Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Beberapa waktu yang lalu kita pernah mengulas tentang Model Pembelajaran Kooperatif secara umum. Kali ini artikel di blog penelitian tindakan kelas agak lebih spesifik, yaitu tentang cara melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan kepuasan pengalaman belajar. Teknik jigsaw pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Elliot Aronson dan mahasiswa-mahasiswanya di University of Texas dan University of California. Sejak saat itu, ratusan sekolah telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan sukses.
Strategi jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih dari tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil pendidikan secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang peran penting untuk penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena semua siswa memiliki peran penting inilah yang membuat strategi model pembelajaran kooperatif ini menjadi sangat efektif.
Contoh Pelaksanakan Strategi Jigsaw
Para siswa di kelas sejarah, misalnya, dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 6 siswa. Misalkan tugas mereka adalah untuk belajar tentang Perang Dunia II. Dalam satu kelompok jigsaw, Maisarah bertanggung jawab untuk meneliti bagaimana Hitler bisa naik ke tampuk kekuasaan di masa sebelum perang Jerman pecah. Anggota lain dari kelompok, misalnya Sanusi, ditugaskan untuk mempelajari bagaimana keadaan tentang kamp-kamp konsentrasi, Faisal diberikan tugas meneliti peran Inggris dalam perang, Melisa bertugas mencermati bagaimana kontribusi Uni Soviet, Tata akan berusaha memahami bagaimana masuknya Jepang ke dalam perang, serta Cintia akan membaca bahan tentang bagaimana bom atom dikembangkan sebagai senjata.Struktur Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw |
Situasi yang dibuat terstruktur secara khusus, sedemikian rupa seperti di atas membuat satu-satunya akses setiap anggota terhadap seluruh informasi adalah harus mendengarkan dengan cermat laporan setiap orang di dalam kelompoknya. Dengan demikian, Semua orang saling membutuhkan dan saling merasa bertanggung jawab untuk kesuksesan dirinya dan teman sekelompoknya.
Apa Manfaat Penggunaan Strategi Jigsaw?
Pertama dan terpenting, jigsaw adalah cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang tergantung pada orang lain. Tidak ada siswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja dengan baik bersama-sama sebagai sebuah tim. Jigsaw adalah bentuk kerjasama yang didesain untuk memfasilitasi interaksi antar semua siswa di kelas, membimbing mereka untuk menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka.Baca juga: Langkah-langkah Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Tim Ahli).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mempunyai beberapa kelebihan antara lain : (1) memudahkan siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan; (3) dapat diimplementasikan bersama strategi pengajaran lainnya; (4) merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang sangat efektif, bahkan jika hanya digunakan satu jam pelajaran per hari.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang Baik Sulit Direalisasikan Di Kelas?
Jawabannya bisa ya atau tidak. Akan menyesatkan untuk menyatakan bahwa sesi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selalu berjalan lancar. Kadang-kadang, seorang siswa yang mendominasi akan berbicara terlalu banyak atau mencoba untuk mengendalikan kelompok. Lalu bagaimana cara guru agar dapat mencegah hal ini agar tidak terjadi? Beberapa siswa yang tidak lancar membaca atau pemikir lambat akan mengalami kesulitan membuat laporan yang baik untuk kelompok mereka. Bagaimana guru dapat membantu siswa yang tidak lancar membaca dan pemikir lamban inii? Di sisi lain, beberapa siswa sangat berbakat sehingga mereka bisa bosan bekerja dengan siswa lambat. Apakah teknik jigsaw efektif dengan siswa-siswa berbakat yang dapat bosan dengan siswa yang lamban? Dalam beberapa kasus, siswa mungkin tidak memiliki pengalaman mengikuti pembelajaran kooperatif dengan strategi jigsaw ini sebelumnya. Akankah strategi jigsaw dapat berfungsi pada siswa yang lebih tua yang telah terlatih untuk bersaing satu sama lain? Berikut pembahasannya.Permasalahan dengan Siswa yang Suka Mendominasi
