembelajaran saat terjun ke lingkungan.

Memperkaya Sumber Belajar Di Kelas

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa tentu saja akan menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain di kelas. Siswa menjadi tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar seperti biasa. Banyak variasi yang dapat dilakukan guru bila menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan membantu siswa mengatasi kebosanan belajar di kelas.

Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Lingkungan

Bila siswa berhasil memaknai lingkungan yang mereka pelajari, maka akan muncul dampak pengiring yang amat penting, yaitu rasa cinta terhadap lingkungan sekitar. Ambil contoh begini, ketika siswa diajak mempelajari bagaimana pola pikir masyarakat di sekiat sekolah tentang sampah dan kebersihan, maka mereka akan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebersihan di lingkungan sekolah mereka sendiri atau di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.

Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Berdasarkan asalnya, lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Lingkungan Alam Asli

Lingkungan alam asli adalah lingkungan yang masih banyak tersentuh oleh tangan manusia. Contoh lingkungan alam asli yang dapat dijadikan sumber belajar misalnya hutan, gunung, danau, pantai, laut, sungai, dan sebagainya.

Lingkungan Alam Buatan Manusia

Lingkungan alam buatan adalah lingkungan alam yang merupakan hasil buatan manusia, seperti bendungan, waduk, museum, candi dan situs purbakala.

Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana padanya siswa dapat diajak untuk melihat aspek-aspek sosial (berhubungan dengan manusia atau masyarakat). Siswa dapat diajak ke pedesaan atau ke pinggiran kota, dsb. untuk memperoleh lingkungan sosial sebagai sumber belajar mereka.

Metode Pembelajaran Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Beberapa pertimbangan harus dilakukan guru saat menentukan metode pembelajaran untuk pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan ini. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu metode survey, praktek lapangan (PPL dan PKL), karyawisata, berkemah, presentasi narasumber, dan pengabdian masyarakat. Berikut ulasannya:

Metode Survey

Pada metode survey, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan survey dalam bentuk observasi, wawancara, dan mempelajari dokumen atau data untuk memperoleh informasi dan mempelajari proses-proses sosial yang ada di masyarakat, budaya, ekonomi, keagamaan, dsb.

Metode Praktek Lapangan (PKL atau PPL)

Melalui metode praktek lapangan (dapat berupa Praktek Kerja Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan), siswa dapat memperoleh suatu keterampilan-keterampilan atau kecakapan-kecakapan khusus agar nantinya dapat terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian atau minatnya.

Metode Karyawisata

Pembelajaran tidak melulu harus serius. Pembelajaran dengan metode karyawisata menjadikan siswa tak hanya belajar semata. Lingkungan yang mereka kunjungi sebagai sumber belajar juga dapat dinikmati sebagai wisata. Banyak sekali objek wisata yang relevan dengan pembelajaran, misalnya museum, pantai, pegunungan, bendungan, pabrik, dan sebagainya. Di tempat-tempat semacam ini siswa dapat belajar sekaligus bersantai.

Metode Berkemah

Metode berkemah sebenarnya hampir setujuan dengan karyawisata. Hanya saja metode berkemah membutuhkan waktu yang lebih lama dan mengahruskan siswa menginap di lingkungan tempat ia belajar. Metode berkemah sangat cocok untuk pembelajaran ilmu alam dan sosial. Siswa dapat mempelajari aneka ragam makhluk hidup beserta aspek-aspek lingkungan yang ada di dalamnya, atau mempelajari bagaimana suatu struktur sosial, kesenian, budaya, dan adat istiadat masyarakat atau suku-suku tertentu.

Metode Presentasi Narasumber

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak selalu berarti siswa dan guru keluar kelas. Bisa juga lingkungan dibawa ke dalam kelas. Misalnya, kelas dapat mengundang narasumber dari lingkungan sekitar untuk memberikan presentasi di depan kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan narasumber ini untuk mengetahui detil-detil yang mereka perlukan tentang suatu topik pembelajaran. Biasanya narasumber dapat berupa seorang yang profesional di bidang tertentu, misal dokter, bidan, pengacara, polisi, dan sebagainya. Narasumber dapat didapat dari orang tua yang kebetulan berada para profesi tersebut atau sukarelawan yang mau diajak bekerjasama untuk pembelajaran di sekolah.

Metode Pengabdian Masyarakat

Metode alternatif lain yang dapat digunakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah metode pengabdian masyarakat. Siswa dapat diajak melakukan bakti sosial di suatu daerah tertentu. Mereka dapat mengunjungi panti asuhan, panti jompo dan berbagi bersama warga di sana. Siswa dapat pula diajak melakukan aksi bersih-bersih sampah di lingkungan sekitar sekolah atau mengunjungi suatu daerah bekas terkena bencana alam dan ikut memberikan bantuan di sana.

