Wednesday, December 26, 2012

Cara Mengembangkan Lembar Observasi PTK

Cara Mengembangkan Lembar Observasi PTK

Beberapa waktu yang lalu di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini telah disajikan bagaimana cara membuat lembar observasi ptk. Kali ini kembali subjek ini akan dibahas, karena pada kenyataannya banyak peneliti dalam hal ini guru atau mahasiswa saat mengembangkan atau membuat lembar observasi untuk penelitian tindakan kelas yang digenjotnya masih kurang fokus pada tujuan penelitian, alias lembar observasi yang dibuatnya belum atau kurang menjaring data sesuai dengan tujuan penelitiannya. Hal ini dikarenakan kebanyakan mereka cenderung lebih suka menggunakan lembar observasi ptk yang dibuat oleh orang lain (peneliti sebelumnya). Aspek orisinalitas juga menjadi isu penting bila seorang peneliti hanya menggunakan lembar observasi yang digunakan oleh lain, apalagi penelitian tindakan kelas yang dilakukannya mempunyai tujuan ptk yang notabene berbeda dengan tujuan ptk orang yang dicontohnya itu.

Lembar Observasi PTK dan Orisinalitas Karya Tulis


Jadi, sebaiknya kami menyarankan guru yang sedang melakukan ptk mengembangkan sendiri instrumen penelitian yang dibutuhkannya, termasuk lembar observasi ptk-nya. Mengembangkan sendiri lembar observasi ptk itu gampang-gampang susah. Gampang kalau kita memahami teknik pembuatannya dan memahami apa yang sedang / ingin kita teliti. Saya yakin, jika anda berkeinginan meneliti suatu hal lewat ptk, anda pasti telah mencoba memahami kedua hal tersebut di atas yang merupakan prasyarat anda dapat mengembangkan sebuah lembar observasi ptk.

Membuat Lembar Observasi PTK Itu Mudah


Baiklah,untuk lebih meyakinkan anda bahwa mengembangkan lembar observasi ptk itu gampang, berikut kami beri contoh sebuah lembar observasi ptk dan bagaimana lembar observasi ptk itu dikembangkan. Yuk simak. Anggaplah kita sudah punya teori/kepustakaan yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah lembar observasi ptk tentang model pembelajaran problem posing pada mata pelajaran matematika, seperti berikut.

Teori tentang Model Pembelajaran Problem Posing dalam Matematika

Model pembelajaran problem posing dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana siswa berperan aktif dalam pengajuan soal atau pengajuan masalah (berlatih soal) secara mandiri.

Beberapa kekuatan model pembelajaran problem posing adalah: (1) siswa akan mempunyai kemampuan memecahkan masalah dengan mengusahakan berbagai jalan dengan latihan yang mereka lakukan; (2) terampil menyelesaikan soal-soal terkait materi yang sedang dibelajarkan; (3) guru dapat mengetahui bagaimana proses siswa menyelesaikan masalah; (4) meningkatkan keterampilan pengajuan masalah (soal) oleh siswa; (5) menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran matematika; (6) memunculkan perasaan puas ketika suatu kelompok mampu membuat soal dan menyelesaikannya, tetapi kelompok lain tidak sanggup menyelesaikannya, ini akan mendorong pula kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Beberapa kelemahan model pembelajaran problem posing misalnya diperlukan banyak sumber untuk pembuatan soal (pengajuan masalah) bagi setiap kelompok yang berimplikasi diperlukannya buku-buku teks yang relevan untuk semua siswa.

Sintaks Model Pembelajaran Problem Posing:
  1. Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa 
  2. Guru memberikan latihan soal secukupnya 
  3. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen terdiri atas 4 – 5 orang siswa 
  4. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi (penjelasan) yang telah diberikan guru dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikan soal-soal tersebut 
  5. Soal-soal tersebut diserahkan kepada kelompok lain untuk dikerjakan (setiap kelompok mendapat soal-soal yang diajukan oleh kelompok lain) 
  6. Guru memberikan tugas rumah secara individual sebagai penguatan

Langkah berikutnya adalah memasukkan poin-poin penting itu dalam lembar observasi ptk yang kita kembangkan, misalnya kita ingin membuat lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model problem posing, maka hasil pengembangannya adalah:

Aktivitas Siswa Secara Umum:
1.  menunjukkan berbagai strategi memecahkan masalah / soal
2. terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan
3. menunjukkan proses yang efisien dalam menyelesaikan masalah / soal
4. menunjukkan antusiasme / minat terhadap kegiatan pembelajaran dengan pengajuan masalah / soal

Aktivitas siswa secara khusus:
1. memperhatikan penjelasan guru terkait materi pelajaran pada sesi awal pembelajaran
2. mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru pada sesi awal pembelajaran
3. bekerja dalam kelompok untuk membuat soal / pengajuan masalah
4. bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang dibuat oleh kelompoknya sendiri
5. mengajukan soal / masalah kepada kelompok lain
6. bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal / masalah yang diajukan oleh kelompok lain
7. menyelesaikan soal-soal penguatan dari guru secara individual


Nah, dari hasil pengembangan poin-poin penting terkait aktivitas siswa pada model pembelajaran problem posing untuk mata pelajaran matematika di atas, maka kita tinggal menambahkan atribut-atribut lain untuk melengkapinya sebagai sebuah instrumen penggali data, dalam hal ini lembar observasi ptk (penelitian tindakan kelas) untuk mengamati aktivitas siswa. Atribut-atribut lain yang ditambahkan misalnya identitas penelitian meliputi kelas, nama guru, hari/tanggal, sekolah, pertemuan ke, dan siklus ke, juga dapat ditambahkan dengan petunjuk penggunaan untuk observer, pedoman penskoran, dan tanda tangan observer. Berikut hasil akhirnya:

Contoh Lembar Obsevasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Problem Posing


=== *** ===

LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Kelas :
Nama Guru :
Hari/tanggal:
Sekolah :
Pertemuan ke- :
Siklus ke- :


Petunjuk:
Observer aktivitas siswa dalam pembelajaran problem posing duduk di tempat yang strategis, yang memudahkan observasi dan tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Observer mengisi kolom penskoran sesuai pedoman penskoran yang diberikan di bawah tabel dengan memberi tanda cek (v).Aktivitas siswa secara umum:

No. Aktivitas Siswa 1 2 3 4 5
A Umum --- --- --- --- ---
1. menunjukkan berbagai strategi memecahkan masalah / soal - - - - -
2. terampil menyelesaikan soal-soal yang diberikan - - - - -
3. menunjukkan proses yang efisien dalam menyelesaikan masalah / soal - - - - -
4. menunjukkan antusiasme / minat terhadap kegiatan pembelajaran dengan pengajuan masalah / soal - - - - -
B. Khusus - - - - -
1. memperhatikan penjelasan guru terkait materi pelajaran pada sesi awal pembelajaran - - - - -
2. mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru pada sesi awal pembelajaran - - - - -
3. bekerja dalam kelompok untuk membuat soal / pengajuan masalah - - - - -
4. bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal yang dibuat oleh kelompoknya sendiri - - - - -
5. mengajukan soal / masalah kepada kelompok lain - - - - -
6. bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal / masalah yang diajukan oleh kelompok lain - - - - -
7. menyelesaikan soal-soal penguatan dari guru secara individual - - - - -

Pedoman Penskoran:
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik


Banjarmasin, ......................
Observer,


 ...........................
NIP.

===*** ==
Nah, gampang bukan?

Artikel lain yang Tentang Lembar Observasi PTK dan Model Pembelajaran Problem Posing:


Sunday, December 23, 2012

Belajar Tuntas (Mastery Learning) : Tips Melaksanakan

 Belajar Tuntas (Mastery Learning) : Tips Melaksanakan

Sistem belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu sistem pengajaran yang berupaya memungkinkan semua siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan waktu pembelajaran yang berbeda jika dibutuhkan (Slavin, 2009).

Ada satu hal yang penting digarisbawahi bila guru ingin mengajar dengan sistem ini, yaitu penggunaan waktu, karena telah disebutkan bahwa dalam sistem belajar tuntas, semua siswa dimungkinkan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahkan dengan waktu pembelajaran yang berbeda bila dibutuhkan. Pada kenyataannya, waktu tidaklah berpihak pada kita. Waktu adalah sebuah komponen pengajaran yang terbatas dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karenanya, ada banyak tantangan yang harus dihadapi guru bila menerapkan sistem belajar tuntas (mastery learning) ini. Berikut tips yang dapat anda gunakan saat menerapkan sistem belajar tuntas (mastery learning) ini di kelas anda.

