Friday, April 27, 2012

Laporan Penelitian Pre Test - Post Test Design: Bimbingan Konseling

Penerapan Konseling Trait And Factor  Pada Siswa Yang Mengalami Kesulitan Memilih Program Penjurusan Bahasa


Oleh:
Desta Putu Wikarta ( Alumni prodi BK Unesa)
Mochamad Nursalim  ( Staf pengajar prodi BK Unesa)

Sumber Jurnal:

Jurnal Psikologi dan Bimbingan
Universitas Negeri Surabaya
Volume 10 Nomor 1 Juli 2009
http://ppb.jurnal.unesa.ac.id

Abstrak : 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa sebelum dan sesudah penerapan konseling Trait and Factor siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan pre-test post-test one group design. Metode pengumpul data yang digunakan adalah angket, obsevasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 5 siswa yang mengalami kesulitan memilih program penjurusan bahasa dari siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan. Berdasarkan teknik analisis data yang di pakai adalah uji tanda dengan N=5 dan X=0 diperoleh ρ=0,031 harga ini lebih kecil daripada α = 0,05. dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan antara sebelum dan sesudah penerapan konseling Trait and Factor” dapat diterima.

Kata kunci : Konseling Trait and Factor, kesulitan memilih program penjurusan bahasa

Pendahuluan

Super (dalam Suharlinah, 2006) menguraikan, anak mulai mengembangkan bakat dan minatnya terhadap satu atau beberapa bidang, walaupun masih bersifat eksploratif (mencari-cari/mencoba-coba). Sejalan dengan teori super ini maka perkembangan karir dapat disamakan dengan proses perkembangan konsep diri. Apabila konsep diri berubah maka akan terjadi perubahan pula dalam memilih karir.

Banyak orang berpandangan, pilihlah jurusan yang gampang (gampang masuk dan gampang lulus), supaya gampang dapat pekerjaan dan regardless sesuai minat atau tidak. Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Untuk memilih jurusan, siswa perlu memperhitungakan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat, kepribadian, dan lain-lain. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak di masa mendatang.

Berdasarkan hasil studi awal di SMA Negeri 2 Lamongan didapati siswa yang mengalami kebingunan untuk memilih jurusan yang ingin diminati, khususnya jurusan bahasa. Para siswa kelas X cenderung pesimis jika melihat jumlah kakak kelas yang ada di kelas XI Bahasa dengan jumlah siswa yang sedikit. Sebenarnya siswa ingin masuk ke jurusan Bahasa, hanya saja melihat kapasitas siswa yang masuk di kelas XI tahun ini sangat sedikit sehingga enggan memilih jurusan bahasa nantinya. Ada terdapat 5 siswa dalam satu kelas berkeinginan masuk jurusan Bahasa. Itupun belum semua siswa kelas X-6 yang di data berminat memilih jurusan IPA, IPS ataupun Bahasa.

Pandangan orang tentang jurusan bahasa, bahwa siswa yang terjaring ke dalam Jurusan Bahasa tidak lebih dari siswa "buangan" yang tidak tertampung pada jurusan favorit IPA atau IPS. Siswa yang berminat untuk masuk jurusan bahasa dengan yang tidak berminat terhadap jurusan bahasa ternyata tidak lebih baik dari yang tidak berminat masuk ke jurusan bahasa

Padahal, dengan mendalami bahasa, mempelajari berbagai ilmu pengetahuan semakin mudah disamping memperkaya wawasan, pengalaman dan pergaulan. Sementara itu, agar bisa menguasai bahasa asing tertentu, terutama yang menjadi materi pelajaran di sekolah, para siswa banyak yang memilih kursus atau pelajaran tambahan secara informal setelah jam pelajaran sekolah usai. Bursa kerja sekarang........

Baca makalah ini selengkapnya sebagaimana aslinya di sini.

Laporan PTK: Metode Active Learning di MI


Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Active Learning Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas 2/B MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009-2010


Oleh:
Sukamto
MI Nurul Huda, Kapongan Situbondo

Sumber Jurnal:

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 99 - 110. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam (JPTK-PAI) diterbitkan oleh Laboratorium Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya bekerjasama dengan Madrasah Development Center (MDC) Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur, dan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI) Jawa Timur.

Abstrak:

Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya dalam menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas. Pada PTK ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang,”Upaya Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui metode active learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas 2/B MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009-2010. Rumusan masalah pada PTK ini, adalah “bagaimanakah upaya peningkatan Hasil Belajar siswa melalui metode active learning pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas 2/B MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009-2010?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan metode active learning di MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo. Metode yang digunakan adalah observasi, interview dan dokumentasi. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencaan/rencana awal, tindakan, observasi, refleksi dan tindakan ulang. Subyek dari penelitian adalah seluruh siswa kelas IIb MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo dengan jumlah 50 anak dalam mata pelajaran Akidah Akhlak pokok bahasan adab meludah. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus II yaitu siklus I daya serap 78 % dan siklus II daya serap 92 %. Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak di kelas IIb di MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo hendaknya dilakukan sesuai dengan perilaku akhlak sehari-hari.

