Tuesday, August 28, 2012

Sintaks Model Pembelajaran Induktif

langkah-langkah model pembelajaran induktif
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran induktif?

Tinjauan Umum

Model pembelajaran induktif telah cukup banyak diulas pada blog ini di tulisan-tulisan sebelumnya, walaupun demikian blog penelitian tindakan kelas ini kembali akan menyuguhkan tulisan tentang model pembelajaran yang satu ini. Tulisan kali ini cukup penting untuk dibaca bila anda ingin menerapkan / merancang pembelajaran yang mengaplikasikan model pembelajaran ini. Baiklah, tanpa panjang lebar, kali ini kita akan membahas tentang sintaks / langkah-langkah / fase-fase model pembelajaran induktif.
Model pembelajaran induktif, terdiri dari 5 sintaks / fase, yaitu: (1) fase pendahuluan (lesson introduction); (2) fase open-ended; (3) fase konvergen; (4) fase closure; dan (5) fase aplikasi.

Fase pendahluan (lesson introduction)

fase pendahuluan (fase 1), guru mengatakan kepada siswa bahwa ia akan memberikan beberapa contoh. Tugas mereka adalah mencari pola-pola dan perbedaan-perbedaan yang terdapat pada contoh-contoh tersebut. Guru dapat melakukan fase pendahuluan ini dengan berbagai cara. Misalnya: “Hari ini bapak akan memberikan beberapa contoh. Bapak ingin kalian menjadi pengamat yang hebat. Observer yang teliti. Cobalah amati kira-kira kesamaan pola apakah yang terdapat pada contoh ini. Lalu apa pula perbedaan-perbedaan yang terdapat dari semua contoh itu.”

Fase open-ended

Pada fase 2, yaitu fase open ended, siswa akan memulai proses membangun (mengkonstruk, ingat konstruktivisme) pemahaman dari contoh-contoh yang disajikan. Pada fase ini guru dapat:
(1)    mempresentasikan sebuah contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan mendeskripsikannya.
(2)    Mempresentasikan dua atau lebih contoh dan meminta siswa mencari kesamaan pola.
(3)    Mempresentasikan contoh dan noncontoh lalu meminta siswa memkontraskan/membedakannya.

Fase open-ended dicirikan oleh observasi, pendeskripsian, dan pembandingan—semua jawaban dapat diterima.

Fase konvergen

Pada fase konvergen (fase 3) guru mengarahkan jawaban-jawaban menuju tujuan pembelajaran, baik itu berupa konsep, prinsip, generalisasi, maupun aturan akademik. Mengarahkan jawaban menuju tujuan pembelajaran dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan. Bukan memberikan langsung informasi tentang konsep, prinsip, generalisasi, atau aturan akademik yang diinginkan untuk dipahami siswa. Keterampilan bertanya guru benar-benar akan diuji pada fase ini. Fase open-ended secara natural akan diikuti oleh fase konvergen, tanpa batas yang jelas.

Fase Closure

Fase 4 adalah fase closure, yang menyediakan siswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi di sini terkait dengan kemampuan untuk menyingkirkan informasi-informasi yang tidak relevan atau informasi nonesensial yang diperoleh saat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru di fase 2 (fase open-ended) dan fase 3 (fase konvergen). Fase closure adalah titik di mana siswa dapat mengidentifikasi kakarteristik-karakteristik sebuah konsep, atau berhasil menyatakan prinsip, generalisasi dan aturan akademik dari contoh-contoh yang diberikan.

Fase Aplikasi

Pada Fase 5 (fase aplikasi), setelah siswa berhasil melewati fase closure, mereka harus diajak untuk merefleksikan pemahamannya tersebut pada level berikutnya. Siswa harus dapat mengaplikasikan konsep, prinsip, generalisasi, dan aturan akademik pada “dunia nyata”. Setelah tugas mengaplikasi dilakukan di kelas, guru sebaiknya memberikan latihan lanjutan dengan tugas rumah.

Beberapa tulisan sebelumnya tentang model pembelajaran induktif:

Struktur Sosial dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Induktif.
Perspektif Teori Tentang Model Pembelajaran Induktif.
Model Pembelajaran Induktif: Jenis-Jenis Tujuan Pembelajaran yang Dapat Dicapai.
Klasifikasi Model-Model Pembelajaran yang Didasarkan Pada Teori Pemrosesan Informasi.

Saturday, August 25, 2012

Keterampilan Esensial Guru: Mengorganisasi

Ada banyak keterampilan esensial yang harus dimilki oleh seorang guru efektif. Beberapa diantaranya adalah: membuka pembelajaran, keterampilan bertanya (quetioning), mereviu dan menutup pembelajaran, memusatkan perhatian siswa, memberikan umpan balik, dan mengorganisasi.

Blog sederhana tentang penelitian tindakan kelas ini angkat mencoba membahas salah satu keterampilan esensial yang harus dimilki oleh guru bila ia ingin menjadi guru yang efektif dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: keterampilan mengorganisasi.

Keterampilan Mengorganisasi Kelas dan Hubungannya dengan Pembelajaran

Banyak penelitian di dalam dunia pendidikan telah menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk mengorganisasikan pembelajaran adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Tercatat bahwa kemampuan manajerial guru berkorelasi positif pada proses maupun hasil pembelajaran.

Guru yang mempunyai kemampuan mengorganisasi pembelajaran akan menciptakan urutan yang efektif pada proses pembelajaran. Urutan yang tepat akan berimplikasi langsung pada waktu yang digunakan siswa untuk selalu berfokus dan terlibat aktif pada pembelajaran.Mengorganisasi di sini juga bukan berarti siswa akan duduk secara teratur dengan tenang sementara guru mengajar. Urutan dan organisasi pembelajaran yang baik akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Bukankah kita yakin, bahwa takkan ada siswa yang termotivasi belajar pada sebuah pembelajaran yang kacau balaudan tak beraturan?