 Tips Belajar Tuntas

  1. Bagilah materi pembelajaran menjadi unit-unit kecil

    Dengan membagi materi pembelajaran menjadi unit-unit kecil, maka guru dapat membuat penyajian yang berurutan secara logis, dan memudahkan mengevaluasi penguasaan siswa pada setiap unit kecil itu. Selain itu, dengan cara ini guru dapat benar-benar mengetahui unit kecil mana yang amat dibutuhkan siswa, dan unit kecil mana yang kurang diperlukan.
  2. Perhatikan perbedaan kecepatan belajar siswa

    Hal ini penting karena setiap individu siswa mempunyai kemampuan belajar yang amat bervariasi. Bila siswa adalah individu yang cepat belajar, maka pembelajaran dapat dibuat pada tataran yang lebih tinggi kualitasnya, sedangkan bagi siswa yang lebih lamban maka perlu lebih banyak waktu untuk menguasai materi, bahkan pada bagian dasar sekalipun. Pemahaman dan pengertian dari guru mutlak dibutuhkan dalam hal ini.
  3. Adakan evaluasi formatif berkelanjutan dan terus-menerus

    Guru perlu melakukan tes formatif yang frekuensinya sering dan berkelanjutan. Setiap unit kecil diakhiri dengan tes formatif untuk memantau dan mengevaluasi pembelajaran yang telah atau sedang dilakukan. Selain itu, guru juga harus melakukan tes sumatif untuk mengecek belajar siswa pada satu unit besar (gabungan unit-unit kecil). Pada siswa belum mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan pengajaran perbaikan (remidial), dan pada siswa telah mencapai tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan pengayaan.
  4. Bersikap selektif dalam pelaksanaan sistem belajar tuntas (mastery learning)

    Hal ini disebabkan isu waktu pada sistem belajar tuntas ini. Sebaiknya, tidak semua unit pembelajaran dilakukan sistem ini. Hanya unit-unit tertentuyang bersifat penting, misalnya merupakan unit prasyarat untuk pembelajaran di masa yang akan datang, atau unit yang sangat penting bagi kehidupan siswa selanjutnya dalam dunia nyata.

    Demikian tips melaksanakan sistem belajar tuntas (mastery learning) di kelas anda. Semoga bermanfaat.

Model Pengajaran QAIT

Model Pengajaran QAIT

Model pengajaran QAIT (Quality, Appropriateness, Incentive, Time) adalah sebuah model pengajaran efektif yang terfokus pada unsur-unsur yang dapat langsung dikendalikan guru, yaitu : mutu, ketepatan, insentif, dan waktu.

Slavin (1987) menguraikan model pengajaran QAIT sebagai model yang efektif karena memungkinkan guru mengendalikan faktor-faktor yang penting dalam pengajaran. Mari kita lihat satu per satu ke-4 komponen / faktor yang disebut Slavin dalam Model Pengajaran QAIT tersebut.

Komponen Model Pengajaran QAIT


Quality (Mutu)

Mutu yang dimaksud di sini adalah mutu pengajaran guru, yaitu samapi sejauh manakah penyajian informasi atau kemampuan menolong siswa sehingga mempermudah mereka memahami materi pelajaran. Mutu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh mutu produk kurikulum (seperti perancangan pembelajaran, dsb) serta penyajiannya di kelas oleh guru.

Appropriateness (Ketepatan)

Ketepatan yang dimaksud di sini adalah faktor sampai sejauh mana pengajar dapat memastikan bahwa siswanya telah siap mempelajari suatu bahan pembelajaran baru. Dengan kata lain: mampukah mereka dan perlukah bahan pembelajaran itu untuk mereka. Atau, dengan pernyataan yang lebih sederhana: apakah materi itu cocok untuk siswa? Terlalu mudahkah? Atau terlalu sulitkah?

Incentive (Insentif)

Untuk faktor yang ketiga ini, guru harus dapat meyakinkan bahwa siswa-siswa telah termotivasi belajar, yaitu dengan menunjukkan kegairahan dalam melakukan tugas-tugas pengajaran dan mempelajari materi yang seharusnya mereka kuasai.

Time (Waktu)

Terakhir, guru dapat mengontrol waktu. Waktu adalah sebuah faktor penting untuk sebuah pengajaran yang efektif. Apakah guru telah memberi cukup waktu untuk siswanya dalam mempelajari suatu materi ajar? Ataukah terlalu sedikit? Atau terlalu banyak sehingga banyak waktu terbuang percuma?

Pengajaran yang efektif menurut model pengajaran QAIT harus mengakomodasi ke-4 faktor tersebut dan tentu semuanya harus memadai.

10 Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Beyer (1988)

10 Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Beyer (1988)

Setelah sebelumnya blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com memposting artikel berjudul 10 definisi berpikir kritis, maka kali ini blog sederhana ini akan kembali mengulas keterampilan berpikir, yaitu tentang 10 keterampilan berpikir kritis. Beyer (1988) mengidentifikasi 10 keterampilan berpikir kritis yang dapat dipakai siswa untuk menilai kebenaran pernyataan atau argumen, memahami iklan, dan sebagainya, yaitu sebagai berikut:

  1. Membedakan mana fakta variabel dan pernyataan nilai.
  2. Membedakan informasi, pernyataan, atau alasan yang relevan, dari pernyataan atau alasan yang tidak relevan.
  3. Menentukan apakah suatu fakta pernyataan itu tepat atau tidak.
  4. Menentukan apakah suatu sumber kredibel atau tidak.
  5. Mengidentifikasi argumen atau pernyataan yang ambigu (menyesatkan dan bermakna ganda).
  6. Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak secara langsung dinyatakan (tersirat).
  7. Mendeteksi adanya prasangka.
  8. Mengidentifikasi kesalahan logika.
  9. Mengidentifikasi tidak adanya konsistensi logika dalam suatu garis pemikiran atau ide.
  10. Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan.

Perlu diperhatikan bahwa ke-10 keterampilan di atas bukanlah suatu urutan atau tahapan, tetapi lebih pada kemungkinan-kemungkinan cara yang dapat dipakai siswa untuk melakukan pendekatan terhadap suatu informasi untuk mengevaluasi apakah informasi tersebut betul atau dapat dipercaya, atau sebaliknya.

Artikel lainnya tentang keterampilan berpikir kritis:

10 Definisi Berpikir Kritis

10 Definisi Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif. Apa itu berpikir kritis? Berikut ini disajikan 10 buah definisi mengenai berpikir kritis (keterampilan berpikir kritis).
  1. Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
  2. Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
  3. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
  4. Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
  5. Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
  6. Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
  7. Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
  8. Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
  9. Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.
  10. Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.

Daftar Pustaka:


Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 81-111.

Beyer, Barry K. (1985). Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, IN 47402-0789.

Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Tersedia online: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran diakses tanggal 23-12-2012.

Hossoubah,  Z. (2007). Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.

Chance, P. (1986). Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers College, Columbia University.

Mertes (1991). Thinking and Writing. Middle School Journ. 22: 24-25.

Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.). Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp.

Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.

Paul, Richard (1993).Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. Foundation for Critical Thinking.

Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. Higher Education Research & Development Unit, University College, London WC1E 6BT, UK

Artikel lainnya tentang Berpikir Kritis:

Contoh Keterampilan Berpikir Kritis

Friday, December 21, 2012

Prinsip-Prinsip Psikologi yang Berpusat pada Siswa : Faktor Kognisi dan Metakognisi

Prinsip-Prinsip Psikologi yang Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning)

Menurut APA (American Psychological Association, 1997) ada 14 prinsip psikologi yang berpusat pada siswa terkait faktor kognisi (kognitif) dan metakognisi (metakognitif), yaitu:
  1. Hakikat Proses Pembelajaran

    Pembelajaran pokok bahasan yang rumit akan sangat efektif apabila hal itu merupakan proses yang intensional untuk membentuk makna dari informasi dan pengalaman.
  2. Tujuan Proses Pembelajaran

    Siswa yang berhasil, dari waktu ke waktu dan dengan panduan pembelajaran bermakna (meaningful learning) , akan dapat menciptakan penyajian pengetahuan yang bermakna dan koheren.
  3. Konstruksi Pengetahuan

    Siswa yang berhasil dapat menciptakan hubungan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya dengan cara bermakna.
  4. Pemikiran Strategis

    Siswa yang berhasil dapat menciptakan dan menggunakan persediaan strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang rumit.
  5. Pemikiran Tentang Pemikiran

    Strategi tingkat tinggi untuk memilih dan memantau cara kerja pikirannya sendiri, sehingga mempermudah munculnya pemikiran yang kreatif dan kritis.
  6. Konteks Pembelajaran

    Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk budaya, teknologi, dan praktek pembelajaran.
  7. Pengaruh Motivasi dan Emosi Terhadap Pembelajaran

    Apa dan berapa banyak yang dipelajari dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi belajar selanjutnya akan dipengaruhi keadaan emosi, keyakinan, minat, dan tujuan, dan kebiasaan berpikir seseorang.
  8. Motivasi Intrinsik Untuk Belajar

    Kreativitas, pemikiran tingkat tinggi dan keingintahuan alami siswa, semuanya mempunyai peranan terhadap motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dirangsang oleh tugas-tugas yang sangat baru dan sulit, relevan bagi minat pribadi, dan memungkinkan pilihan, serta pengendalian pribadi.
  9. Dampak Motivasi Pada Upaya Belajar