Kata kunci: Hasil belajar dan Pembelajaran active learning, ptk.

Pendahuluan

Penggunaan metode pembelajaran disetiap mata pelajaran sangat penting, karena tidak semua metode pembelajaran tepat untuk semua penyampaian, waktu kondisi, dan bidang studi. Salah satu penentu dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode. Metode pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan

pembelajaran, sehingga pencapaian hasil pembelajaran dapat optimal. Dalam setiap proses pembelajaran termasuk Akidah Akhlak. Metode memiliki kedudukan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah yang dicapai (Rohmat, 1999:1).
Ketika praktikan melakukan pembelajaran Akidah Akhlak di MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo pada materi adab buang angin antusias siswa dalam pembelajaran sangat kurang sekali dikarenakan (1) metode yang digunakan oleh praktikan masih bersifat monoton, (2 banyaknya siswa yang melebihi kapasitas (50 orang). Ternyata penggunaan metode ceramah untuk pembelajaran akidah akhlak masih belum efektif. Oleh sebab itu, praktikan mencoba mencari sebuah metode yang bisa melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi aktif dan kreatif.

Melihat fenomena di atas, praktikan mempunyai inisiatif untuk merubah metode yang sering dilakukan yakni menggunakan metode ceramah dirubah ke metode active learning dengan tujuan agar ada perubahan dan peningkatan ditingkat pemahaman anak didik dalam menyerap sebuah materi pelajaran khususnya dibidang mata pelajaran Akidak Akhlak.

Penerapan metode active learning di MI Islamiyah desa Geluran Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo merupakan respon yang baik terhadap perkembangan mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran Akidah Akhlak, yang merupakan mata pelajaran penting sekaligus pendukung bagi mata pelajaran lainnya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “bagaimana upaya peningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas II MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo?”. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan metode active learning di MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo.
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran, khususnya bagi guru yang mengajar Akidah Akhlak, yaitu (1) memiliki gambaran tentang pembelajaran active learning yang efektif, (2) dapat menidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya, (3) dipergunakan untuk menyusun program penilaian efektifitas pembelajaran model active learning pada tahap berikutnya.

Baca makalah ini sebagaimana aslinya di sini.

Thursday, April 26, 2012

Laporan Penelitian Eksperimen - One Group Pre Test and Post Test Design di SMK

Penerapan Konseling Kelompok Trait Factor untuk Mengatasi Kesulitan dalam Perencanaan Karir pada Siswa


Oleh:
Ary Wahyu Ratnaningtyas ( Konselor pada SMK di Sidoarjo )
Satiningsih ( Staf Pengajar Prodi Psikologi Unesa)

Sumber Jurnal:

Jurnal Psikologi dan Bimbingan
Universitas Negeri Surabaya
Volume 12 Nomor 1 Juli 2011
http://ppb.jurnal.unesa.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan penggunaan konseling kelompok trait factor untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre eksperimen berupa one group pre-test and post-test design. Subyek penelitian ini 10 orang siswa XI-3 jurusan administrasi perhotelan SMK Negeri 6 Surabaya yang mempunyai skor kesulitan dalam perencanaan karir rendah. Penentuan subyek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Uji Tanda, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada skor perencanaan karir antara sebelum dan sesudah pemberian perlakuan yaitu konseling kelompok trait factor. Karena pada nilai (0.002) lebih kecil dari taraf nyata (0.05). Maka hipotesis (HO) ditolak dan (HI) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok trait factor dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam perencanaan karir pada siswa.

Kata kunci : Konseling kelompok trait factor, perencanaan karir


Sebagian isi makalah/jurnal:

Metode

Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian pre-eksperimen dengan model pendekatan pre-test post-test one group design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Menurut Arikunto (2002: 78) mengungkapkan “pre-test post-test one group design adalah penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah ekperimen (post-test) dengan satu kelompok subjek.”

Perlakuan ini diberikan sebanyak 8 kali pertemuan kepada sejumlah siswa kelas XI-3 jurusan Administrasi Perhotelan SMK Negeri 6 Surabaya yang memiliki perencanaan karir rendah. Dengan menggunakan konseling kelompok trait factor. Adapun prosedur perlakuannya telah disusun dalam bentuk modul perlakuan yang sedikit mengadaptasi dari tahap-tahap yang dikemukakan oleh Nixon dan Glover, serta Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2004).

Data yang terkumpul melalui angket akan diolah dengan menggunakan analisis statistik non parametrik dengan uji tanda. Alasan menggunakan uji tanda ini dikarenakan sampel kurang dari dua puluh lima orang. Dijelaskan oleh Sugiono bahwa “uji tanda (sign-test) digunakan untuk menguji hipotesis komporatif dua sampel yang berkorelasi dan uji tanda digunakan........

Baca makalah ini selengkapnya sebagaimana aslinya di sini.

Tuesday, April 24, 2012

Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

Blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran kali ini menyajikan tulisan tentang Implikasi Teori Behaviorisme (Tingkah Laku) dalam pembelajaran. Yuk kita simak.