Karakteristik Guru yang Mampu Mengorganisasi Kelas

Beberapa karakteristik guru yang mempunyai keterampilan esensial mengorganisasikan kelas dapat tampak dalam bentuk seperti di bawah ini:
1. Memulai pembelajaran tepat waktu.
2. Materi ajar, alat dan bahan, atau sumber belajar telah dipersiapkan dengan matang.
3. Kegiatan rutin terjamin pelaksanaannya, misalnya, siswa segera menulis hal-hal penting yang mereka temukan/disampaikan guru tanpa harus diminta atau disuruh.
4. Mengakhiri pembelajaran tepat waktu.

Demikian bahasan mengenai keterampilan esensial guru efektif tentang mengorganisasikan pembelajaran dari blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model pembelajaran.Semoga bermanfaat.

Friday, August 24, 2012

Model Pembelajaran Induktif :Tujuan Pembelajaran yang Dapat Dicapai

Dulu sekali, blog sederhana penelitian tindakan kelas ini telah menulis tentang model pembelajaran induktif, yaitu terkait dengan: Struktur Soasial dan Peran Guru pada Model Pembelajaran Induktif, dan Perspektif Teori tentang Model Pembelajaran Induktif. Berikut ini, kami akan mencoba memperluas pembahasan tentang model pembelajaran induktif, yaitu tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran ini. Sebagai pengingat saja, sebagaimana kita ketahui, tidak semua tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh suatu model pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu, guru harus menggunakan model pembelajaran tertentu. Begitu juga dengan model pembelajaran induktif, ada beberapa jenis tujuan pembelajaran yang dapat dicapai melalui penggunaannya dalam pembelajaran.

Model Pembelajaran Induktif dan Tujuan Pembelajaran

Model pembelajaran induktif dirancang oleh para pakar psikologi pendidikan untuk beberapa jenis tujuan pembelajaran. Tujuan pertama penggunaan model pembelajaran ini adalah membantu siswa membangun pemahaman mendalam tentang topik tertentu pada materi ajar. Yang kedua, model pembelajaran induktif dapat digunakan untuk tujuan mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran selama mereka membangun pemahaman tadi. Jadi selama mereka belajar, mereka juga melakukan aktivitas / kegiatan tertentu. Selain kedua tujuan tersebut, model pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan capaian pada tujuan: mengajarkan keterampilan tertentu, meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan membuat mereka lebih memahami lingkungan sekitar.

Sementara itu, bila kita cermati lebih jauh, pada tujuan untuk mengajarkan pemahaman tentang suatu topik pada materi ajar (atau tujuan terkait konten), maka tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dapat diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut:
model pembelajaran induktif dan tujuan pembelajaran
Jenis-jenis tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran induktif

Demikian ulasan mengenai tujuan-tujuan pembelajaran yang dapai dicapai melalui penerapan model pembelajaran induktif di blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model pembelajaran ini. Semoga bermanfaat bagi anda yang mungkin ingin/sedang mencoba menggunakan model pembelajaran ini di kelas, atau barangkali sebagai bahan bacaan saat anda melakukan penelitian tindakan kelas terkait model pembelajaran induktif. :)

Klasifikasi Model-Model Pembelajaran yang Didasarkan pada Teori Pemrosesan Informasi

Setelah libur Idul Fitri, blog sederhana http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kembali mencoba mengangkat tulisan tentang model-model pembelajaran. Kali ini yang coba dibahas adalah klasifikasi model-model pembelajaran / model pengajaran yang didasarkan pada Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing Theory).

Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing Theory)

Baik, sebelum kita mulai ada baiknya kita tahu dulu apa itu Teori Pemrosesan Informasi. Teori tentang pemrosesan informasi muncul ketika adanya kekurangpuasan terhadap Teori Behaviorisme / Teori Behavioristik (Teori Tingkah Laku). Para Bersama berkembangnya teori ini, muncul pula istilah psikologi pemrosesan informasi.ahli behaviorisme mendeskripsikan belajar sebagai "pengkondisian" atau "stimulus-respon". Contohnya, pertanyaan yang dilontarkan oleh guru merupakan "stimulus" dan suatu jawaban yang diingat oleh siswa adalah "respon". Ketidakpuasan terhadap Teori Behaviorisme muncul ketika siswa dianggap pasif secara mental, padahal pada kenyataannya mereka harus merestrukturisasi (merekonstruksi) informasi yang mereka peroleh agar dapat bertahan di memori mereka. Karena itu, para ahli psikologi ini kemudian beranggapan bahwa yang paling penting bukanlah "stimulus" dan, atau "respon" itu, melainkan justru proses yang terjadi secara mental untuk membuat informasi itu melekat di dalam sistem memori. Nah, inilah yang menjadi cikal bakal Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing Theory).

Klasifikasi Model Pembelajaran

Oke, kembali ke judul, bahwa kali ini kami akan menuliskan tentang klasifikasi model-model pembelajaran/ model pengajaran yang didasarkan pada Teori Pemrosesan Informasi. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut, sebagaima yang ditulis Eggen dan Kauchak, 1996 dalam bukunya Strategies for Teachers:
Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Pemrosesan Informasi:
1. Inductive Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Induktif), misalnya:
  • Model Pembelajaran Induktif (The Inductive Model)
  • Model Penguasaan Konsep (The Concept Attainment Model)
  • Model Pembelajaran Integratif (The Integrative Model)
2. Deductive Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Deduktif), misalnya:
  • Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Keterampilan Prosedural (Direct Instruction Procedural Skills Model)
  • Model Pengajaran Langsung bentuk Ceramah atau Diskusi (Direct Instruction Lecture Discussion Model)
klasifikasi model pembelajaran berdasarkan teori pemrosesan informasi
Teori Pemrosesan Informasi

3. Inquiry Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Inkuiri), misalnya:
  • Model Pembelajaran Inkuiri-Umum (The General Inquiry Model)
  • Model Pembelajaran Inkuiri-Suchman (The Suchman Inquiry Model)
4. Cooperative Models (Model-Model Pembelajaran Kooperatif), misalnya:
  • STAD (Student Teams Achievement Divisions)
  • Jigsaw II
Demikian klasifikasi model-model pembelajaran berbasis Teori Pemrosesan Informasi menurut Kauchak dan Eggen (1996), di mana model-model pembelajaran tersebut kesemuanya dirancang untuk membantu siswa mempelajari materi ajar sekaligus melatihkan keterampilan-keterampilan berpikir (thinking skills), khususnya keterampilan berpikir pada tingkat tinggi (higher order thinking skills), dibawah arahan dan bantuan guru.