    Perolehan pengetahuan dan kemampuan yang rumit memerlukan upaya siswa yang luas dalam latihan terbimbing. Tanpa motivasi siswa untuk belajar, kesediaan melakukan upaya ini tidak akan mungkin tanpa paksaan.
  10. Pengaruh Perkembangan Terhadap Pembelajaran

    Ketika setiap siswa berkembang, mereka berhadapan dengan peluang-peluang berbeda dan mengalami hambatan-hambatan yang berbeda untuk pem,belajaran. Pembelajaran akan paling efektif apabila perkembangan yang berbeda di dalam dan seluruh ranah fisik, intelektual, emosi, dan sosial dipertimbangkan.
  11. Pengaruh Sosial Terhadap Pembelajaran

    Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan antar pribadi dan komunikasi dengan orang lain.
  12. Perbedaan Individu dalam Pembelajaran

    Siswa mempunyai strategi, pendekatan, dan kemampuan yang berbeda untuk pembelajaran sebagai fungsi dari pengalaman dan warisan sebelumnya.
  13. Pembelajaran dan Keberagaman

    Pembelajaran akan paling efektif apabila perbedaan latar belakang bahasa, budaya, dan sosial siswa dipertimbangkan.
  14. Standar dan Penilaian

    Penentuan dengan tepat standar penilaian yang tinggi dan menantang adalah bagian integral dariproses pembelajaran tersebut.

Langkah-Langkah Pembelajaran Resiprokal

Langkah-Langkah Pembelajaran Resiprokal

Tinjauan Umum Pembelajaran Resiprokal (Timbal Balik)

Kontruktivisme pada pelajaran membaca dapat dilakukan dengan pembelajaran resiprokal (timbal balik). Apakah metode pembelajaran timbal balik (resiprokal) itu? Metode pembelajaran timbal balik (resiprokal) adalah sebuah metode pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil yang didasarkan pada perumusan pertanyaan; melalui pengajaran dan pemberian contoh, guru mengembangkan kemampuan metakognitif siswa utamanya untuk memperbaiki kinerja membaca siswa dengan pemahaman yang buruk. Nah, jadi pengajaran resiprokal ini cocok digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan bacaan.

Palinscar dan Brown (1984) merancang pembelajaran timbal balik (resiprokal) untuk siswa sekolah dasar dan SMP agar pemahaman mereka terhadap bacaan menjadi lebih baik. Pembelajaran resiprokal dilakukan dengan siswa-siswa pada kelompok kecil.

Langkah-Langkah Pembelajaran Timbal Balik (Resiprokal)

Adapun langkah-langkah pembelajaran resiprokal untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan bacaan adalah sebagai berikut:
  1. Memilih bahan bacaan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar.
  2. Setelah siswa siap dalam sebuah kelompok kecil, guru memberi sedikit ulasan tentang bahan bacaan berupa garis besar saja.
  3. Guru menyebutkan bahwa ia akan mencoba menebak atau merumuskan pertanyaan terkait judul bahan bacaan. Cukup satu buah pertanyaan saja, sebagai contoh bahwa pertanyaan bisa dirumuskan dari bahan bacaan, bahkan hanya dengan melihat judulnya saja.
  4. Guru meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkannya terkait judul.
  5. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut, tapi dengan menebak saja, tanpa membaca terlebih dahulu.
  6. Guru meminta mungkin dari siswa ada yang ingin mengajukan pertanyaan lain mengenai bahan bacaan itu, alinea per alinea lalu mencari tahu dengan membaca apakah tebakan mereka tentang jawaban pertanyaan-pertanyaan yang telah dilontarkan tersebut tepat atau salah. Demikian seterusnya hingga disepanjang kegiatan membaca, pemikiran siswa selalu bekerja merumuskan pertanyaan lalu mencari jawabannya.

Pada prinsipnya, guru mencontohkan / memodelkan bagaimana ia memahami suatu bahan bacaan, dan cara terbaik untuk memahami suatu bahan bacaan adalah dengan cara merumuskan pertanyaan-pertanyaan secara mandiri, lalu mencoba menebak jawaban-jawabannya, dan mengecek ketepatan tebakan (salah atau tepat), sehingga selama membaca, fokus pikiran siswa ada pada bacaan dan ada upaya memahaminya.

Perlu diperhatikan bahwa selama pembelajaran resiprokal berjalan, guru sebaiknya menggeser kedudukannya dari seorang yang mencoba memodelkan, kemudian menjadi seorang yang memfasilitasi diskusi arah pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban. Selama pembelajaran berlangsung guru harus selalu memberikan penguatan-penguatan terhadap perilaku belajar yang positif yang ditunjukkan siswa, misal dengan memberikan pujian-pujian. Juga, guru harus selalu memotivasi dan menjaga agar minat siswa terhadp bahan bacaan tetap terjaga.

Pada tahap perkenalan kepada siswa (mengenalkan pembelajaran resiprokal/timbal balik ini) guru dapat mengatakan kepada mereka bahwa guru mencoba memperkenalkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan seorang pembaca untuk memahami bacaan, yaitu dengan:
  • Memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dapat dilontarkan tentang apa yang sedang dibaca, kemudian memastikan bahwa setelah bertanya, mereka dapat menjawabnya.
  • Meringkas informasi penting yang baru saja dibaca.
  • Menduga-duga apa saja sekiranya yang mungkin akan dibahas oleh si penulis bahan bacaan pada alinea berikutnya.
  • Menunjukkan bahwa kadang-kadang ada sesuatu yang tidak / kurang jelas dalam suatu bahan bacaan, kemudian memeriksa apakah kita dapat memahaminya setelah mengusahakannya dengan membaca berulang-ualang dan mendalam.

Tulisan sebelumnya tentang Pembelajaran Resiprokal (Pembelajaran Timbal Balik) :

 Prosedur Harian Pembelajaran Resiprokal (Pembelajaran Timbal Balik)
Pembelajaran Resiprokal (Pembelajaran Timbal Balik)

Wednesday, December 19, 2012

Definisi Model Pembelajaran Terpadu

definisi model pembelajaran terpadu
Apakah model pembelajaran terpadu itu?

Definisi Model Pembelajaran Terpadu

Apakah model pembelajaran terpadu itu? Berikut ini, blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com akan memberikan beberapa definisi yang dikemukan oleh beberapa ahli tentang model pembelajaran terpadu. Yuk kita simak.

Definisi model pembelajaran terpadu menurut Fogarty (1991) 

Dalam buku How To Integrate Curricula yang diterbitkan oleh Skylight Publishing Inc. Polatine 11 Lions sebagai berikut:
Model pembelajaran terpadu adalah sebuah sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun secara kolektif, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Fogarty, 1991).

Definisi model pembelajaran terpadu menurut Beane (2000) 

Pada artikel berjudul Integrated Curriculum in The Midle School yang diterbitkan oleh ERIC Digest dinyatakan:
Model pembelajaran terpadu berasal dari kata “ integrated teaching and learning” atau “ integrated curriculum approach ” sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya ( Beane, 1993).

Definisi model pembelajaran terpadu menurut  Prabowo (2000) 

Dalam diktat perkuliahan mahasiswa Unesa (Universitas Negeri Surabaya) yang berjudul Pembelajaran Terpadu disebutkan:
Model pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran dan mempunyai beberapa ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, dan (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. (Prabowo , 2000).

Definisi model pembelajaran terpadu menurut Sugiyanto (2008) 

Dalam buku Model-Model Pembelajaran Inovatif yang diterbitkan oleh Yuma Pustaka, Surakarta ditegaskan bahwa:
Model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Sugiyanto, 2008).

Definisi model pembelajaran terpadu menurut Sa’ud (2006) 

Pada buku Pembelajaran Terpadu., diterbitkan oleh UPI PRESS Bandung disebut:
Model pembelajaran terpadu adalah pendekatan holistik yang mengkombinasikan aspek epistemologi, sosial, psikologi dan pendekatan paedagogi untuk pendidikan anak, dengan cara menghubungkan antara otak dan otot, antara individu dan individu, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan. (Sa’ud, 2006 ).

Demikian, semoga bermanfaat.

Artikel sebelumnya yang terkait Model Pembelajaran Terpadu:

Model Pembelajaran Terpadu: Aspek yang Harus Diperhatikan
Model Pembelajaran Terpadu: Langkah yang Harus Dipersiapkan
Berbagai Bentuk Strategi Model Pembelajaran Terpadu

Monday, December 17, 2012

Model Pembelajaran Terpadu : Aspek yang Harus Diperhatikan

model pembelajaran terpadu
Apa saja aspek yang harus diperhatikan kalau ingin menerapkan model pembelajaran terpadu?