Meskipun para praktisi pendidikan saat ini sangat dipengaruhi oleh Teori Belajar Konstruktivisme (Membangun Makna), ada 4 aspek dalam bidang pendidikan saat ini yang masih sangat berhubungan erat dengan Teori Belajar Behaviorisme, yaitu: (1) perencanaan kurikulum; (2) tujuan pembelajaran; (3) asesmen; dan (4) manajemen perilaku.Teori belajar Behaviorisme memiliki aspek-aspek kelebihan karena itu masih sangat berpengaruh dalam pembelajaran di kelas.

Perencanaan Kurikulum
Di bawah ini merupakan langkah-langkah perencanaan kurikulum yang umum dilakukan oleh guru-guru pada beragam level lembaga pendidikan:
  • Mengidentifikasi kebutuhan pada program
  • Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran pada program
  • Mendaftar tujuan pembelajaran secara akurat
  • Mengkategorikan tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi Bloom
  • Membagi materi ajar ke dalam unit-unit atau bagian-bagian yang lebih kecil
  • Secara hati-hati mengurutkan unit-unit tersebut di atas
  • Menyediakan banyak kesempatan untuk latihan-latihan untuk memperkuat ikatan stimulus-respon
  • Memastikan bahwa pebelajar memberikan respon (melakukan sesuatu)
  • Mengamati dan mengases perubahan perilaku
  • Memberikan umpan balik (feed back) kepada pebelajar
  • Menguatkan (reinforce) perilaku yang sudah benar dengan penghargaan (reward)
  • Mengevaluasi keefektifan program
  • Memodifikasi dan memperbaiki program

Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tujuan pendidikan berdasarkan perubahan tingkah laku sebagaimana yang tersebut di atas, sangat umum digunakan dalam dunia pendidikan meskipun aplikasinya lebih nampak ketika tingkah laku lebih mudah teramati. Penggunaannya menjadi lebih sulit ketika diaplikasikan pada pemikiran internal (dalam otak) dan proses berpikir internal sesorang. Tujuan pembelajaran adalah sebuah pernyataan eksplisit tentang apa yang akan pebelajar dapat lakukan sebagai hasil dari menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran. Pernyataan tujuan pembelajaran terdiri dari:
  • Aksi, yang diekspresikan dengan kata kerja tingkah laku yang tepat
  • Konteks, yang memerlukan referensi syarat (kondisi) dari tingkah laku
  • Ambang batas, yang merupakan suatu indikasi untuk menunjukkan bahwa suatu tingkah laku dapat diterima / dianggap benar
Tujuan pembelajaran membantu pebelajar pada semua level untuk memahami secara tepat apa yang diharapkan dari mereka dan kegiatan belajar apa yang harus mereka lakukan.

Asesmen
Seringkali dianggap bahwa asesmen yang efektif haruslah tes kinerja tentang tingkah laku yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran pada kondisi (syarat) yang sama dengan kondisi saat mereka belajar / mempelajari tingkah laku tersebut. Contoh, jika tujuan pembelajaran menyatakan bahwa seorang calon tukang kayu akan dapat memasang sebuah daun pintu, maka asesmen haruslah meminta calon tukang kayu untuk memasang daun pintu daripada meminta calon tukang kayu menjelaskan teknik memasang daun pintu dalam ujian tertulis.  

Prinsip-prinsip teori behaviorisme mungkin juga terlihat jelas pada asesmen berdasarkan kriteria (criterion referenced assessment). Saat pebelajar diases dengan asesmen berdasarkan kriteria, dimungkinkan untuk melihat bahwa semua yang dilakukan oleh pebelajar telah memenuhi semua kriteria yang dimaksudkan pada tingkat yang memuaskan. Prinsip-prinsip behaviorisme juga berguna sebagai bagian dari tes formatif, yang merupakan sebuah tes yang dirancang untuk menyediakan feed back (umpan balik) baik untuk pebelajar maupun untuk guru itu sendiri. Formatif asesmen dapat memotivasi pebelajar.

Manajemen Tingkah Laku
Mengubah atau menguatkan tingkah laku pebelajar adalah tujuan pembelajaran kebanyakan program pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Sebagai bagian dari proses manajemen tingkah laku, guru dapat menggunakan teknik operant-conditioning, yang telah diklaim oleh Skinner paling efektif untuk memberikan motivasi belajar (Skinner 1969). Penguatan positif (postive reinforcement) atau penggunaan pujian sebagai pemotivasi merupakan dasar dari pemberian reward kepada pebelajar. Penguatan dapat berupa:
  • Materi, berupa hadiah atau award
  • Sosial, seperti perhatian guru, atau pujian
  • Hal yang berkaitan dengan aktivitas, seperti kesempatan untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.

Pebelajar mungkin selalu mencoba menghindari tertangkap basah melakukan kegiatan / tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan guru. Penggunaan sanksi atau konsekuensi adalah hukuman yang diperbolehkan karena strategi ini merupakan bagian dari teknik operant-conditioning.