Langkah-Langkah Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka guru harus mempersiapkan dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan lingkungan akan optimal dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Beberapa langkah-langkah di bawah ini patut diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut:

Menentukan Tujuan Pembelajaran

Belajar menggunakan sumber apapun, termasuk lingkungan harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Jika guru memilih menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk pokok bahasan atau topik tertentu, maka ia harus menentukan tujuan pembelajaran apa yang akan dapat dicapai oleh siswa. Selain itu, dengan menentukan tujuan pembelajaran yang tepat kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

Menentukan Lingkungan yang akan Dijadikan Sumber Belajar

Setelah guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa, maka langkah selanjutnya yang penting sekali untuk diperhatikan adalah pemilihan lingkungan itu sendiri sebagai sumber belajar. Dalam tahap ini, guru mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap alternatif sumber belajar. Lingkungan yang bagaimana yang sekiranya dapat membantu siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan, maka lingkungan itulah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

Memilih Metode Pembelajaran

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar kadang-kadang memerlukan pemilihan metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar tidak dapat dilakukan asal-asalan karena dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa tidak tercapai. Beberapa metode yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar telah diuraikan pada tulisan ini sebelumnya, yaitu metode survey, karyawisata,  praktek lapangan, dan pengabdian masyarakat.

Mempersiapkan Perizinan

Mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan seringkali harus melibatkan perizinan. Siswa yang diajak keluar kelas atau keluar lingkungan sekolah, bahkan seringkali di luar jam belajar dan melibatkan instansi lain. Perizinan akan menjamin pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena ketika siswa telah tiba di lokasi sumber belajar akan langsung diterima oleh pihak yang berwenang di sana. Selain itu, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kecelakaan dan sebagainya, akan lebih mudah dimaklumi oleh pihak orang tua siswa/wali dan sekolah.

Mempersiapkan Teknis Pelaksanaan

Bila pemanfaatan lingkungan yang lokasinya cukup jauh dari sekolah dan menggunakan alokasi waktu di luar jam belajar sekolah, tentu teknis pelaksanaan perlu dipikirkan secara matang. Bahkan, jika menggunakan lingkungan pada lokasi yang dekat dengan sekolah dan masih dalam jam belajar sekolah, persiapan teknis tetap sangat penting. Guru perlu mempersiapkan alat-alat bantu apa saja yang mungkin diperlukan dalam pembelajaran, misalnya megaphone, transportasi dari sekolah ke lokasi, bagaimana pengaturan siswa saat tiba di lokasi dan sebagainya.

Menentukan Tindak Lanjut

Setelah siswa selesai belajar memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya, maka tindak lanjut apa yang harus dilakukan? Apakah siswa nantinya akan diminta membuat laporan perjalanan atau hasil observasi mereka. Bagaimana penilaian terhadap hasil belajar siswa diberikan, dan hal-hal lainnya perlu ditentukan sebelum pembelajaran dilaksanakan.


Tuesday, February 5, 2013

Pengertian Belajar dan Cara Meningkatkan Belajar

Blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini akan mengulas tentang pengertian belajar dan cara meningkatkan belajar pada siswa. Mari kita simak.

Pengertian Belajar

Pada tulisan ini, pengertian belajar yang akan diberikan adalah pengertian atau definisi belajar menurut kamus dan menurut para ahli pendidikan, terutama ahli psikologi pendidikan.

Pengertian Belajar Menurut Kamus

Berikut ini diberikan beberapa definisi belajar menurut kamus.

Kamus thefreedictionary.com

Pada kamus the free dictionary disebutkan bahwa pengertian belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau pembelajaran.

Kamus oxforddictionaries.com

Menurut kamus oxford dictionary belajar adalah memperoleh atau mendapatkan pengetahuan atau keterampilan tentang sesuatu melalui pengalaman, pembelajaran, atau pengajaran.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu atau berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan)

Pengertian Belajar Menurut Ahli Pendidikan

Berikut ini disajikan beberapa definisi belajar menurut ahli-ahli psikologi pendidikan.

Winkel W.S. (1997) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar’

Winkel menyatakan pengertian belajar : suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Hasan (1994) dalam buku 'Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan'

belajar adalah kegiatan yang bersifat mental atau psikis dan terjadi saat ada interaksi aktif dengan lingkungan sehingga dhasilkan perubahan tingkah laku, ketrampilan dan sikap

Irwanto (1997) dalam buku ‘Psikologi Umum’

Irwanto menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Sudjana (1989) dalam buku 'Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar'

Menurut Sudjana, belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

Suryabrata, S. (1998) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan’

Di dalam bukunya Suryabrata mengemukakan bahwa siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu belajar yang terbaik adalah dengan mengalami dan mempergunakan pancaindera.