Model Pembelajaran Terpadu : Aspek yang Harus Diperhatikan

Model pembelajaran terpadu kembali diulas blog  http://penelitiantindakankelas.blogspot.com . Saat merencanakan pembelajaran IPA terpadu, persiapan yang masak menjamin akan diberikannya pengalaman belajar yang efektif bagi siswa. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan saat merencanakan model pembelajaran terpadu terkait bahan ajar yang akan digunakan, yaitu:
  1. Pemilihan tema
  2. Menentukan hasil pembelajaran
  3. Membuat hubungan-hubungan antara tema pada mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lain
  4. Menentukan dan mengembangkan kegiatan belajar
  5. Mengembangkan rancangan penilaian

Berikut kita bahas satu persatu:

Pemilihan tema

Pertama-tama yang harus kita perhatikan adalah mengenali bidang IPA yang cocok dikaji secara terpadu dengan mata pelajaran lain. Biasanya untuk ini dapat dilakukan oleh guru secara mandiri, atau bersama-sama kelompok guru lainnya, bahkan dilakukan bersama-sama siswa. Saat mengenali dan memilih tema, sebaiknya dilakukan curah gagasan. Perlu diperhatikan beberapa hal saat menentukan tema, yaitu:
  • Minat siswa. Sebuah tema seyogyanya dapat mengapresiasi minat, memotivasi, menantang  dan memunculkan rasa ingin tahu siswa. Oleh sebab itulah, curah gagasan bersama siswa perlu dilakukan untuk mengetahui minat mereka terhadap suatu tema yang dipilih.
  • Ruang lingkup tema. Perlu dipertimbangkan apakah tema yang dipilih terlalu sempit atau terlalu luas. Pengalaman dan logika guru diperlukan untuk menentukan apakah suatu tema yang akan dipilih untuk sudah cukup bagus ruang lingkupnya atau belum.
  • Ketersediaan sumber daya. Pemilihan suatu tema perlu memperhatikan sumber daya yang tersedia atau yang dimiliki, apakah sudah cukup memadai untuk menjamin bahwa aktivitas atau kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif. Guru harus yakin bahwa sumber daya, semisal alat dan bahan yang terdapat di sekolah cukup tersedia dan dapat diperoleh.

Menentukan hasil pembelajaran

Bila tema pembelajaran telah ditentukan, maka selanjutnya guru dapat mulai menetapkan hasil pembelajaran yang dapat diharapkan dari perencanaan pembelajaran itu. Misalnya, Apa yang diharapkan pada siswa untuk diketahui dan dikerjakan sesudah pembelajaran terpadu dilaksanakan? Hasil pembelajaran seyogyanya mencerminkan isi, keterampilan, perilaku, atau sikap. Hasil belajar berupa isi (konten) semestinya merujuk pada kurikulum, harapan sekolah, dinas, atau departemen, tetapi juga dapat dengan mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tema yang dipilih itu. Guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan pemandu yang telah diidentifikasi saat merencanakan pembelajaran terpadu untuk digunakan kembali sebagai pertanyaan penentu hasil belajar siswa terkait isi (konten) yang dibelajarkan.

Membuat hubungan-hubungan antara tema pada mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lain

Bila dalam rancangan pembelajaran hasil pembelajaran telah dapat ditentukan, maka guru dapat membuat sebuah jaringan tema. Jaringan tema merupakan peta visual bidang-bidang atau mata pelajaran yang dapat dipadukan secara efektif untuk mendukung tema utama. Tidak semua mata pelajaran dan disiplin ilmu dapat dipadu pada tema-tema tertentu. Ada yang layak, ada yang tidak. Memaksakan pemaduan tema akan menjadikan pembelajaran menjadi tidak logis bagi siswa.

Menentukan dan mengembangkan kegiatan belajar

Keberikutnya, guru harus memperhatikan aktivitas-aktivitas atau kegiatan belajar yang dapat diberikan sehingga menunjang hubungan antar disiplin mata pelajaran terkait tema yang telah dipilih. Dalam kegiatan belajar, siswa tidak hanya belajar terkait isi (kognitif) semata, tetapi juga melibatkan kegiatan pembelajaran yang mendukung pencapaikan penguasaan keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Mereka pada kegiatan belajar pada model pembelajaran terpadu juga harus diberi kegiatan yang melibatkan keterampilan berpikir menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi terkait tema. Guru harus konsisten mengacu kepada hasil belajar yang diharapkan akan diperoleh siswa setelah atau selama mengikuti kegiatan belajar, saat menentukan dan mengembangkan kegiatan belajar. Seyogyanya, setiap kegiatan belajar benar-benar menopang hasil-hasil dan tujuan belajar yang diharapkan.

Selain itu, perlu menjadi pertimbangan saat menentukan dan mengembangkan kegiatan belajar ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk ‘belajar sambil berbuat’, jadi mereka tidak hanya aktif secara ‘minds on’, tetapi juga ‘hands on’. Walaupun demikian, sebaiknya pada pengembangannya, alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan belajar sebaiknya adalah alat-alat sederhana dan mudah didapat, yang penting memotivasi dan dapat mengakomodasi kebutuhan mengaitkan berbagai disiplin ilmu yang terpadu dalam tema yang telah dipilih.

Mengembangkan rancangan penilaian

Berbagai rencana penilaian harus dirancang oleh guru agar dapat digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa setelah atau selama mengikuti pembelajaran terpadu. Rencana penilaian mengakomodasi penilaian pengetahuan, keterampilan, hingga sikap.

Pembelajaran terpadu merupakan salah cara terbaik untuk memberikan pendekatan dalam mempelajari suatu bidang ilmu (mata pelajaran) dimana dimungkinkannya siswa menciptakan hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan antar subjek, konsep, atau gagasan dari bidang lain. Pada model pembelajaran terpadu, kepada siswa diberikan tawaran dan kemungkinan siswa untuk mengeksplorasi berbagai materi pelajaran yang relevan, melatih berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), dan yang terpenting mencipta hubungan antara sekolah dengan dunia nyata.

Artikel Terkait model pembelajaran terpadu:

Model Pembelajaran Terpadu : Langkah Mempersiapkan

Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan saat mempersiapkan model pembelajaran terpadu?

Langkah Mempersiapkan Model Pembelajaran Terpadu

Model pembelajaran terpadu memang salah satu model pembelajaran yang pantas digunakan dalam sebuah pembelajaran karena berbagai keunggulannya. Blog  http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kali ini mencoba mengulas lagi lebih dalam tentang model pembelajaran terpadu ini, yaitu dengan memberikan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakannya, yaitu:
  • Tentukan sebuah tema yang sesuai.
  • Libatkan semua siswa di kelas agar mendiskusikan kemungkinan tema yang akan diangkat dalam pembelajaran.
  • Menentukan fokus pembelajaran.
  • Memberikan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang beraneka macam yang berkaitan dengan tema yang akan jadi fokus pembelajaran.
  • Mengembangkan strategi-strategi untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
  • Membentuk suasana belajar yang rileks tapi tetap serius.
  • Membagi informasi-informasi yang dimiliki pada tema yang akan dipelajari.
  • Mengajak siswa mencermati dan menentukan tujuan-tujuan pembelajaran personal (afektif).
  • Mendorong demokrasi dalam belajar, kreatif, penemuan, dan kooperatif.
  • Mendorong siswa untuk berbagi pengalaman dan informasi.
  • Melibatkan berbagai narasumber yang mungkin dapat membantu seperti pustakawan, para profesional, orang tua siswa, hingga relawan.
  • Membantu dan mengajak siswa menyajikan hasil kerja dan hasil belajar mereka.
  • Memberi penekanan pada teknik-teknik reflektif dan tanggung jawab untuk evaluasi mandiri.

Artikel Terkait Model Pembelajaran Terpadu:


Model Pembelajaran Terpadu: Aspek yang Harus Diperhatikan
Berbagai Bentuk Strategi Model Pembelajaran Terpadu

Cara Menulis Daftar Pustaka

daftar pustaka
Bagaimana cara menuliskan daftar pustaka pada karya ilmiah anda?

Cara Menulis Daftar Pustaka

Bila saat ini anda sedang menulis proposal ptk atau laporan ptk, atau karya tulis ilmiah lainnya, maka salah satu bagian penting dari karya tulis itu adalah pencantuman daftar kepustakaan atau daftar referensi yang dimuat dalam bentuk daftar pustaka. Lazimnya daftar pustaka dicantumkan setelah bab kesimpulan dan saran. Untuk menulis daftar pustaka sendiri ada tata aturan yang harus dipenuhi. Berikut ini blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com akan membagi cara bagaimana menulis daftar pustaka.

Daftar pustaka adalah daftar karya tulis yang digunakan atau dimanfaatkan oleh penulis selama menyusun karya tulisnya lalu kemudian karya tulis tersebut digunakannya sebagai acuan. Pada setiap karya ilmiah, daftar pustaka harus ada sebagai bukti keberadaan sumber acuan. Beberapa aturan umum yang digunakan untuk menulis daftar pustaka adalah sebagai berikut:

Cara Menulis Nama pengarang/penulis

Berkaitan dengan nama pengarang, selalu ditulis tanpa gelar dengan mendahulukan nama belakang. Setelah nama belakang ditulis, lalu diberi tanda koma (,) baru kemudian disambung dengan nama depan. Sementara untuk nama Cina penulisannya tidak perlu dibalik karena pada nama Cina nama keluarga (marga) sudah diletakkan di depan.