Laporan PTK: Pendekatan Active Learning

Upaya Meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Fiqih melalui Pendekatan Active Learning pada Siswa Kelas III MINU Pucang Sidoarjo.


Oleh:

Asmaul Khusna
(MI Darul Huda, Gresik)

Sumber Jurnal:

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 122 - 132. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam (JPTK-PAI) diterbitkan oleh Laboratorium Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya bekerjasama dengan Madrasah Development Center (MDC) Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur, dan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI) Jawa Timur.


Abstrak: 

Keberhasilan proses pembelajaran di kelas sebagian ditentukan oleh strategi pembelajaran. Oleh karena itu, setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini berdasarkan permasalahan, ”bagaimanakah upaya peningkatan proses belajar dan hasil belajar siswa melalui pendekatan active learning pada pelajaran Fiqih kelas III MINU Pucang Sidoarjo?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya peningkatan proses belajar dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran dengan pendekatan active learning pada pelajaran Fiqih kelas III MINU Pucang Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran atau siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas III. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (32,35%), siklus II (67,64%), siklus III (97,05%). Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran active learning dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa Kelas III serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fiqih.

Kata kunci: Belajar Fiqih, Active Learning.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klaksikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
Tempat penelitian ini bertempat di MINU Pucang tahun pelajaran 2009/2010. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April semester genap 2009/2010. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III sebanyak 34 orang.

Rancangan penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan kelas, maka peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Sugiarti, 1997: 8) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelumnya masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar:

Baca makalah ini sebagaimana aslinya di sini.

Teori Behaviorisme: Plus-Minus dan Aspek-Aspek Menarik


Pada sisi negatif, behaviorisme sangat dikaitkan dengan kekuasaan dan kontrol, serta selalu dikonotasikan sebagai training untuk hewan. Teori behaviorisme juga sering dikaitkan sebagai model pelatihan di dunia industri yang telah sangat ketinggalan jaman. Teori ini juga dapat dipertimbangkan sebagai teori yang anti-humanistik, dimana teori ini menolak adanya pilihan dan kebebasan dalam diri manusia. Teori behaviorisme gagal untuk menjelaskan faktor-faktor kontekstual seperti faktor kondisi sosial, ekonomi, dan politik dan kekuatan-kekuatan yang memicu munculnya suatu aksi. Teori behaviorisme juga gagal untuk menjelaskan bagaimana terjadinya perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh intelejensi yang diwariskan oleh orang tua dan kepribadian seseorang.

Pada belajar di tingkatan yang lebih tinggi, teknik-tekknik behavioris tidak efektif untuk memicu belajar yang lebih dalam (deep learning), yang mana berkaitan dengan pemahaman dan pembentukan makna. Pada pembelajaran orang dewasa, pembelajaran tingkat lanjut, dan pembelajaran di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, juga sangat sulit untuk mengaplikasikan teori behaviorisme karena teori ini gagal menjelaskan proses kreatif dan proses insidental dalam belajar, serta pebelajar mandiri. Secara umum, tampaknya teori behaviorisme adalah teori belajar yang anti intelektualitas.

Di sisi lain, behaviorisme sangat efisien dalam memicu belajar cepat (rapid learning) karena spesifikasi aksi dan tujuan pembelajarannya yang akurat. Prinsip-prinsip behaviorisme juga bermanfaat—yaitu menawarkan saran yang spesifik dan praktis kepada guru atau perancang kurikulum tentang apa yang harus mereka lakukan.

Behaviorisme sesungguhnya tidaklah total antagonistik dengan teori-teori belajar yang lain, bahkan ia dapat eksis bersama-sama berdampingan dengan teori-teori belajar terbaru dengan berfokus pada kognisi atau akuisisi sosial dari pemaknaan. Teori behaviorisme dapat berperan sebagai elemen fondasi bagi proses-proses kognitif yang lebih kompleks. Sebagai contoh, beberapa budaya Asia memandang pentingnya perolehan keterampilan repetitif (berulang / pengulangan) sebagai syarat mutlak untuk perkembangan kreativitas.

Behaviorisme masih menjadi interes bagi para pelajar dan pendidik karena banyak tingkah laku manusia dapat dihubungkan atau dijelaskan oleh teori ini. Beberapa praktisi behaviorisme baru-baru ini banyak bekerja sama dengan dunia pendidikan—termasuk penggunaan tujuan pembelajaran terstandar yang merangsang kemajuan belajar dan belajar sepanjang hayat. Sebenarnya teori behaviorisme dapat dipandang sebagai teori yang lebih memuaskan terutama bila dipandang sebagai pelengkap bagi teori belajar konstruktivisme dan kognitivisme.