Tuesday, August 21, 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak

Menurut Piaget, perkembangan kognitif yang terdiri dari 4 periode sebagaimana telah ditulis pada postingan sebelumnya di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini sebelumnya, dipengaruhi oleh paling tidak 4 (empat) faktor. Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut:

#1 KEMATANGAN
Kematangan perkembangan sistem saraf pusat, otak, koordinasi motorik, perubahan fisiologis dan anatomis sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif seorang anak.

#2 PENGALAMAN FISIK
Bila seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya, maka anak tersebut akan memperoleh pengalaman fisik. Pengalaman fisik ini memungkinkan anak mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mereka akan mentransfernya ke dalam bentuk suatu gagasan atau ide. Pengalaman fisik ini kemudian dapat mereka kembangkan menjadi logika matematika. Pengalaman fisik dapat berasal dari kegiatan seperti meraba, memegang, melihat, mendengar, sehingga berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca, dan berhitung.

#3 PENGALAMAN SOSIAL
Ketika anak melakukan interaksi sosial, maka mereka akan memperoleh pengalaman sosial. Interaksi sosial bisa dalam bentuk bertukar gagasan atau pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman sebaya, perintah yang diberikan orang yang lebih tua atau dewasa, membaca, atau bentuk kegiatan lainnya. Bila anak berinteraksi dengan orang lain, maka secara perlahan-lahan sifat egosentris mereka akan berkurang. Mereka akan mulai menyadari bahwa suatu gejala dapat didekati dan dimengerti dengan berbagai cara. Melalui diskusi dengan orang lain, anak akan memperoleh pengalaman mental yang bagus. Lalu, dengan pengalaman mental inilah otak mereka dapat bekerja dengan cara-cara baru untuk menyelesaikan masalah. Pengalaman sosial juga sangat dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan konsep-konsep penting seperti kejujuran, etika, moral, kerendahan hati, dsb.

#4 KESEIMBANGAN
Untuk mencapai suatu tingkatan kognitif tertinggi, maka anak memerlukan keseimbangan. Sebuah keseimbangan akan dapat mereka capai melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses yang berkaitan dengan pemerolehan informasi dari lingkungan dan menggabungkannya dengan bagan struktur konsep yang telah mereka miliki. Sedangkan proses akomodasi di sini berkaitan dengan proses pemodifikasian bagan struktur konsep untuk menerima informasi baru. Dalam prosesnya, suatu stimlus yang didapat anak dari lingkungan dapat mengganggu suatu keseimbangan, tetapi dengan suatu respon anak dapat mengembalikan keseimbangan, yaitu melalui kedua proses tersebut di atas: asimilasi dan akomodasi.

#5 ADAPTASI
Anak, sebagai hasil adaptasi dengan lingkungannya, akan secara progresif menunjukkan interaksi dengan lingkungan secara lebih rasional.

Perkembangan Kognitif (Intelektual) Anak

Tinjauan Umum

Mengenali siapa anak didik kita, dan berada pada tingkatan/ tahapan kognitif mana mereka amatlah penting. Pembelajaran yang dilaksanakan seorang guru tid k akan efektif apabila ia samasekali buta tentang karakteristik peserta didiknya. Tulisan di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kali ini mencoba mengangkat tentang karakteristik peserta didik/ anak ditinjau dari aspek perkembangan kognitifnya.

Jean Piaget adalah seorang ahli psikologi yang berasal dari Swiss. Hasil penelitiannya amat populer dan menjadi landasan teori kognitif. Pada dasarnya Piaget membagi perkembangan kognitif/ intelektual/ mental anak ke dalam empat (4) periode, yaitu: (1) tahap sensori-motor; (2) tahap pra-operasional; (3) tahap operasional konkret; dan (4) tahap operasional formal.

Tahapan perkembangan kognitif sebagaimana perkembangan fisik selalu mengikuti tahapan perkembangan yang ada. Hanya saja irama perkembangan dan kecepatannya berbeda-beda pada masing-masing anak. Interval umur yang diberikan oleh Piaget seperti tercantum pada tabel di bawah hanyalah berupa acuan umum saja. Berikut perincian dari keempat periode/ tahapan perkembangan kognitif anak tersebut:

Tabel Tahapan Perkembangan Kognitif (Intelektual) Anak


Periode Sifat-sifat Perubahan yang tampak

1. sensori-motor (0 -2 tahun)

Stimulus bound, dimana anak berinteraksi dengan stimulus dari luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian berkembang sampai dapat berimajinasi. Konsep tentang benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru. Ada usaha untuk berpikir. Gerakan tubuh merupakan aksi dari refleks, merupakan eksperimen dengan lingkungannya.

2. pra-operasional (2 – 7 tahun)

Belum sanggup melakukan operasi mental. Belum dapat membedakan antara permainan dengan kenyataan, atau belum dapat mengembangkan struktur rasional yang cukup. Masa transisi antara struktur sensori motor ke berpikir operasional. Sifat egosentris baru akan berkembang bila anak banyak berinteraksi sosial. Konsep tentang ruang dan waktu mulai bertambah. Bahasa mulai dikuasai.

3. operasional konkret (7 – 11 tahun)

Berpikir konkret, karena daya otak terbatas pada objek melalui pengamatan langsung. Dapat mengembangkan operasi mental, seperti menambah, mengurangi. Mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep. Melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. Tidak egosentris lagi. Berpikir tentang objek yang berhubungan dengan berat, warna, dan susunan. Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek. Membuat keputusan logis.

4. operasional formal (11 tahun ke atas)

Pola berpikir sistematis, meliputi proses yang komplek. Pola berpikir abstrakdengan mempergunakan logika matematika. Pengertian tentang konsep waktu dan ruang telah meningkat secara signifikan. Anak telah mengerti tentang pengertian tak terbatas, alam raya dan angkasa luar.