Contoh:
Nama Sebenarnya Cara Menuliskannya
Abdul Majid Majid, Abdul
Selamat Hadi Wiyono Wiyono, Selamat Hadi
Kim Jung Il Kim Jung Il

Bila pengarang/penulis lebih dari dua orang Apabila kita menggunakan literatur dari karya tulis dengan pengarang lebih dari dua orang, maka hanya nama pengarang pertama yang ditulis. Nama-nama pengarang lainnya digantikan dengan ‘dkk’.

Contoh:
Nama Pengarang Lebih dari Dua Cara Menuliskannya
Kendal B. Taft, John G. McVernon, Charles Siegel, Donna O’Brien, dan Timothy Houston Taft, B. Kendal dkk

Cara Menulis Tahun Penerbitan

Tahun penerbitan dituliskan di belakang nama pengarang, setelah tanda titik (.).

Cara Menulis Judul Buku 

Tuliskan judul buku dengan dicetak miring (italic), kemudian setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital. Judul ditulis setelah tanda titik (.) di belakang tahun penerbitan, kemudian diakhiri pula dengan tanda titik (.).

Cara Menulis Judul Artkel 

Penulisan judul artikel mempunyai tatacara yang berbeda dengan penulisan judul buku. Bilamana judul buku ditulis dengan huruf kapital di awal setiap kata, maka untuk judul artikel, huruf kapital hanya digunakan pada huruf awal kata permulaan dari judul artikel saja.

Contoh:
. Judul Cara Menuliskannya
Buku Developing Minds Developing Minds
Artikel How To Teach Students So Remember How to teach so students remember

Cara Menulis Kota Tempat Buku Diterbitkan dan Nama Penerbit 

Setelah judul, dibelakang tanda titik (.) dituliskan nama kota tempat buku diterbitkan kemudian beri tanda titik dua (:) lalu tulis nama penerbit, dan akhiri dengan tanda titik.

Contoh:
Banjarmasin: Alifa Alternatif Media.

Agar lebih jelas mengenai tata aturan penulisan daftar pustaka ini, perhatikan pula contoh-contoh berikut ini:

Cara Menulis Karya Individual dari Internet: 

Hithcoock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals. 1990-95: The Calm Before The Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses 12 Juni 2012).

Cara Menulis Artikel dari Jurnal di Internet: 

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), Jilid 5, Nomor 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 14 Juli 2012).

Buku dengan satu pengarang:

Sampurno, Adi. 2012. Gejala-Gejala Keracunan Pada Anak Balita. Jakarta: Insan Cendekia.

Buku dengan dua pengarang:

Jalal, Abdul dan Kisman, Muhammad. 2011. Pendidikan Karakter untuk Pelajar-Pelajar Indonesia. Surakarta: Obor Pendidikan.

Buku dengan pengarang lebih dari dua:

Luminto, Herry Asman. 2009. Menggugah Nurani Penguasa Dan Birokrat Di Negeri Tikus. Jakarta: Pena Buana.

Artikel dalam buku dengan editor (penyunting):

Alwright, R. 1998. Language learning through communication practice. Dalam C.J. Broomfit dan K. Johnson (peny,). The Communicative Approach to language Teaching. Oxford, England: Oxford University Press, 167 – 182.

Artikel dari jurnal:

Elisa, Nahdiatul. 2012. Penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran matematika di SDN Pinang Seratus. Jurnal PTK Guru Indonesia, 15-20.

Makalah:

Pakpahan, J. 1994. Pendidikan sistem ganda pada sekolah kejuruan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dan Temu Karya VII Forum Komunikasi FPTK/JPTK se-Indonesia di IKIP Surabaya (Tidak Diterbitkan). IKIP Surabaya.

Artikel dari Surat Kabar/Koran:

Lopa, baharuddin. 1987. Boutros-Boutros Ghali dan Penegakan HAM. Jawa Pos. Sabtu Wage 4 Januari 1987, hlm 4.

Publikasi Pemerintah dengan Pengarang:

Abdullah, A. 1983. Pendidikan Umum dan Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Publikasi Pemerintah tanpa pengarang:

Dikdasmen. 1993. Data/Informasi Keadaan SLB Negeri dan Swasta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Skripsi/Tesis/Disertasi:

Marisha, Caca. 2011. Kemampuan Siswa Kelas VIIB dalam Berhitung Bilangan Bulat: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas (Skripsi S1 Tidak Diterbitkan). Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Palangkaraya.

Sunday, December 16, 2012

Cara Menulis Kutipan dan Acuan pada Karya Tulis Ilmiah

cara menulis kutipan dan acuan
Bagaimana cara menulis kutipan dan acuan?

Cara Menulis Kutipan dan Acuan pada Karya Tulis Ilmiah

Artikel cara menulis kutipan dan acuan ini cukup penting, walaupun sering diabaikan oleh beberapa penulis pemula. Pencirian karya tulis ilmiah (KTI) misalnya laporan ptk (penelitian tindakan kelas), yaitu disajikannya gagasan atau ide orang lain dalam upaya memperkuat dan memperkaya gagasan penulisnya. Gagasan yang sudah pernah diungkapkan oleh orang lain itu kemudian dapat diacu (menjadi acuan atau rujukan), dan selanjutnya sumber acuan itu harus dimasukkan ke dalam Daftar Pustaka. Penulisan Daftar Pustaka ini harus lengkap dan bersesuaian dengan acuan yang dimuat pada karya tulis itu. Maksudnya, sumber yang telah dicantumkan pada bagian Daftar Pustaka betul-betul telah pula digunakan sebagai bahan rujukan dalam artikel atau laporan. Pun demikian balikannya, bila suatu acuan digunakan sebagai rujukan padaartikel atau laporan, maka pada Daftar Pustaka sumber acuan itu wajib dicantumkan. Sebagai wujud tanggungjawab kualitas artikel atau laporan, biasanya sumber yang dijadikan kepustakaan (pada Daftar Pustaka) harus cukup memadai jumlahnya. Daftar Pustaka ini kemudian disusun berurutan secara alfabetis dan penulisannya harus menyesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan (selingkung).Lalu bagaimanakah cara menulis kutipan dan acuan dalam karya tulis ilmiah anda?

Cara Menulis Kutipan

Cara menyajikan gagasan orang lain untuk memperkuat gagasan penulis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Sebaiknya pengutipan dilakukan secara tidak langsung (lebih dianjurkan), yaitu dengan cara menulis ringkasan atau simpulan gagasan yang ingin dikutip tadi.

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini untuk melihat bagaimana kutipan langsung dan kutipan tidak langsung ditulis pada artikel atau laporan karya ilmiah.

Kutipan langsung:

Lebih lanjut lagi Suharno menjelaskan bahwa kecepatan terdiri dari tiga macam, yaitu:
Sprinting speed adalah kemampuan untuk bergerak ke depan dengan kekuatan maksimal dan kecepatan yang setinggi mungkin.
Speed of movement adalah kemampuan suatu kontraksi semaksimal mungkin sebuah otot atau segerombolan otot dalam suatu gerakan yang terputus.
Reaction of speed adalah kemampuan suatu otot atau segerombolan otot untuk bereaksi secepat mungkin temponya setelah mendapat rangsangan (Suharno, 1973:23).

Kutipan tidak langsung:

Suharno (1973) menyatakan bahwa kecepatan terdiri dari gerakan ke depan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin, kemampuan gerakan kontraksi putus-putus otot atau segerombolan otot, kemampuan reaksi otot atau segerombolan otot dalam tempo cepat karena rangsangan.

Perhatikan sekali lagi, kutipan langsung tidak disarankan, tetapi lebih disarankan untuk menggunakan kutipan tidak langsung.

Cara Menulis Acuan

Acuan merupakan penulisan sumber gagasan di dalam teks dengan maksud sebagai:
Pengakuan kepada penulis gagasan awal bahwa penulis telah meminjam, bukan menjiplak atau memplagiat.
Memberitahukan kepada khalayak pembaca karya tulis artikel atau laporan penelitian tentang dari siapa atau darimana gagasan tersebut diambil.

Sebuah acuan dalam artikel ilmiah atau laporan penelitian berisikan nama penulis yang tulisannya telah dikutip, tahun ditulis, ditambah atau tanpa ditambah nomor halaman di mana gagasan tersebut dirujuk atau dikutip. Nama penulis gagasan yang dikutip hanya nama belakang (nama akhir). Acuan ini dapat dituliskan pada bagian  tengah atau akhir kalimat kutipan. Cara menuliskan acuan adalah dengan menulis nya secara terpisah dari kalimat kutipan melalui tanda kurung buka dan kurung tutup. Perhatikanlah contoh-contoh kemungkinan cara menuliskan acuan di bawah ini:

Acuan dengan 1 orang penulis:


Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Riebel, 1978:1).