Monday, April 23, 2012

Festival IPA

Festival IPA

Pendahuluan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) merupakan lembaga teknis yang salah satu fungsi dan tugasnya adalah meningkatkan kompetensi, kemampuan, keterampilan, wawasan, dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan IPA. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas tersebut salah satu program yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 adalah Festival Kreativitas dan Karya Inovasi Guru IPA SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Tema
“Kreativitas Guru untuk Pembelajaran IPA yang Lebih Baik”

Tujuan
  1. Memotivasi guru untuk selalu menciptakan karya inovasi yang dapat meningkatkan proses pembelajaran
  2. Memberikan kesempatan kepada guru yang memiliki karya inovasi dalam pembelajaran untuk mempublikasikan hasil karyanya
  3. Meningkatkan kompetensi guru yang profesional melalui Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

Peserta
Guru IPA Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK

Kriteria Peserta

 A.   Peserta yang didanai oleh PPPPTK IPA (pemakalah)
  1. Guru yang memiliki karya inovasi yang digunakan dalam pembelajaran dan atau memiliki karya ilmiah hasil penelitian
  2. Melakukan registrasi
  3. Mengirim abstrak* hasil karya inovasi atau penelitian
  4. Mengirim laporan lengkap hasil karya inovasi atau penelitian
  5. Lolos seleksi awal
   B.  Peserta dengan dana sendiri (mandiri)
  1. Peserta yang tidak lolos pada seleksi awal
  2. Peserta yang mendaftar pada saat kegiatan
  3. Peserta yang bukan pemakalah

Ruang Lingkup dan Topik
  1. Media pembelajaran/bahan ajar interaktif berbasis komputer untuk setiap standar kompetensi atau beberapa kompetensi dasar.
  2. Alat peraga yang bermanfaat untuk pendidikan
  3. Alat praktikum yang bermanfaat untuk pendidikan
  4. Hasil pengembangan metodologi/evaluasi pembelajaran.

*Abstrak memuat ringkasan hasil penelitian maksimal 200 kata dikirim melalui email ke festivalp4tkipa@gmail.com atau festivalp4tkipa@yahoo.com paling lambat 9 Juli 2012

Untuk Festival kreatifitas dan karya inovasi Abstrak berisi tentang ringkasan ide dasar karya inovasi, alat bahan dan cara pembuatannya, cara penggunaan alat dalam pembelajaran beserta foto-foto. Pada pojok kanan atas diberi kode sesuai dengan kode pada formulir pendaftaran.

Format makalah lengkap ditulis dengan program MS-Word, huruf Arial Fornt 11, kertas ukuran A4, spasi 2,5, jarak tepi kiri dan atas 3 cm, kanan dan bawah 2,5 cm. Format poster berukuran A1 (59,4 cm x 84,1 cm). Prosiding di terbitkan setelah Festival kreatifitas dan Karya inovasi dilaksanakan.

sumber: http://www.p4tkipa.net/festival dan http://p4tkipa.org/lihat.php?id=berita&hari=Jum%27at&tanggal=20&bulan=April&oleh=admin

Laporan PTK: Penggunaan Kartu Tagihan

Penggunaan Kartu Tagihan Hafalan Qunut sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Siswa Kelas 2 MI Geluran Taman Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009/2010


Oleh:
Ofik Muhammad Taufik  (MI Tahruddin, Lamongan)

Sumber Jurnal: 

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 122 - 132. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam (JPTK-PAI) diterbitkan oleh Laboratorium Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya bekerjasama dengan Madrasah Development Center (MDC) Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur, dan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI) Jawa Timur berdasarkan SK Dekan nomor: In.02/1/HK.00.5/SK/315/XII/2009 (ISSN: 2086-7239). Jurnal ini terbit dua kali setahun, dan berisi tulisan ilmiah tentang tindakan pembelajaran pendidikan agama Islam di ruang pembelajaran, baik di lingkungan madrasah, pesantren, pendidikan umum, maupun perguruan tinggi.

Abstrak:

Keberhasilan proses pembelajaran di kelas sebagian ditentukan oleh media pembelajaran. Kesiapan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran akan menentukan kualitas dari hasil belajar itu sendiri. Penelitian Tindakan kelas ini berangkat dari permasalahan bahwa banyak siswa-siswi kelas 2 MI Geluran Taman Sidoarjo belum hafal doa Qunut. Oleh karena itu peneliti merumuskan masalah bagaimana upaya penggunaan kartu tagihan hafalan Qunut sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa Kelas 2 MI Geluran Taman. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan kartu tagihan hafalan Qunut sebagai upaya meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa Kelas 2 MI Geluran. Desain penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Metode pengumpulan data menggunakan observasi, analisis masalahnya menggunakan prosentasi, menggunakan 2 siklus, hasil dari siklus pertama adalah 68% sedangkan siklus yang kedua adalah 87,5%. Oleh karena itu terjadi peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqh dengan menggunakan media kartu tagihan hafalan Qunut ini.

Kata kunci: Kartu Tagihan, Hasil Balajar, Qunut, Fiqh, ptk


PENDAHULUAN

Pendidikan ditinjau dari tujuan dan hakekatnya secara umum dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk mengantarkan seorang manusia menuju kedewasaan yaitu dengan cara mengembangkan secara optimal segala potensi yang ada pada dirinya, sehingga pada akhirnya ia mendapat kepuasaan diri, bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Proses pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ialah melalui jalur institusi atau sekolah dan tujuan pendidikan secara nasional bermaksud dalam suatu peraturan pemerintah yaitu Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi:

‘’Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’’.