Sunday, August 12, 2012

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Jika anda tertarik untuk mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) di dalam kelas anda, atau barangkali sedang melakukan penelitian tindakan kelas / ptk tentang model pembelajaran kooperatif yang satu ini, maka sebaiknya anda cermati sintaks atau langkah-langkah/fase-fase model pembelajaran ini. Ada 5 (lima) sintaks /langkah/fase penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu:

Fase 1: menggorganisasikan kelompok-kelompok kooperatif dan mengidentifikasi topik

Kedua tugas yang disebut di atas urutannya dapat bervariasi, sesuai dengan situasi. Guru dapat terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kooperatif sebelum mengidentifikasi topik pembelajaran, atau sebaliknya terlebih dahulu mengidentifikasi topik, baru kemudian mengorganisasikan siswa ke kelompok-kelompok. Bergantung pada topik yang dipilih pada fase 1, maka adalah sangat penting untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun kekompakan tim (kelompok), sehingga terbentuk solidaritas dan kohesi antar anggotanya. Perlu dicatat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini merupakan sebuah model pembelajaran yang kompleks, yang berbeda sama sekali dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, di mana tingkat kooperasi antar anggota kelompok harus benar-benar baik dan efektif. Agar apa-apa yang dilakukan oleh kelompok bermanfaat dan efektif, maka setiap anggota kelompok harus produktif dan mempunyai hubungan kooperasi yang baik satu sama lain.
Fase 2: Perencanaan KelompokSelama fase perencanaan kelompok, siswa harus menentukan batasan/cakupan penyelidikan mereka, mengevaluasi sumber daya yang mereka miliki, merencanakan suatu aksi/tindakan, dan menugaskan /memberikan tanggung jawab yang berbeda kepada setiap anggota kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif yang lain, perencanaan kelompok jauh lebih mudah dibanding perencanaan kelompok pada group investigation. Bila semua anggota kelompok menyelidiki topik yang sama, tugas utama mereka pada fase ini adalah menentukan bagaimana cara membagi informasi dasar yang telah mereka miliki masing-masing. Jika anggota-anggota kelompok bertugas sendiri-sendiri untuk menyelidiki sub-sub topik, maka keputusan penting  pada fase perencanaan ini adalah bagaimana mereka seharusnya berkoordinasi, dan membagi tugas siapa yang akan bertanggungjawab terhadap informasi dasar, siapa yang mengumpulkan data, siapa yang menganalisis, siapa yang mengkombinasikan sub-sub proyek menjadi suatu keutuhan, serta siapa yang akan menulis laporan. Tugas-tugas demikian tentu amat rumit dan tidak dapat dibagi secara tegas.

Fase 3: Mengimplementasikan penyelidikan (investigasi)

Kelompok-kelompok yang telah terorganisasi dengan baik pada fase 2, dan topik yang telah diidentifikasi pada fase 1, serta telah mempunyai rencana pemecahan masalah selanjutnya siap memasuki fase 3. Pada fase ini setiap kelompok akan mengimplementasikan penyelidikan/inkuiri. Biasanya fase 3 ini memerlukan waktu lebih panjang dari fase lainnya. Setiap kelompok memerlukan banyak waktu untuk mendesain prosedur pengambilan data, mengambil data, menganalisis, dan mengevaluasi data, dan mengambil kesimpulan. Menjaga agar setiap kelompok dan anggota-anggotanya bekerja secara efektif dan produktif, dapat saja sulit dilakukan karena kadang-kadang setiap sub-proyek/proyek penyelidikan berbeda kebutuhan waktunya. Laporan-laporan kemajuan setiap kelompok terhadap sub proyek/proyek penyelidikan mereka sangat penting pada fase iniagar guru dapat mengkoordinasikan usaha-usaha setiap kelompok dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan mereka masing-masing.

Fase 4: Mengalasis hasil penyelidikan dan menyiapkan laporan

Saat siswa mengumpulkan informasi, maka informasi tersebut perlu dianalisis dan dievaluasi. Guru dapat membantu proses ini dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan secara kontinyu memfokuskan perhatian setiap kelompok pada pertanyaan atau masalah yang sedang diselidiki. Pada penyelidikan-penyelidikan yang panjang, siswa dapat saja kehilangan arah terhadap fokus pembelajaran/studi mereka. Cara lain untuk membantu siswa adalah dengan membantu mereka menganalisis hasil dengan meminta mereka agar selalu membagi penemuan-penemuan mereka terhadap anggota-anggota kelompoknya. Atau, guru dapat pula meminta siswa bereksperimen dengan berbagai cara dalam memberikan display data, bentuk diagram, dan tabel-tabel, sehingga setiap anggota dapat memahami hubungan antar data yang telah mereka kumpulkan.

Fase 5: Mempresentasikan hasil penyelidikan

Pada fase kelima ini ada dua tujuan yang harus dilakukan. Pertama adalah mendesiminasikan informasi; yang kedua mengajarkan kepada siswa bagaimana mempresentasikan informasi dengan jelas dan dengan cara yang menarik. Format fase terakhir ini dapat sangat bervariasi, misalnya: presentasi untuk seluruh kelas; presentasi untuk sebagian kelas saja; presentasi dalam bentuk poster; demonstrasi; presentasi melalui rekaman video; atau satasiun pusat belajar. Tugas siswa pada fase kelima ini amat bergantung pada jenis informasi itu sendiri, jenis audiens, dan pembuatan presentasi informasi secara menarik. Tugas-tugas pada fase kelima ini sangat berguna bagi hidup mereka kelak ketika terjun langsung ke masyarakat, dan sering tidak dipelajari pada kelas-kelas konvensional/tradisional.

Efektivitas Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation: Contoh Alat Evaluasi

Bagaimanakah bentuk instrumen untuk mengevaluasi efektivitas kelompok pada model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI / Group Investigasi)?

Masih terkait tulisan sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), kini blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com akan memberikan contoh instrumen untuk mengetahui efektivitas (keefektifan) setiap kelompok kooperatif dalam memahami materi pelajaran. Pemahaman setiap anggota kelompok  dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah salah satu aspek penting, selain evaluasi terhadap proses inkuiri setiap kelompok, dan evaluasi kerja kelompok-kelompok tersebut.