Muhibbidin Syah (2000) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri yang khas yang dapat dilihat secara nyata dalam tiga bentuk: (1) perubahan intensional; (2) perubahan positif dan aktif; dan (3) perubahan efektif dan fungsional. Berikut pembahasannya masing-masing:

Perubahan Intensional

Perubahan tingkah laku dalam bentuk yang intensional bermakna bahwa proses belajar berupa pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Siswa sendiri dapat menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan positif yang dimaksud oleh Muhibbin Syah adalah bahwa perubahan tersebut bersifat baik dan dapat bermanfaat bagi kehidupan kemudian sesuai dengan harapan karena mendapatkan sesuatu yang sifatnya baru dan tentu harus lebih baik dari keadaan sebelum ia belajar. Sedangkan perubahan bersifat aktif merujuk kepada perubahan yang terjadi karena adanya upaya oleh siswa itu sendiri.

Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan hasil dari belajar dapat disebut sebagai perubahan yang efektif jika memberi dampak dan manfaat terhadap siswa yang bersangkutan. Kemudian, perubahan dapat dikatakan bersifat fungsional jika perubahan yang terjadi setelah belajar itu ada di dalam diri siswa dan bersifat relatif menetap dan bila diperlukan maka perubahan itu bisa direproduksi dan digunakan kembali.
Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai dampak dari proses belajar dapat terjadi pada berbagai ranah, bisa kognitif, afektif, atau psikomotor. Perubahan-perubahan yang dimiliki oleh siswa ini tentu berdeda sekali dengan perubahan akibat refleks atau naluriah. Karena itu,untuk membuat perubahan yang lebih efektif sebagai hasil belajar oleh siswa, guru sebaiknya memberikan penguatan-penguatan (reinforcement) dan balikan-balikan (feedback) saat proses belajar sedang berlangsung.

Cara Meningkatkan Belajar

Nah, sudah jelas bukan tentang pengertian belajar? Mudah-mudahan untaian definisi belajar menurut beberapa kamus dan ahli psikologi pendidikan di atas dapat menambah pengetahuan anda. Berikutnya kita akan membahas tentang cara meningkatkan belajar pada diri siswa agar proses dan hasil belajar mereka efektif dan memuaskan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar siswa, yaitu: (1) kesiapan fisik dan mental; (2) konsentrasi belajar; (3) minat dan motivasi belajar; (4) penggunaan berbagai strategi belajar yang sesuai; (5) belajar secara holistik; (6) berbagi; dan (7) menguji hasil belajar. Berikut paparannya:

Kesiapan Fisik dan Mental

Hal penting pertama yang harus diperhatikan sebelum siswa mulai belajar adalah kesiapan fisik dan mental (psikis) mereka. Bila siswa tidak siap belajar, maka pembelajaran akan berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan siap fisik dan mental, maka siswa akan dapat belajar secara aktif.

Tingkatkan Konsentrasi

Saat belajar berlangsung, konsentrasi menjadi faktor penentu yang amat penting bagi keberhasilannya. Apabila siswa tidak dapat berkonsentrasi dan terganggu oleh berbaagai hal di luar kaitan dengan belajar, maka proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. Penting bagi guru untuk memberikan lingkungan belajar yang mendukung terjadinya belajar pada diri siswa.

Tingkatkan Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi juga merupakan faktor penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar diraih apabila siswa tidak memiliki minat dan motivasi. Guru dapat mengupayakan berbagai cara agar siswa menjadi berminat dan termotivasi belajar. Bila minat dan motivasi dari guru (ekstrinsik) berhasil diberikan, maka pada tahap selanjutnya peningkatan minat dan motivasi belajar menjadi lebih mudah apalagi bila siswa memiliki minat dan motivasi yang bersumber dari dalam dirinya sendiri karena kepuasan yang mereka dapatkan saat belajar atau dari hasil belajar yang mereka peroleh.

Gunakan Strategi Belajar

Guru dapat membantu siswa agar bisa dan terampil menggunakan berbagai strategi belajar yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Menggunakan berbagai strategi belajar yang cocok sangat penting agar perolehan hasil belajar menjadi maksimal. Setiap konten memiliki karakteristik dan kekhasannya sendiri-sendiri dan memerlukan strategi-strategi khusus untuk mempelajarinya.