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut adalah upaya menumbuhkan dan mengem-bangkan potensi anak didik ke arah lebih optimal dan aktual melalui proses belajar mengajar. Pada proses belajar setiap guru seyogyanya mengerakkan segenap kemampuan yang ia miliki dan meningkatkan terus pengetahuannya supaya dapat melaksanakan pengajaran dengan baik, sehingga diharapkan siswa memiliki sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan prestasi yang memadai.Keberhasilan mengajar menurut Purwanto dipengaruhi oleh faktor...............
Baca makalah ini sebagaimana aslinya di sini.

Sunday, April 22, 2012

Laporan PTK: Penerapan CTL untuk MI

Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NU KH. Mukmin Sidoarjo


Oleh:
M. Samik Rafiqi
MI Darul 'Ulum II, Pamekasan

Sumber Jurnal:

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 87 - 98

Abstrak: 

Dalam pembelajaran dibutuhkan tindakan yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, misalnya dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Fiqih di MINU KH. Mukmin?. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran countextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan sebanyak dua siklus atau dua putaran. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rencana awal/rancangan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Subyek dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas V MI NU KH. Mukmin Sidokare Sidoarjo dengan jumlah siswa 22 anak pada mata pelajaran Fiqih dalam pokok bahasan haji semester II tahun pelajara 2009/2010. Bedasarkan hasil analisi didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami penin gkatan dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I daya serap klasikal 59% dan siklus II daya serap klasikal 91%. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Kelas V MINU KH. Mukmin Sidoarjo.

Kata kunci: CTL, Meningkatkan Prestasi Belajar, Fiqih


PENDAHULUAN
Dalam kehidupan yang semakin modern siswa cenderung kurang untuk memperdalam ilmu keagamaan, partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar terutama di sekolah umum dengan 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Oleh karena itu, kurangnya partisipasi siswa pada proses belajar mengajar pada bidang studi Fiqih menyebabkan banyaknya siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal.
Dilihat dari model dan metode pembelajaran yang kita laksanakan sebelumnya adalah metode ceramah, pemberian tugas individu dan hanya sekedar membaca, juga salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak untuk mempelajari ilmu agama khususnya bidang studi fiqih. Mereka lebih menekankan sains daripada ilmu agama.

Tujuan pokok dengan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok, karena siswa belajar diajak pada kondisi nyata. Meningkatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, akan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme diri yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan keuletan kerja.

Meski peningkatan prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi oleh seorang, namun seorang tidak akan menyerah untuk mencapainya. Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sarana untuk meningkatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari masing-masing individu kegiatan mana yang akan digeluti demi meningkatnya prestasi tersebut.
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang terpenting adalah bagaimana kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran dan variasi metode, sehingga dengan model pembelajaran yang tepat dan variasi metode yang vareatif terjadilah interaksi belajar mengajar yang baik, artinya bagaimana guru itu dapat mempermudah dalam memberikan suatu materi pembelajaran dan dapat memberikan motivasi kegiatan belajar.

Dengan demikian peran guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi suatu kegiatan belajar. Dengan ini maka banyak masalah yang perlu diperhatikan oleh guru. Menurut Sardiman (2007: 02) antara lain adalah bagaimana guru harus membimbing atau mengarahkan belajar siswa agar bisa meningkatkan prestasi; bagaimana bentuk bimbingan atau pengarahan tersebut, terutama untuk menangani jumlah siswa yang besar; dapatkah guru menyediakan waktu yang cukup? serta, apakah proses belajar itu sudah didukung dengan fasilitas yang sempurna?
Baca Selengkapnya Makalah Ini sebagaimana sumber aslinya di sini.

Wednesday, April 18, 2012

Karakter Guru Efektif

Karakter Guru Efektif

Bagaimana sebenarnya karakter guru efektif itu? Nah, kali ini blog ptk dan model pembelajaran akan membahasnya. Setiap guru pasti mempunyai pendapatnya masing-masing tentang apa itu “mengajar”, “belajar”, dan “pebelajar”. Beberapa guru meyakini bahwa tanggung jawab mereka adalah mengajar materi ajar (konten), dan tanggung jawab siswa adalah mempelajari apa yang sedang diajarkan oleh guru. Jika siswa berjuang atau gagal dalam belajar, tanggung jawab itu berakhir pada diri siswa itu sendiri. Benarkah begini?