Instrumen/alat evaluasi efektivitas kelompok kooperatif ini dapat diterapkan kepada siswa sebagai bentuk penilaian mandiri (self assessment), dapat pula dilakukan langsung oleh guru. Jika dijadikan sebagai alat evaluasi mandiri, maka yang guru harus lakukan adalah memberikan format tersebutkepada setiap siswa (anggota kelompok). Berikut adalah contoh instrumen / alat evaluasi untuk mengecek pemahaman terhadap efektivitas kelompok yang kami maksudkan dalam bentuk skala rating.

Download Contoh Instrumen

Download Skala Rating untuk Mengevaluasi/Mengecek Efektivitas Kelompok Kooperatif pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI).

Semoga instrumen evaluasi keefektifan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation di atas dapat bermanfaat bagi anda yang sedang menggunakan model pembelajaran tersebut di kelas, atau bagi anda yang barangkali sedang melakukan penelitian tindakan kelas (ptk) terkait model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

instrumen pengelolaan model pembelajaran kooperatif
Contoh instrumen dalam bentuk skala penilaian (skala rating) untuk efektivitas kelompok kooperatif

Barangkali anda juga membutuhkan:

Thursday, August 9, 2012

Cara Mengevaluasi Proses Inkuiri Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com kali ini kembali mencoba memberikan contoh alat evaluasi. Kali ini yang dicoba untuk ditampilkan adalah cara mengevaluasi proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa saat mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe group-investigation (GI / Kelompok-Investigasi).

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi dan Proses Inkuiri

Sebagaimana para guru mungkin sudah ketahui, salah satu bagian penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah adanya kegiatan / proses inkuri oleh kelompok-kelompok kooperatif siswa.

Salah satu tujuan dalam pembelajaran kooperatif group investigation adalah: siswa belajar bagaimana proses inkuiri, sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuwan itu dilakukan. Dalam hal ini tentu meliputi (1) tujuan inkuiri itu sendiri, (2) bagaimana proses inkuiri itu mereka lakukan; dan (3) produk dari inkuiri. Siswa-siswa dalam kegiatan ber-inkuiri ini seharusnya diajak merefleksi proses yang telah mereka lakukan, dan mengevaluasi kinerja mereka dalam ber-inkuiri.

model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi

Evaluasi dapat dilakukan melalui bentuk skala rating atau daftar ceklis. Melalui format evaluasi ini mereka diharapkan dapat melakukan evaluasi diri (evaluasi mandiri) saat diajak berpikir reflektif tentang  kegiatan inkuiri yang telah mereka lakukan. Penggunaan skala rating atau ceklis berupa evaluasi diri /evaluasi mandiri ini sangat bagus juga untuk meningkatkan kemampuan siswa berpikir analitis. Selain, tentu dapat menstimulasi terjadinya diskusi antar anggota-anggota kelompok kooperatif berdasarkan rambu-rambu dari skala rating / daftar ceklis tersebut.

Download Instrumen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI


Contoh skala rating evaluasi proses inkuri (evaluasi diri) siswa dalam melakukan inkuiri dapat di download melalui link berikut:
Skala Rating Evaluasi Kegiatan Inkuiri Siswa pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group-Investigation.

Contoh daftar ceklis untuk evaluasi proses inkuiri (evaluasi diri) siswa dalam melakukan inkuiri dapat di download melalui link berikut:
Daftar Ceklis Evaluasi Kegiatan Inkuiri Siswa pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group-Investigation.

Semoga tulisan kali ini bermanfaat buat anda yang sedang atau akan melakukan penelitian tindakan kelas (ptk) tentang model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Salam ptk. :)

Cara Menyusun Lembar Observasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Lembar Observasi PTK Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Beberapa waktu di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini telah diuraikan cara mudah membuat sebuah lembar observasi. Berikut ini kami kembali akan menulis topik yang sama, hanya saja kali ini lembar observasi yang dibuat adalah lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada pembelajaran dengan penemuan terbimbing.

Sintaks Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Seperti contoh yang lalu, sebelumnya kita harus memiliki informasi tentang hal-hal apa yang harus dilakukan oleh guru selama melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing. Berikut beberapa informasi yang mungkin dapat kita peroleh dari berbagai literatur menegenai sintaks pembelajaran penemuan terbimbing:

Tahap 1. Pendahuluan (Orientasi siswa pada masalah).

Pada tahap ini guru memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menggali pengetahuan awal siswa (melakukan apersepsi).

Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Pada tahap kedua ini guru harus mengajukan suatu permasalahan, dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan penyelidikan/pengamatan atau diskusi.

Tahap 3. Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau kelompok bersama.

Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan diskusi untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Tahap 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kegiatan.

Di tahapan yang keempat pada sintaks pembelajaran penemuan terbimbing ini guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan/pengamatan dan diskusi mereka hingga merumuskan simpulan.

Tahap 5. Penutup (Mengevaluasi kegiatan penyelidikan/pengamatan dan membuat rangkuman).

Pada tahap kelima ini guru mengevaluasi kegiatan penyelidikan/pengamatan, membimbing siswa membuat rangkuman dan memberikan tugas mandiri.

Lembar Observasi


Nah, dari kajian  tentang sintaks pembelajaran dengan penemuan terbimbing itu kita dapat membuat Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing, caranya dengan menjadikan langkah-langkah tersebut, beserta sub-sub langkah menjadi aspek-aspek yang diamati/diobservasi. Hasil akhirnya..... Lembar  Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing akan menjadi seperti gambar ini.
Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)


Untuk lebih jelasnya, anda dapat mendownload Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing ini dengan mengklik link yang disediakan. Selain itu kami tambahkan pula Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat bagi anda yang sedang melakukan penelitian tindakan kelas (ptk) tentang pembelajaran penemuan terbimbing.