Banyak guruyang berpengalaman menggunakan strategi jigsaw dalam pembelajaran kooperatif mereka merasa bahwa dengan menunjuk salah satu siswa yang suka mendominasi diskusi untuk menjadi pemimpin diskusi di setiap sesi secara bergiliran sangat membantu masalah menyelesaikan ini. Tugas pemimpin adalah untuk memanggil siswa secara adil dan mencoba untuk menyebarkan partisipasi setiap orang merata. Selain itu, siswa yang suka mendominasi ini akan dengan cepat menyadari bahwa kelompok akan berjalan lebih efektif jika setiap siswa diperbolehkan untuk mempresentasikan tugasnya atau bahan sebelum ada pertanyaan dan komentar. Dengan demikian, kepentingan diri kelompok akhirnya mengurangi masalah dominasi.Permasalahan dengan Siswa Lamban
Guru harus memastikan bahwa siswa dengan kemampuan belajar lamban tidak menyampaikan laporan lebih rendah daripada anggota kelompok jigsawnya yang lain. Jika ini terjadi, strategi jigsaw mungkin akan menjadi bumerang. Untuk mengatasi masalah ini, teknik jigsaw bergantung pada kelompok "ahli". Sebelum menyajikan laporan kepada kelompok jigsaw mereka, setiap siswa memasuki sebuah kelompok ahli yang terdiri dari siswa lain yang telah menyiapkan laporan tentang topik yang sama. Dalam kelompok ahli, siswa memiliki kesempatan untuk membahas laporan mereka dan memodifikasi dengan didasarkan pada saran dari anggota lain dari kelompok ahli mereka. Sistem ini bekerja sangat baik. Pada tahap awal, guru dapat memantau kelompok ahli dengan hati-hati, untuk memastikan bahwa setiap siswa nantinya akan dapat memberikan laporan yang akurat untuk dipresentasikan kepada kelompok jigsaw-nya. Kebanyakan guru menemukan bahwa setelah kelompok ahli mendapatkan pemahaman yang baik tentang materi pelajaran yang menjadi tugasnya, pemantauan yang hati-hati dan ketat tidak lagi diperlukan.Permasalahan dengan Siswa Berbakat yang Menjadi Bosan
Terlepas dari teknik pembelajaran apapun yang digunakan guru , kebosanan bisa menjadi masalah serius di setiap kelas. Penelitian menunjukkan, bahwa tingkat kebosanan dalam ruang kelas yang mengaplikasikan strategi jigsaw lebih rendah daripada di kelas tradisional. Anak-anak di kelas jigsaw lebih menyukai sekolah, dan hal ini berlaku baik bagi siswa berprestasi serta siswa yang lamban. Jika siswa berprestasi didorong untuk mengembangkan pola pikir "sebagi guru bagi kawannya," maka pengalaman belajar yang membosankan dapat menjadi sebuah tantangan yang menarik.Permasalahan Dengan Siswa Yang Telah Terbiasa Bersaing
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki pengaruh yang sangat bagus bila diperkenalkan di sekolah dasar. Tapi bagaimana jika jigsaw belumpernah diikuti siswa saat berada di sekolah dasar dan telah terbiasa bersaing? Memang bila demikian, usaha guru menjadi lebih sulit untuk memperkenalkan pembelajaran kooperatif. Tidak mudah mengubah kebiasaan lama mereka yang sering bersaing atau dihadapkan pada persaingan. Tapi hal ini bukan berarti tidakdapat dirubah. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa meskipun secara umum membutuhkan waktu sedikit lebih lama, siswa sekolah menengah yang terbiasa bersaing dapat berpartisipasi dalam jigsaw dan menampilkan kemampuan luar biasa untuk mendapatkan keuntungan dari struktur kooperatif.Kesimpulan
Beberapa guru mungkin merasa bahwa mereka telah mencoba pendekatan pembelajaran kooperatif karena mereka kadang-kadang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil, memerintahkan mereka untuk bekerja sama. Namun pembelajaran kooperatif membutuhkan lebih dari anak-anak yang sedang duduk mengelilingi sebuah meja dan mengatakan kepada mereka untuk berbagi, bekerja sama, dan bersikap baik satu sama lain. Situasi yang loggar dan tidak terstruktur dalam pembelajaran berkelompok bukanlah pembelajaran koperatif. Sebuah pembelajaran kooperatif memerlukan unsur-unsur penting yang dapat menjamin strategi seperti jigsaw dan lainnya pada model pembelajaran kooperatif dapat terstruktur dan berfungsi dengan baik.Referensi:
www.jigsaw.orghttp://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-cooperative-learning-30599.html
No comments:
Post a Comment