Tindakan dan Keyakinan Guru Efektif

Seharusnya, prinsip penting yang dipegang oleh seorang guru efektif adalah: pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif hanya dapat dilakukan oleh seorang guru efektif. Lalu bagaimanakah guru yang efektif itu? Guru efektif mempunyai keyakinan dan bertindak sebagai berikut:
  • Menghargai dan menerima keunikan persepsi dari masing-masing pebelajar.
  • Merefleksikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal dan minat siswa saat memilih dan menggunakan teknik dan strategi mengajar tertentu.
  • Meyakini bahwa semua siswanya dapat dan akan belajar.
  • Menciptakan suatu lingkungan belajar yang menantang, tapi tidak membahayakan/menakutkan.
  • Berkomitmen pada belajar dan perkembangan intelektual semua siswanya.
  • Memandang setiap orang sebagai orang yang mampu, dapat diandalkan, dan secara umum positif.
  • Meyakini bahwa seseorang dapat mengajar secara efektif dan pengajaran yang efektif akan membawa dampak pada hasil belajar yang positif.

Monday, April 16, 2012

Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan sastra

Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak

Oleh:  
Burhan Nurgiyantoro
FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Sumber Jurnal: 

Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2 halaman 197 – 222. Diterbitkan oleh: Ikatan Sarjana  Pendidikan Indonesia DIY bekerjasama  dengan  LPM Universitas Negeri Yogyakarta

SEBAGIAN ISI MAKALAH:

Pendahuluan:

Sebagaimana halnya manusia dewasa, anak juga memiliki rasa ingin tahu untuk mengenal dunia di sekelilingnya. Pemuasan rasa ingin tahu seorang anak dapat dipenuhi lewat berbagai cara, dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bacaan anak itu sendiri amat beragam yang membentang mulai cerita lucu, berbagai cerita tradisional, fiksi, puisi, komik, dan lain-lain sampai dengan bacaan yang berbicara tentang berbagai informasi faktual. Misalnya, bacaan tentang tokoh-tokoh terkenal, olahraga, kehidupan binatang, dan lain-lain yang isinya memang ada dan dapat dibuktikan secara empirik. Hal itu tidak berbeda halnya dengan kebutuhan informasi oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai bacaan yang berisi tentang berbagai hal. Orang dewasa tinggal memilih bacaan apa dan atau informasi apa yang diinginkannya. Baik orang dewasa maupun anak sama-sama membutuhkan informasi yang memperkaya pengalaman jiwanya, sedang yang membedakan adalah buku apa atau informasi apa yang dibutuhkan itu.

Anak belum dapat memilih bacaan sastra yang baik untuk dirinya sendiri. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui tak peduli cocok atau tidak untuknya karena memang belum tahu. Agar anak dapat memperoleh bacaan yang sesuai dengan perkembangan kediriannya, kita harus peduli dengan bacaan sastra yang dikonsumsikan kepadanya. Bacaan sastra yang tepat akan berperan menunjang pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek kedirian anak. Pemilihan bacaan juga haruslah mempertimbangkan faktor budaya karena anak dibesarkan dan belajar tidak dalam kevakuman budaya (Edwards, 2004:89). Budaya yang melingkupi anak adalah berbagai adat kebiasaan, perilaku verbal dan nonverbal, dan lain-lain sebagaimana yang didemonstrasikan secara konkret oleh dan di lingkungan keluarganya. Untuk itu, pemilihan bacaan harus dilakukan dengan hati-hati.

Secara universal perkembangan berbagai aspek kejiwaan anak sesuai dengan tingkat usianya akan melewati tahap-tahap tertentu. Menurut Brady (dalam Saxby & Winch, 1991:26) para peneliti telah mengidentifikasikan umur serta tahapan dan karakteristik perkembangan kejiwaan anak yang meliputi aspek berpikir, bahasa, personalitas, moral, dan pertanyaan-pertanyaan terkait yang dapat membantu dalam seleksi bacaan sastra. Di pihak lain, menurut Huck dkk. (1987:52), di samping aspek-aspek yang dikemukakan Brady, perkembangan itu juga melibatkan aspek fisik dan pertumbuhan konsep cerita.

Brady (dalam Saxby & Winch, 1991:26–27) mengemukakan bahwa terdapat hal-hal tertentu yang yang menjadi dasar pemikiran dalam.................download  selengkapnya makalah ini di sini.

Laporan PTK SD tentang Keterampilan Menulis

Peningkatan Keefektifan Pembelajaran Menulis Di Kelas II Sekolah Dasar


Oleh:
Suyatinah
PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta

Sumber Jurnal :

Cakrawala Pendidikan, November 2005, Th. XXIV, No. 3 halaman 405 – 220. Diterbitkan oleh: Ikatan Sarjana  Pendidikan Indonesia DIY bekerjasama  dengan  LPM Universitas Negeri Yogyakarta

SEBAGIAN ISI MAKALAH:


Pendahuluan

Pembelajaran menulis permulaan sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran tersebut merupakan dasar menulis yang dapat menentukan murid Sekolah Dasar dalam menulis lanjut pada kelas berikutnya. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya.

Berkaitan dengan fungsi keterampilan menulis, Morsy (dalam Tarigan, 1984:4) mengatakan ”dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan. Menurut Dawson (dalam Tarigan, 1985:1) salah satu bentuk praktek dan latihan untuk memperoleh penguasaan menulis, sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa dilaku-kan melalui kegiatan pembelajaran.