Mungkin anda juga membutuhkan:

Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif
Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa 
Lembar Observasi keterampilan Bertanya Guru 
Cara Membuiat Angket Penelitian 
Contoh Lembar Observasi Frekuensi, Penyebaran, dan Kualitas pertanyaan Siswa

Monday, August 6, 2012

Keterlibatan Siswa dalam PBM

3 Jenis Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (PBM)

Sebagaimana telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini beberapa waktu yang lalu tentang kondisi dan asas tentang belajar, bahwa keterlibatan siswa dalam belajar adalah salah satu aspek penting dalam proses belajar mereka. Karenanya, guru perlu merancang pada tingkatan mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Pada dasarnya, ada 3 (tiga) jenis keterlibatan siswa dalam suatu proses pembelajaran, yaitu:

Interaksi aktif siswa dengan guru

Pada jenis interaksi ini, guru dapat menyiapkan pertanyaan yang akan digunakan di berbagai kesempatan selama penyajian lisan;  guru mendorong dan mengarahkan siswa untuk menjawab dan berdiskusi dengan seluruh anggota kelas. Guru menentukan kapan menghentikan sementara penyajian visual (sering pada akhir sebuah bagian, atau akhir dari informasi yang disajikan tentang suatu konsep), lalu mengajukan pertanyaan untuk mengukur pemahaman dan mendorong terjadinya diskusi.

Kerja di tempat

Pada jenis keikutsertaan ini, guru mendorong siswa untuk mencatat sehingga mereka akan menangkap butir-butir penting dalam penyajian guru. Dapat pula guru menyediakan lembaran-lembaran berisi hal-hal penting untuk acuan yang dapat langsung mereka pakai. Guru dapat pula memberikan lembaran kerja mengenai pokok bahasan yang sedang disajikan, lalu siswa diminta mengisi suatu isian berupa garis besar tentang bahan ajar itu. Bentuknya dapat berupa menyelesaikan diagram, menuliskan jawaban berbagai pertanyaan, memecahkan masalah, dan menerapkan bahan ajar dan konsep selama penyajian berlangsung. Siswa dapat pula diminta mengerjakan latihan atau ujian kecil yang dapat diperiksa sendiri oleh siswa yang mencakup bahan yang disajikan.

Kegiatan berpikir lain

Pada jenis tingkatan ini guru dapat mendorong siswa berpikir bersamanya dengan membantu menjawab pertanyaan retorik atau pertanyaan langsung dan memecahkan masalah yang diajukan oleh guru atau siswa lain. Siswa juga dapat diminta oleh guru untuk merumuskan pertanyaan mereka sendiri yang berhubungan dengan bahan yang sedang disajikan yang akan digunakan saat bekerja bersama kelompoknya nanti.

Kondisi dan Asas tentang Belajar

Kondisi dan Asas Belajar

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya suatu proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan terjadi apabila seseorang setelahnya mengetahui atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakukannya. Jadi hasil belajar  akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berpikir atau tingkat kemampuan jasmaniah.

Tujuan suatu proses perancangan pembelajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, maka guru harus menyadari dan memanfaatkan kondisi-kondisi dan asa-asas yang  telah terbukti mendukung terjadinya proses belajar tersebut dengan baik. Setiap teori belajar (misalnya teori kognitif dan behaviorisme (tingkah laku)) didasarkan pada sejumlah bukti yang telah dikumpulkan berdasarkan banyak hasil pengamatan dan eksperimen. Ada beberapa kesamaan, dan ada pula perbedaan di antara kedua teori besar tersebut sebagaimana telah kami tulis sebelumnya di blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini (Perbedaan berbagai Teori Belajar). Nah, berikut ini kami sajikan beberapa kondisi dan asas belajar yang penting menurut kedua teori belajar tersebut, terkait proses perancangan pembelajaran.

Persiapan sebelum belajar

Sebelum mengikuti suatu pelajaran, siswa-siswa seharusnya telah menguasai pengetahuan prasyarat. Kalau pengetahuan prasyarat belum dikuasai dengan baik, seringkali belajar menjadi tidak bermakna sama sekali. Mereka hanya belajar dengan menghafal saja tanpa terjadi perubahan tingkah laku apapun. Dan dijamin, dalam waktu singkat, apa yang baru saja dibelajar kepada mereka akan hilang dari memori.

Tujuan Pembelajaran

Besar kemungkinan proses belajar akan berhasil dengan baik apabila tujuan pembelajaran dinyatakan dengan jelas pada awal pembelajaran atau pokok bahasan. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dan mengingatnya dalam jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar ditulis secara cermat dan tersusun secara bersistem.

Susunan bahan ajar

Proses pembelajaran pada siswa dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari oleh mereka tersusun dalam urutan yang bermakna. Kemudian, bahan pembelajaran itu harus disajikan kepada siswa dalam beberapa bagian. Banyak sedikitnya tergantung pada urutan, kerumitan, dan tingkat kesulitannya. Susunan bahan ajar yang baik dapat membantu siswa menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau tata cara/proses melakukan sesuatu secara pribadi dan mandiri.

Perbedaan antar individu

Harus diingat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik. Mereka belajar dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pengajaran kelompok dapat menguntungkan untuk tujuan-tujuan pembelajaran tertentu dan lebih disuaki oleh beberapa siswa. Tetapi adakalanya, siswa belajar dengan lebih baik bila mereka diberikan kebebasan menggunakan cara-cara atau metode yang dapat memuaskan jiwa mereka, menggunakan bahan yang sesuai, menurut kecepatan masing-masing.

Motivasi belajar

Proses pembelajaran pada diri seseorang hanya akan terjadi jika ada kemauan dari si pebelajar. Kemauan dan keinginan untuk belajar mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan sedemikian akan muncul apabila (a) pengajaran dipersiapkan  dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik oleh siswa; (b) tersedia berbagai pengalaman belajar; (c) siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan dapat digunakan/bermanfaat sesegera mungkin; (d) adanya pengakuan terhadap keberhasilan belajar.

Sumber belajar

Jika beragam sumber belajar yang tersedia dipilih dan dipilah dengan bijak maka dapat diasumsikan proses pembelajaran pada siswa akan berhasil dengan baik.

Keikutsertaan dalam kegiatan belajar

Supaya proses pembelajaran berlangsung, maka setiap siswa harus dapat memaknai informasi yang diberikan, bukan sekedar disuapi saja. Mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif akan meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Baca: Kelebihan Pembelajaran Aktif (Active Learning).

Balikan saat belajar

Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan cara memberikan balikan. Balikan (feed back) dapat diberikan kepada siswa dengan secara berkala memberitahukan seberapa jauh kemajuan mereka dalam belajar. Balikan akan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah.