Atau

Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Riebel, 1978).

Atau

Menurut Riebel (1978:1), karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain.

Acuan dengan 2 orang penulis pada 1 karya:


Contoh:
Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Ray dan Lambert, 1980).

Acuan dengan 2 orang penulis pada 2 karya berbeda:


Contoh:
Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Richards, 1991; Tabott, 1998).

Acuan dengan penulis lebih dari 2 orang: cukup ditulis nama belakang penulis pertama, sedangkan penulis lainnya ditulis sebagai ‘dkk’ (dan kawan-kawan).


Contoh:
Membaca adalah kegiatan interaksi antara pembaca dengan penulis yang kehadirannya diwakili oleh teks (Sumitro dkk, 2011).

Demikian cara menulis kutipan dan acuan dalam karya tulis ilmiah. Semoga bermanfaat.

Saturday, December 15, 2012

Ciri Paragraf yang Baik dalam Sebuah Karya Tulis Ilmiah

menulis paragraf yang baik
Bagaimanakah menulis sebuah paragraf ilmiah yang baik?

Ciri Paragraf yang Baik

Dalam menulis proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan kelas), tentunya tak lepas dari menuliskan karya ilmiah tersebut dalam paragraf-paragraf. Bermutu tidaknya sebuah karya tulis dapat dilihat dari susunan paragraf yang dibentuk oleh seorang penulis. Dalam kaitan ini, kita dapat mengenali atau mencek kembali apakah paragraf-paragraf yang ditulis sudah bagus strukturnya atau belum. Paragraf yang baik mempunyai 3 ciri yang akan membedakannya dari paragraf yang kurang atau tidak baik pada sebuah karya tulis ilmiah. Ketiga ciri paragraf yang baik itu adalah: (1) lengkap; (2) utuh; dan (3) runtut.

Paragraf yang Lengkap

Pertama, ciri paragraf yang baik adalah lengkap. Yang dimaksud lengkap di sini, sebuah paragraf berisi komponen-komponen yang dibutuhkan guna mengutakan suatu pokok pikiran secara lengkap. Komponen yang dibutuhkan dalam sebuah paragraf meliputi kalimat utama (kalimat topik), kalimat-kalimat pendukung, dan kalimat penyimpul. Kalimat utama atau kalimat topik memiliki gagasan dasar, atau ide pokok, yang mana bagian inilah yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf lengkap. Kalimat utama atau kalimat topik tidak Cuma berisi topik yang ada pada paragraf tetapi pun memberikan pembatas masalah yang dibahas pada paragraf tersebut. Masalah yang dibatasi itu merupakan pengendali ide pada sebuah paragraf.

Perhatikan contoh berikut:

Kalimat utama atau kalimat pokok:

“Melakukan mengamati secara teliti merupakan salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan saat mempelajari sains.”

Topik yang dibahas dalam paragraf dengan kalimat utama atau kalimat pokok demikian adalah “keterampilan mengamati”, sementara pengendali ide adalah “salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan saat mempelajari sains”. Nah, pengendali ide inilah yang musti dijelaskan. Penjelasan harusnya akan terpancar dari kalimat-kalimat pendukung yang tidak boleh menjauh dari ide pokok atau ide utama tersebut di atas. Maka, mungkin kita akan menulis kalimat-kalimat penunjang sebagai berikut:

Semua ilmu pada bidang sains diperoleh melalui pengamatan. Beranjak dari pengamatan, maka dapat dilakukan suatu penafsiran atau prediksi. Eksperimen atau percobaan yang tentu saja melibatkan proses pengumpulan data hanya dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan.

Kalimat Penyimpul :

Contoh paragraf di atas kemudian ditutup dengan sebuah kalimat penyimpul yang berfungsi sebagai peringkas dalam bentuk komentar. Maka, seperti contoh di atas, lengkaplah 3 unsur yang dibutuhkan untuk menyusun suatu paragraf lengkap, yang terdiri atas kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penunjang, dan kalimat penyimpul.

Paragraf yang Utuh

Kedua, ciri paragraf yang baik pada sebuah karya tulis ilmiah adalah adanya keutuhan. Keutuhan sebuah paragraf dapat dibentuk bila pada paragraf tersebut hanya dibahas sebuah gagasan utama (gagasan dasar, ide pokok).

Paragraf yang Runtut

Ciri ketiga paragraf yang baik pada karya tulis ilmiah adalah adanya suatu keruntutan (koherensi/kepaduan). Keruntutan sebuah paragraf ditunjukkan dengan adanya kekompakan yang terbetuk sebagai hubungan antar kalimat yang saling runtut. Hal ini penting agar paragraf-paragraf tersebut menjadi mudah, dan enak dibaca, serta mudah dipahami. Paragraf yang runtut dapat dibuat dengan cara: (1) menulis kalimat-kalimat pendukung dengan tata susunan dan urutan yang logis; (2) menghubungkan gagasan dalam paragraf dengan “pemandu” (dikenal dengan istilah penanda transisi).

Perhatikan contoh:
Ide pengendali “perlunya pengamatan” pada contoh paragraf di atas didukung dengan menampilkan contoh yang disusun secara logis yaitu ......., ........, ....... Seterusnya, ide-ide pendukung itu disambungkan dengan pemadu  seperti ‘di samping itu’, ‘oleh karena itu’, dan sebagainya.

Demikian tulisan tentang ciri paragraf yang baik dalam sebuah karya tulis ilmiah, semoga bermanfaat. Terus ikuti tulisan-tulisan kami di blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model pembelajaran ini. Salam.

Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis

karya tulis ilmiah
Bagaimana Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis Ilmiah Anda?

Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis

Saat menulis ptk (penelitian tindakan kelas), baik dalam bentuk proposal atau laporan, seringkali kita harus menulis sedemikian rupa sehingga pembaca yang nantinya membaca karya tulis ilmiah kita akan memahami alur pemikiran kita, dan meyakini apa yang kita tulis memang benar adanya. Dan, seringkali pula dalam karya tulis ilmiah kita tersebut, kita harus mengusung suatu gagasan atau pendapat. Nah, untuk menuliskan hal ini tidaklah mudah. Masalah yang sering dihadapi oleh penulis pemula yaitu cara meyakinkan orang yang membaca tulisannya sehingga percaya hal-hal yang ditulis/ dikemukakan penulisnya. Banyak penulis menemui kesulitan untuk membuat yakin pembaca karena gagasan yang diusungnya tidak atau kurang didukung olehpenjelasan yang konkret.

Cara Mendukung Gagasan

Ada 4 cara yang dapat dilakukan seorang penulis untuk mendukung gagasan yang diusungnya pada tulisannya, yaitu (1) menampilkan contoh; (2) memberi ilustrasi; (3) memasukkan kutipan; dan (4) memaparkan data.

Menampilkan contoh dan memberi ilustrasi 

Keduanya merupakan cara termudah yang dapat dilakukan seorang penulis untuk mendukung gagasannya. Untuk ini, penulis dapat mengambil contoh atau ilustrasi dengan mencari informasi dari perpustakaan, atau lebih mudah lagi dengan memberi contoh-contoh dari pengetahuan yang dipunyainya dan pengalaman hidupnya. Lain dari pada itu, menampilkan contoh dan memberi ilustrasi suatu gagasan berdasarkan peristiwa yang didasarkan pada pengalaman nyata biasanya akan membentuk tulisan yang menarik untuk dibaca.

Tetapi, untuk hal tersebut di atas perlu dingat bahwa ada 2 hal yang perlu mendapat perhatian: (1) teknik mendukung gagasan dengan cara ini dianggap teknik paling lemah, oleh sebab itu penulis sangat perlu untuk hati-hati jika menggunakan teknik ini; (2) harus dicamkan, bila contoh atau ilustrasi yang diambil memang merupakan contoh dan ilustrasi yang representatif (mewakili dengan baik gagasan yang diusung).

Data berupa angka-angka atau paparan statistik seringkali sukar disajikan oleh penulis, tetapi cara ini adalah cara terbaik untuk memperkuat gagasan ilmiah yang diusung penulis. Relevansi data, biar bagaimanapun harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum data dipaparkan kepada pembaca.

Memasukkan Kutipan

Cara yang juga sangat penting dalam penulisan karya tulis ilmiah, untuk tujuan memperkuat dan mendukung gagasan penulis, adalah dengan menggunakan kutipan (memasukkan kutipan). Kesulitan teknik untuk mendukung gagasan dengan cara ini tergolong relatif. Penulis harus dapat mempertimbangkan pernyataan siapa yang dikutip dan bagaimana memperoleh sumber yang cocok dan pas agar mendapatkan kutipan yang betul-betul diharapkan memenuhi syarat. Teknik memasukkan kutipan ini sangat perlu diusahakan oleh sebab dukungan terhadap gagasan dianggap paling kuat dibanding dengan teknik paparan data atau statistik.