Belajar Sesuai Gaya Belajar

Setiap individu demikian pula siswa memiliki gaya belajar dan jenis kecerdasan dominan yang berbeda-beda. Guru harus mampu memberikan situasi dan suasana belajar yang memungkinkan agar semua gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik. Pemilihan strategi, metode, teknik dan model pembelajaran yang sesuai akan sangat berpengaruh. Gaya belajar yang terakomodasi dengan baik juga akan meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, hingga mereka dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mudah terganggu (terdistraksi) oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar yang berlangsung.

Belajar Secara Holistik (Menyeluruh)

Mempelajari sesuatu tidak bisa sepotong-sepotong. Informasi yang dipelajari harus utuh dan menyeluruh. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka belajar secara holistik tentang materi yang sedang mereka pelajari. Pengetahuan akan informasi secara holistik dan utuh akan membuat belajar lebih bermakna.

Berbagi: Biasakan Menjadi Tutor Bagi Siswa Lain

Siswa dapat difungsikan sebagai tutor sebaya bagi siswa lain. Ini tentu sangat baik bagi mereka sebagai bentuk lain dalam mengkomunikasikan hasil belajar atau proses belajar yang mereka lakukan. Berbagi pengetahuan yang baru atau sudah dimiliki akan menjadikan informasi atau pengetahuan itu terelaborasi dengan mantap.

Uji Hasil Belajar

Ujian atau tes hasil belajar penting karena ia dapat menjadi umpan balik kepada siswa yang bersangkutan sampai sejauh mana penguasaan mereka terhadap suatu materi belajar. Informasi tentang sejauh mana hasil belajar yang telah mereka peroleh akan menjadi umpan balik yang efektif agar mereka dapat membenahi bagian-bagian tertentu yang masih belum atau kurang dikuasai. Siswa menjadi mempunyai peta kekuatan dan kelemahan hasil belajar mereka sehingga mereka dapat memperbaiki atau memperkayanya.

Referensi:

  • Hasan, Ch. (1994). Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas
  • Irwanto.  (1997). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
  • Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
  • Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada .
  • Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Sunday, January 20, 2013

Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen

Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan  Asesmen

Kali ini blog ptk (penelitian tindakan kelas) dan model-model pembelajaran kembali mengangkat topik penilaian,setelah sebelum menulis tentang Prinsip-Prinsip Penilaian, kemudian tentang Penilaian Afektif, dan juga Penilaian Psikomotor. Topik kali ini bersifat mendasar sekali, yaitu tentang pengertian evaluasi, pengertia penilaian, pengertian pengukuran, pengertian tes, dan pengertian asesmen. Topik ini tampaknya sangat menarik dan perlu untuk dibahas karena begitu simpang siurnya definisi istilah-istilah tersebut di internet. Setelah melakukan kajian terhadap berbagai definisi tentang evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, hingga asesmen, maka dapatlah dibuat artikel ini yang tujuannya untuk mendudukkan kembali semua istilah itu pada tempatnya yang tepat. Pada tulisan ini kami hanya mengambil definisi-definisi dari para ahli  yang telah diakui kredibilitasnya di bidang pendidikan dan psikologi pendidikan.

Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli

  • Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
  • Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
  • Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
  • Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:

  • Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.
  • Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
  • Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar.melalui tes atau nontes.
  • Evaluasi bersifat kualitatif.

Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli

  • Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
  • Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
  • Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
  • Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.

Kesimpulan Tentang Pengertian Pengukuran:

  • Kegiatan pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan suatu ukuran tertentu. 
  • Dilakukan dengan proses sistematis. 
  • Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka). 
  • Pengukuran menggunakan alat ukur yang baku.

Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli

  • Angelo T.A.(1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)
  • Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests. (Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes)
  • Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya).
  • Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and use of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa).

Kesimpulan Tentang Pengertian Asesmen:

  • Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
  • Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang berlangsung.
  • Asesmen dapat berupa tes atau nontes.
  • Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dsb.
  • Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
  • Bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.

Pengertian Tes Menurut Para Ahli

  • Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan
  • Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact  that a test is one form of an assesment. (Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.)

Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:

  • Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan.
  • Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
  • Tes adalah salah satu bentuk asesmen

Diagram Kedudukan Istilah Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Asesmen, dan Tes. 

Perhatikan Gambar berikut, yang merupakan diagram kedudukan istilah evaluasi, penilaian, pengukuran, asesmen, dan tes yang seringkali membingungkan. Diagram dibuat berdasarkan induksi dari pengertian evaluasi (penilaian), penegertian pengukuran, pengertian asesmen, dan pengertian tesmenurut para ahli di atas.
kedudukan istilah evaluasi di antara istilah sejenis
Diagram yang menunjukkan kedudukan istilah-istilah "Evaluasi", "Penilaian", "Pengukuran", "Asesmen", dan "Tes"

Referensi:

  • Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.
  • Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001.
  • Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.
  • Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
  • Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
  • Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
  • Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
  • Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
  • Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
  • Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials: Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
  • Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.
  • Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
  • Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...