Penguatan saat pembelajaran

Dengan memperoleh balikan (feed back) sebagaimana disebutkan di atas, tentang jawaban dan tindakan yang dipandang berhasil, siswa akan terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan rasa percaya diri. Penguatan positif yang diberikan cenderung akan menyebabkan siswa mengulang kembali perilaku belajarnya yang positif.

Latihan dan Pengulangan

Supaya fakta dan keterampilan, atau konsep yang telah dipelajari menjadi bagian yang kuat pada diri siswa, maka perlu adanya latihan dan pengulangan. Pengulangan dan latihan  akan membantu guru menjamin bahwa pengetahuan atau perilaku yang telah diperoleh dari proses belajar akan melekat pada diri mereka.

Urutan kegiatan belajar

Tugas atau tatacara yang rumpil dapat dipelajari dengan lebih efektif apabila peragaan dan latihan diberikan secara terpadu. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tata cara tersebut.

Penerapan hasil belajar

Hasil penting dari kegiatan belajar adalah kemampuan menerapkan hasil belajar tersebut pada situasi baru. Apabila siswa tidak dapat melakukan hal ini, berarti mereka belum belajar dengan baik. Guru sebaiknya memberikan kesempatan khusus kepada siswa untuk menerapkan hasil pembelajarannya.

Sikap guru saat pembelajaran

Sikap positif yang diperlihatkan oleh guru baik pada materi pelajaran, siswa, metode yang digunakan, akan mempengaruhi motivasi siswa secara langsung.

Sunday, August 5, 2012

Memperbaiki Suasana Pembelajaran Melalui Masukan Siswa

Perbaiki Suasana Pembelajaran Anda

Pernahkah anda berpikir untuk membuat suasana kelas pada pembelajaran yang anda ampu menjadi lebih nyaman bagi siswa? Jika itu memang pernah terlintas di benak anda, ada baiknya anda melakukannya. Mulailah sekarang, misalnya dengan terlebih dahulu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat membuat suasana kelas menjadi lebih baik. Caranya, dapat dengan meminta masukan dari siswa. Anda dapat meminta masukan tentang hal-hal apa yang mereka suka saat berada pada pembelajaran anda, penggunaan waktu, atau cara-cara anda memberikan tugas atau pertanyaan terkait pembelajaran.

Instrumen untuk Meminta Saran Siswa

Meminta masukan dari siswa dengan mudah dan sederhana dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan instrumen seperti berikut:
Nama : ............................(boleh tidak diisi)
Kelas : .............................
Petunjuk: Isilah titik-titik berikut sesuai dengan pendapat/perasaan/kesan kamu masing-masing terhadap suasana pembelajaran yang telah dilaksanakan pada mata pelajaran.................................. selama ini.

  • Saya suka mengikuti pelajaran ini karena............................................................................ 
  • Saya akan lebih menyukai pelajaran ini jika saja.......................................................................... 
  • Selama pelajaran ini, saya ingin waktu digunakan lebih............................................................. 
  • Pada pelajaran ini, saya paling suka ketika guru.............................................................................
  • Hal yang mengasyikkan pada pelajaran ini adalah.................................................................... 
  • Saya merasa diistemewakan ketika guru............................................................ 
  • Saya bangga pada pelajaran ketika.............................................................................. 
  • Saya ingin kami semua pada pelajaran ini meningkatkan............................................................ 
  • Bila saya mengikuti pelajaran ini,biasanya saya merasa...........................................................
  • Ketika jam pelajaran ini berakhir, biasanya saya merasa..........................................................
  • Saya merasa bosan pada pelajaran ini saat guru........................................................................... 
  • Saya merasa guru bersikap tidak adil pada pelajaran ini saat.....................................................
  • Kegiatan yang paling saya sukai pada pelajaran ini adalah pada saat............................................ 
  • Peristiwa terlucu yang pernah terjadi di kelas ini adalah ketika.................................................
  • Saya merasa tertantang mengerjakan tugas apabila..................................................................... 
  • Saya paling tidak suka jika ada siswa lain yang........................................................ 
  • Saya mungkin akan mendapat nilai lebih baik bila pada pelajaran ini.............................................. 
  • Pada pelajaran ini saya ingin meraih............................................... 
  • Saya yakin guru pada pelajaran ini menginginkan kami....................................................... 
  • Menurut saya, guru paling suka jika saya.................................................. 
  • Saya menjadi kehilangan semangat pada pelajaran ini bilamana.................................................... 
  • Satu hal yang paling ingin saya lihat diubah pada pelajaran ini adalah..............................................

Friday, August 3, 2012

Guru-Guru dari MGMP IPA SMP Kabupaten Hulu Sungai Utara Menulis PTK

Menulis PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Sudah lebih seminggu ini guru-guru IPA SMP di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang tergabung dalam MGMP IPA SMP Kab. Hulu Sungai Utara berhadir setiap hari di SMPN 4 Amuntai yang merupakan sekolah inti MGMP. Mereka berkumpul dari tanggal 26 Juli hingga hari ini 4 Agustus 2012, untuk mengikuti kegiatan MGMP yang pendanaannya bersumber dari bantuan dana pengembangan karir PTK Dikdas untuk MGMP SMP tahun 2012.

Dana yang berjumlah Rp. 28.000.000,- (dua puluh delapan juta rupiah)  tersebut dialokasikan untuk berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta MGMP tentang pengembangan karir PTK, publikasi ilmiah, penyusunan proposal karya tulis, pembuatan instrumen penelitian, pengolahan dan penganalisisan data penelitian, hingga pembuatan laporan hasil penelitian dan artikel jurnal.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 orang guru anggota MGMP IPA tingkat SMP se Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kegiatan dilakukan dalam dua tahap dan seluruhnya berbentuk workshop, di mana peserta bekerja secara individual untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut dengan didampingi oleh 2 orang guru inti MGMP, yaitu Maulida Hayati, M.Pd. dan H. Suhadi, M.Pd.