Jenis Kutipan

Dalam penulisan, ada bentuk kutipan yang dapat digunakan, meliputi: (1) kutipan langsung; dan (2) kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil persis sama sebagaimana sumber asal dengan tidak mengubah susunan kalimatnya. Kutipan langsung dalam karya tulis diberi tanda kutip (tanda baca berupa tanda kutip ”.....”). Sementara kutipan tidak langsung dalam penulisannya pada naskah karya tulis tidak membutuhkan tanda kutip.

Bentuk gramatika yang digunakan pada kutipan merupakan frase atau kaluasa berisi laporan informasi pinjaman dari sumber lain. Contoh frase yang sering digunakan untuk menyatakan kutipan langsung atau tidak langsung misalnya:
..............mengatakan (bahwa)................
..............melaporkan (bahwa)................
..............mempertahankan (bahwa)................
..............menyebutkan (bahwa)................
..............menyatakan (bahwa)................
Menurut................
Sebagaimana dinyatakan oleh..................
Sesuai dengan.................
Dilaporkan oleh...................

3 Aspek yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Kutipan

Bila penulis mengutip pendapat penulis lain, maka terdapat 3 aspek yang patut dijadikan perhatian. Kesatu, kutipan hatus akurat, baik pada kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung. Arti dan makna harus sesuai dengan makna aslinya. Bila penulis menghilangkan beberapa kata, dengan maksud dan anggapan karena hal tersebut tidak berguna, maka perlu dibubuhkan tanda elips, yaitu tiga titik (...) atau kelipatannya (......), (.........) agar menunjukkan bahwa ada bagian-bagian atau kata-kata yang tidak dicantumkan.

Kedua, bila penulis mempunyai alasan kuat untuk membubuhkan beberapa kata baru, maka penambahan kata-kata tersebut harus diletakkan di antara dua kurung persegi [] sebagai penanda bahwa kata-kata atau bagian tersebut merupakan tambahan dari penulis itu sendiri.

Ketiga, saat mengutip pendapat penulis lain, dilarang keras mengubah makna dan arti dari pendapat tersebut. Lalu, jangan lupa memberi tanda sesuai dengan tanda baca yang tepat sesuai eyd (ejaan yang disempurnakan).

Friday, December 14, 2012

Langkah-Langkah Menulis PTK

laporan ptk
Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan selama menulis laporan atau proposal ptk?

Langkah-Langkah Menulis PTK

Tulisan kali ini sebenarnya lebih bersifat umum (general) tentang bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan seorang guru atau mahasiswa calon guru untuk menulis sebuah laporan penelitian tindakan kelas. Berikut langkah-langkah yang dimaksud:

Pengembangan Gagasan

Sebagaimana tulisan lain, proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan kelas) juga ditulis berdasarkan adanya gagasan (ide). Gagasan atau ide tentang ptk atau penelitian tindakan kelas dapat diperoleh oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru ketika membaca suatu literatur dan mengkoneksikan dengan permasalahan yang terjadi di dalam kelasnya. Atau sebaliknya, ketika merasa ada suatu masalah dalam pembelajaran di kelasnya, seorang guru akan mencoba mencari tahu lewat referensi-referensi tertentu tentang bagaimana kemungkinan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Nah, dari adanya masalah dan strategi pemecahan masalah yang mungkin dipilih inilah gagasan penulisan proposal atau leporan penelitian tindakan kelas (ptk) dapat dikembangkan.

Merencanakan Naskah

Naskah proposal atau laporan ptk perlu direncanakan terkait untuk tujuan apa ditulis, bila kita melakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk mengikuti suatu lomba, maka perlu direncanakan naskah yang ditulis harus sesuai dengan format-format tertentu yang biasanya diminta oleh penyelenggara. Jika kita menulis ptk hanya untuk memperoleh angka kredit kenaikan pangkat, maka format penulisan mungkin dapat sedikit lebih bebas, tetapi tetap dalam koridor tulisan ilmiah bentuk laporan. Kita juga dapat merencanakan sedari awal, berapa halaman yang akan kita tulis, dan lampiran-lampiran apa saja yang nantinya perlu kita siapkan untuk dimasukkan sebagai bahan proposal atau laporan ptk tersebut.

Mengembangkan paragraf dan penulisan draft

Setelah naskah direncanakan dengan baik hingga ke bab-bab dan subbab-subbab apa yang akan kita tulis, maka langkah selanjutnya adalah menulisan pokok-pokok pikiran dari setiap bagian itu sehingga proposal atau laporan ptk kita secara menyeluruh mempunyai kerangka yang utuh dan sinambung. Pokok-pokok pikiran dari setiap bagian bab dan subbab selanjutnya perlu dikembangkan sehingga terbentuk paragraf-paragraf yang saling anyam membentuk kesatuan utuh, tidak kontradiktif antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dan tentu saja tetap bersifat ilmiah, yang dapat terlihat dari pemilihan kata-kata atau literatur yang digunakan saat pengembangan paragraf-paragraf dari setiap bagian proposal atau laporan ptk itu.

Meminta masukan teman sejawat

Draft yang telah kita kembangkan berdasarkan pokok-pokok pikiran yang menjelma menjadi paragraf-paragraf tadi selanjutnya perlu dibaca oleh orang lain. Orang yang paling tepat untuk membaca adalah teman sejawat anda, atau ahli di bidang penelitian tindakan kelas, atau praktisi pendidikan. Meminta masukan dari mereka sangat penting untuk mengecek adakah anda berbeda pendapat dengan mereka? kenapa ada perbedaan pendapat? Apakah ada hal-hal penting lain pada aspek-aspek tertentu di penelitian anda yang belum terpikirkan sama sekali oleh anda dan penting untuk dimasukkan sebagai elemen tulisan anda? Atau bahkah anda memerlukan kritikan dari mereka.

Memperbaiki draft

Setelah mempertimbangkan saran-saran dari orang lain yang telah membaca proposal atau laporan penelitian tindakan kelas anda, maka langkah berikutnya adalah memperbaiki draft awal tersebut sehingga akan lebih menyempurnakannya. Tidak ada tulisan (dalam bentuk apapun termasuk karya ilmiah berupa ptk) yang sekali tulis langsung jadi. Semuanya memerlukan revisi, revisi, dan revisi.

Sentuhan akhir

Setelah tulisan berupa laporan atau proposal penelitian tindakan kelas anda ditulis dengan lengkap, dengan memerhatikan masukan-masukan dari orang-orang yang telah anda pilih, maka langkah terakhir adalah sentuhan akhir. Pada langkah terakhir ini, anda perlu menuliskan halaman-halaman tambahan yang perlu dan harus dimasukkan ke dala tulisan anda, misalnya kata pengantar, halaman persembahan, dan halaman-halaman lain yang mungkin ingin anda sisipkan. Selain itu, sekali lagi anda harus mengecek tata penulisan agar sesuai dengan eyd (ejaan yang disempurnakan), karena proposal atau laporan ptk yang anda buat adalah tulisan ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku dan tata penulisan yang baik dan benar.

Kiat Memperlancar Menulis PTK

menulis laporan ptk
Bagaimana memperlancar penulisan laporan ptk anda?

Kiat Memperlancar Menulis PTK

Banyak pemula dalam ranah penelitian tindakan kelas atau ptk yang ternyata mengalami hambatan saat mulai menulis tentang penelitiannya, apakah itu proposal atau laporannya. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Berikut ini diberikan beberapa kiat sederhana yang mungkin dapat mempercerah anda:

Mulailah sekarang juga!

Bila anda berpikir untuk menulis tentang penelitian tindakan kelas atau ptk yang anda akan lakukan atau sedang anda lakukan, maka segeralah tulis. Jangan tunda hingga ide tulisan menghilang dari pikiran anda. Ide bisa datang kapan saja, karena itu bila ia menjelma menjadi kalimat-kalimat di pikiran anda, segeralah tuliskan. Bila anda merasa anda sesuatu yang harus ditulis, mulailah sekarang juga.

Membacalah!

Anda dapat memperoleh berbagai pengetahuan baru tentang apa yang sedang anda teliti melalui bahan bacaan. Kegiatan membaca adalah kegiatan wajib yang harus seorang peneliti lakukan. Dengan beragam informasi yang diperoleh melalui bahan bacaan, maka anda akan punya banyak bahan untuk dituliskan dalam proposal atau laporan penelitian tindakan kelas atau ptk anda.

Memutar musik

Banyak orang beranggapan ketika sedang bekerja (dalam hal ini menulis tentang penelitian tindakan kelas atau ptk ada), tidak baik berbising-bising menyetel musik. Anggapan ini memang benar jika anda menyetel musik terlalu keras. Sebenarnya memutar musik juga dapat meningkatkan konsentrasi dan membentuk suasana menjadi nyaman. Caranya, putar musik berirama santai, lembut, dan bukan lagu favorit yang suka anda nyanyikan. Setel volume dalam batas samar-samar, sehingga musik menjadi kesatuan dengan suasana ruangan di mana anda sedang menulis laporan atau proposal ptk anda.