Pada tahap pertama yang dilaksanakan sebagai 8 kali pertemuan, diharapkan peserta mampu membuat sebuah proposal PTK (atau jenis penelitian lainnya dibidang pembelajaran IPA) lengkap dengan instrumen penelitian. Sebelumnya mereka telah dibekali dengan pemahaman tentang pengembangan karir PTK (pendidik dan tenaga kependidikan) yang disajikan oleh pengawas rumpun mata pelajaran IPA Kab. Hulu Sungai Utara, Bapak H. Misran BK, S.Sos, M.Pd.
menulis proposal ptk
Suasana kegiatan menulis ptk 1
Tahap kedua yang berakhir pada hari ini (4 Agustus 2012), telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan dimana guru-guru IPA telah selesai membuat proposal penelitian (kebanyakan berupa penelitian tindakan kelas) lengkap dengan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), dan instrumen penggali data berupa alat evaluasi (tes) dan lembar observasi.
menulis proposal ptk 2
Suasana kegiatan menulis ptk 2
Para peserta MGMP ini nantinya diharapkan setelah rehat dari kegiatan MGMP tahap I dan masuk kembali ke sekolah setelah libur Idul Fitri nanti sudah siap melaksanakan penelitian di sekolah masing-masing dan mengambil data yang dibutuhkan. Direncanakan mereka akan kembali mengikuti kegiatan MGMP pada bulan September untuk mengolah data, menggarap laporan penelitian, dan menulis artikel jurnal.

Proposal PTK IPA SMP : Strategi Memory Cycle

Contoh Proposal PTK SMP

Setelah beberapa waktu yang lalu blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com  ini menerbitkan sebuah contoh proposal penelitian tindakan kelas (proposal ptk ) IPA SMP tentang model pembelajaran 5E maka kali ini kembali menerbitkan sebuah contoh proposal ptk tentang strategi memory cycle.

Sebelum anda mendownload contoh proposal ptk tersebut, ada baiknya anda terlebih dahulu mengenal apa itu strategi memory cycle. Sebenarnya strategi memory cycle masih tergolong ke dalam model pembelajaran siklus belajara sebagaimana model pembelajaran 5E terdahulu. Hanya saja langkah-langkah pembelajaran agak sedikit berbeda. Jika 5E mempunyai 5 langkah, maka strategi memory cycle ini terdiri dari 7 langkah.

Sintaks Strategi Pembelajaran Memory Cycle

Sprenger (2005:8) menyatakan bahwa tujuh langkah strategi memory cycle didasarkan pada ilmu neurosains (teori pemrosesan informasi). Tujuh langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam strategi memory cycle untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat menyimpan pengetahuannya dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan dapat digunakan untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher-level-thinking) adalah: (1) reach; (2) reflect; (3) recode; (4) reinforce; (5) rehearse; (6) review; dan (7) retrieve seperti terlihat pada diagram berikut.
Langkah-langkah memory cycle
Langkah-langkah memory cycle




Secara garis besar, penjelasan tentang ketujuh langkah dalam strategi memory cycle adalah sebagai berikut:

a.    Reach (meraih) 

adalah langkah pertama, dimana setelah mengikuti langkah ini diharapkan peserta didik akan menjadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi langkah ini adalah perhatian, motivasi, dan emosi. Advanced organizer adalah salah satu alat terbaik yang dapat digunakan oleh guru sehingga dapat memperoleh perhatian, membangkitkan motivasi, dan melibatkan emosi peserta didik (Sprenger, 2005: 13-37).

b.    Reflect (merefleksi) 

adalah langkah kedua. Kunci dari tahap reflect adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat hubungan antara materi baru yang akan dipelajari dengan materi lama yang telah dimilikinya (Sprenger, 2005: 38).

c.    Recode (mengkode ulang) 

adalah suatu langkah yang bertujuan untuk memberikan cara-cara kepada peserta didik untuk mengorganisasikan informasi yang baru diperoleh di dalam pemikirannya sehingga mereka dapat menjadikan informasi tersebut sebagai milik mereka sendiri. Recode adalah kemampuan menangkap informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya dalam bahasa peserta didik sendiri, dan dapat dalam bentuk gambar, simbol, gerakan badan, tertulis, atau secara lisan (Sprenger, 2005: 62).

d.    Reinforce (menguatkan) 

adalah suatu langkah di mana guru dapat menemukan apakah persepsi yang diperoleh peserta didik sudah sesuai dengan harapan guru. Melalui umpan balik, konsep-konsep yang diperoleh peserta didik dapat disempurnakan. Langkah ini memberikan kemungkinan kepada guru untuk memperbaiki miskonsepsi yang mungkin terbentuk sebelum tersimpan dalam sistem memori jangka panjang dengan cara mengajarkan ulang materi terkait miskonsepsi tersebut (Sprenger, 2005:81).

e.    Rehearse (melatih kembali) 

adalah kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan elaborasi sehingga informasi yang mereka peroleh dapat disimpan sebagai konsep dalam sistem memori jangka panjang. Cara-cara yang dapat digunakan dalam langkah ini adalah melalui berpikir tingkat tinggi seperti mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan sebagainya (Sprenger, 2005:100-122).

f.    Review (meninjau ulang)

Pada langkah ini diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan informasi yang telah mereka simpan dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) untuk digunakan dalam sistem memori kerja (working memory), dan produk manipulasinya dapat disimpan kembali ke sistem memori jangka panjang. Pada langkah ini guru dapat mengecek ketepatan informasi yang telah tersimpan, mencocokkan review dengan penilaian yang akan dilakukan, setelah diberikan kesempatan kepada peserta didik pada tahap rehearse (tahapan ke-5), untuk dapat menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher level thinking skills) seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis (Sprenger, 2005:129).

g.    Retrieve (mendapatkan kembali) 

adalah langkah ketujuh (terakhir). Langkah retrieve sebenarnya adalah sebuah langkah yang bersifat universal (semua orang melakukannya), yaitu suatu kemampuan untuk mengeluarkan memori yang telah peserta didik simpan. Berbagai tipe assessmen (penilaian) dapat digunakan pada langkah ini sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan kembali informasi yang telah mereka miliki dari langkah-langkah sebelumnya (Sprenger, 2005:141).

Link Download Proposal PTK


Silakan download PROPOSAL PTK ini di ziddu melalui link berikut:http://www.ziddu.com/download/20046982/proposalptkipasmp-suhadi.pdf.html


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...