Manajemen kegiatan anda

Menulis sebuah penelitian tindakan kelas (ptk) juga memerlukan manajemen. Anda harus memecah-mecah kegiatan penulisan anda agar dapat berjalan secara efektif. Anda bisa membagi kegiatan penulisan dan pencarian bahan, serta membaca literatur dengan baik apabila anda memanajemennya dengan baik. Tulisan-tulisan andapun dapat dimanajemen dengan baik.

Gunakan warna

Kadang-kadang menulis laporan atau proposal penelitian tindakan kelas dapat membosankan atau bahkan membuat frustasi. Gunakan warna-warna tertentu untuk draft penulisan anda di laptop atau komputer, paling tidak dengan cara ini mata anda akan menjadi tidak mudah lelah dan bahkan warna-warna dapat dijadikan kode-kode tertentu untuk memanajemen tulisan anda. Misalnya, tulisan berwarna hitam menunjukkan bahwa tulisan itu sudah pas dan tidak memerlukan pengeditan. Tulisan berwarna merah masih menunjukkan bahwa tulisan agak kacau dan perlu revisi atau penyusunan kalimat yang lebih baik, atau menunjukkan bahwa tulisan di bagian tersebut masih perlu dikembangkan, dsb.

Bicaralah dengan teman di sekitar meja anda di ruang guru

Berbicara dengan teman sejawat tentang kegiatan penulisan penelitian tindakan kelas yang kita lakukan dapat kembali meningkatkan motivasi kita untuk “kembali” menulisnya, karena dengan bicara dengan teman akan membuat kita merasa “bertanggungjawab” untuk segera menyelesaikan kegiatan menulis yang kita lakukan. Selain itu, jika kita bicara dengan teman yang telah atau sering melakukan penelitian tindakan kelas, akan memberi kita pengalaman-pengalaman atau trik-trik tertentu yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan tulisan proposal atau laporan ptk kita.

Pilihlah waktu yang pas.

Menulis laporan atau proposal penelitian tindakan kelas membutuhkan waktu khusus. Waktu khusus yang dimaksud di sini sederhana saja. Maksudnya carilah waktu yang sekiranya saat anda sedang menulis tidak akan terganggu oleh hal-hal lain yang dapat merusak konsentrasi anda. Ada orang yang suka menulis sebelum tidur, atau sehabis bangun tidur di waktu shubuh. Bukankah kedua waktu itu memungkinkan anda menulis dengan tenang dan nyaman? Dan, anda mungkin punya waktu khusus sendiri, karena tiap-tiap orang bisa berbeda.

Selingi dengan olahraga

Terlalu lama menulis di depan komputer atau laptop membuat pikiran anda dapat buntu. Karena itu, carilah penyegaran misalnya dengan melakukan olahraga. Berolahraga akan memperlancar aliran darah ke otak dan membuat pikiran anda kembali segar, ide-ide bagaimana menuliskan apa yang ada di kepala anda akan lebih mudah diperoleh.

Demikian tips atau kiat untuk memperlancar menulis ptk dari blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model pembelajaran. Semoga dapat membantu Anda.

Thursday, December 13, 2012

Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI)

lembar observasi ptk
Bagaimana mengamati pengelolaan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI - Problem Based Instruction)?

Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI) 

Contoh lembar observasi atau lembar pengamatan pengelolaan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI – Problem Based Instruction) ini dibuat berdasarkan sintaks (tingkah laku mengajar/langkah-langkah), lingkungan belajar, dan sistem pengelolaan model pembelajaran tersebut. Semua item dibuat pada lembar observasi/ lembar pengamatan pengelolaan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBI – Problem Based Instruction) ini adalah berdasarkan kajian teoritis tentang model tersebut.

Format yang diberikan di sini hanyalah contoh, anda dapat memodifikasi sesuai kebutuhan anda untuk penelitian tindakan kelas (ptk) atau kegiatan lesson study yang mungkin sedang anda/ kelompok kerja anda lakukan. Semoga bermanfaat.

Contoh: 

LEMBAR OBSERVASI 

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH 

(PROBLEM BASED INSTRUCTION – PBI) 


Petunjuk: 
  • Pengamat mengambil tempat strategis di dalam kelas sehingga dapat mengamati pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan baik tanpa mengganggu proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung. 
  • Pengamat memberikan skor pada setiap item pengelolaan yang tersedia pada tabel pengamatan. 
  • Bila pengamat menemukan hal-hal penting lain terkait pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah ini, tetapi tidak terakomodasi pada tabel, dapat menuliskannya pada tempat yang tersedia di bawah tabel.
No Fase Tingkah Laku
Guru
Tidak Dilaksana
kan
Dilaksana
kan
Skor
1. Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
. . .
. . Guru menjelaskan logistik/alat
/bahan yang dibutuhkan
. . .
. . Guru memotivasi siswa agar
terlibat nanti dalam kegiatan
pemecahan masalah yang dipilih
. . .
2. Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
. . .
. . Guru membantu siswa
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
. . .
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang relevan
. . .
. . Guru membimbing siswa
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan/
penjelasan atas masalah
. . .
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil karya seperti laporan,
poster, video, atau model
. . .
. . Guru membantu siswa
berbagi tugas
. . .
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi terhadap
penyelidikan mereka
. . .
. . Guru membantu siswa
melakukan refleksi proses-
proses yang telah mereka
lakukan dalam memecahkan masalah
. . .
Catatan Lain tentang pengelolaan pembelajaran: 
................................................................................................................................
................................................................................................................................ 

................................................................................................................................
................................................................................................................................ 
................................................................................................................................
................................................................................................................................ 

Skor 1 = sangat kurang
Skor 2 =  kurang
Skor 3 = cukup
Skor 4 = baik
Skor 5 = sangat baik

                                                     Banjarmasin, ........ Desember 2012
                                                     Pengamat,


                                                     ................................................
                                                     NIP

===
Demikian Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI - Problem Based Instruction) dari blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model pembelajaran. Semoga bermanfaat.



Monday, December 10, 2012

Definisi Model Pembelajaran

model pembelajaran adalah ....
Apa sebenarnya model pembelajaran itu?

Tinjauan Umum

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kali ini akan mengulas definisi model pembelajaran. Sebenarnya telah berkali-kali admin blog ini menegaskan dalam tulisan-tulisan sebelumnya tentang apa itu model pembelajaran, tetapi ternyata banyak pembaca yang masih menganggap bahwa definisi model pembelajaran masih sangat kabur. Baiklah, kini kita akan bahas topik ini secara lebih mendetail.

Definisi Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai desain pengajaran (instruksional) yang menggambarkan (mendeskripsikan) proses khusus dan penyediaan iklim belajar tertentu yang dapat membuat siswa berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan perilaku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dsb.(School of Education, PU: 2011).

Pendapat yang lebih sederhana menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah standar  tingkah laku dalam mengajar yang teridentifikasi agar dapat mencapai situasi mengajar tertentu. (www.education.com).

Pakar pendidikan seperti Joyce dan Marsha Weil’s (1980) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (pembelajaran dalam jangka waktu lama), untuk mendesain bahan-bahan pembelajaran dan untuk mengarahkan guru mengajar serta setting lainnya di dalam kelas.

Karakteristik Model Pembelajaran

Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Karakteristik ini pulalah yang dapat memberi bantuan kepada kita untuk menyimpulkan apakah praktek yang dilakukan guru di kelasnya merupakan praktek model pembelajaran atau bukan. Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh sebuah model pembelajaran antara lain: 

Penentuan strategi pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran

Misalnya, pada model pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran yang menonjol dilaksanakan adalah diskusi. Pada model pembelajaran kooperatif siswa lebih banyak melakukan diskusi di dalam kelompok-kelompok kooperatifnya. Sementara, pada model pembelajaran langsung, strategi yang lebih banyak digunakan guru adalah ceramah atau demonstrasi. 

Penggunaan terhadap model-model pembelajaran didukung oleh bukti empirik di lapangan

Setiap model pembelajaran yang telah dibakukan sebelumnya telah melewati rangkaian-rangkaian penelitian tentang efektivitasnya dalam pembelajaran.  

Setiap model pembelajaran mempunyai detil-detil pembelajaran yang khas yang membedakannya satu sama lain

Detil bagaimana melaksanakan model pembelajaran kooperatif berbeda dengan detil bagaimana melaksanakan model pembelajaran langsung.  

Peranan guru dalam setiap model pembelajaran bersifat khas

Misalnya, peran guru dalam model pembelajaran kooperatif lebih sebagai fasilitator agar setiap anggota kelompok dapat bekerja dan belajar di dalam kelompok mereka, sementara misalnya pada model pembelajaran langsung guru lebih berperan sebagai sumber informasi dimana guru menyajikan materi pembelajaran atau mendemonstrasikan suatu keterampilan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...