Pernyataan ini sependapat dari Akadiah (1999:143) bahwa keterampilan menulis bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, akan tetapi merupakan hasil proses belajar mengajar dan ketekunan berlatih. Jadi, keterampilan menulis itu mengalami proses pertumbuhan melalui latihan. Untuk memperoleh keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari tata bahasa dan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis, melainkan tumbuh melalui proses pelatihan. Kenyataan di lapangan, menunjuk¬kan bahwa pembelajaran menulis kurang mendapat perhatian yang sewajarnya. Pelly & Efendi (dalam Syamsi, 1999:1) mengatakan bahwa pembelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok, kini kurang mendapat perhatian, baik dari para siswa maupun guru. Pembelajaran menulis tidak ditangani sebagaimana mestinya. Hal ini mengakibatkan keterampilan menulis para siswa tidak memadai. Badudu (dalam Syamsi, 1999:2) berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.

Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama bidang keterampilan menulis, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar dan kreativitas para siswa. Adapun upaya untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya proses belajar bagi subyek didik, yakni pendekatan proses dan media gambar...........baca makalah ini selengkapnya di sini.

Wednesday, April 11, 2012

Teknik Pembelajaran: Yoyo Sprint Model

“Yoyo Sprint Model” Sebuah Alternatif Teknik Pembelajaran

Oleh:
Roni Subhan
(Guru di Lingkungan Kandepag Kabupaten Jember)

Sumber Jurnal: 

Jurnal Pendidikan Islam, Vol 1, No 01 Juni 2009 ISSN 2085-3033 Halaman 24 - 29

Sebagian isi Jurnal:


Teknis pembelajaran yang pada prinsipnya menggunakan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) ataupun CTL (Contextual Teaching Learning) ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
  1. Mengurangi tingkat kejenuhan pada pembelajar, karena memperoleh variasi baru dalam menjalankan proses belajar mengajar,
  2. Memudahkan pembelajar mengingat materi pelajaran yang diajarkan,
  3. Menyusun kalimat tanya acak dengan cepat dan tepat,
  4. Menjawab pertanyaan dari kalimat yang telah disusun.
  5. Membentuk kondisi yang menyenangkan, menggugah rasa persaingan yang sehat untuk keberhasilan.

Dengan tujuan tersebut diharapkan siswa dapat terpacu untuk menyelesaikan masalah/soal yang diberikan oleh pengajar. Dengan menjawab pertanyaan dari kalimat yang telah disusun dengan cepat dan tepat pula.

Implementasi Teknis “Yoyo Sprint Model “ Media Belajar

  • Kertas Buffalo berwarna digunting dengan ukuran 3 x 20 Cm sebanyak 10 lembar, dengan tulisan 1 kalimat, atau pantun atau bisa yang lain jika materi pembelajaran berbeda setiap kertas. Seluruh kalimat tersebut jika digabung akan menjadi kalimat tanya yang jawabannya tentang seputar bahasa Indonesia.
  • Kertas buffalo dengan ukuran 80 x 50 cmyang sudah diberi nomor urut untuk menempelkan kertas potongan yang sudah berisi nomor urut yang akan diurutkan sehingga menjadi kalimat tanya yang baik.

Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran Teknik“Yoyo Sprint Model “ ini diimple mentasikan pada  Rencana Pelaksanaan proses belajar mengajar seperti yang biasa dibuat. Namun demikian tidak mutlak harus dilaksanakan sama persis sepertilangkah-langkah pembelajaran ini. Tergantung pada  kondisi dan situasi masing-masing sekolah dan potensi anak. Namun demikian teknik “Yoyo Sprint Model “ ini secara umum dapat dilaksanakan disegala tempat dan berbagai bidang studi pada kompetensi dasar tertentu :
  1. Pengajar menjelaskan pelajaran hari ini
  2. Pengajar menjelaskan cara permainan
  3. Simulasi pembentukan Kelompok
  4. Setiap kelompok akan mendapatkan bagian 1 meja yang sudah tersedia beberapa pasang kalimat (untuk bahasa Indonesia, atau komptensi yang lain yang sesuai untuk metari pelajaran berbeda).
  5. Masing-masing kelompok maksimal 4-6 pembelajar
  6. Kertas untuk menempel, ditempelkan ke papan atau kedinding yang sekiranya tidak mengotori tembok
  7. Dan kertas potongan di letakkan diatas meja berjajar yang diberi tanda huruf abzad atau nomor urut, berjarak tertentu di depan papan, dilengkapi dengan lem.
  8. Dengan cara diundi masing masing-masing kelompok menempati meja yang telah tersedia potongan kertas tersebut sesuai dengan undian.
  9. Dengan aba-aba pengajar permainan dimulai
  10. Kelompok membuka amplop dimasing masing mejanya
  11. Anggota kelompok terdepan berlari membawa 1 kalimat atau materi yang lain. Setelah selesai kembali lagi, dan anggota kelompok ke dua berlari sambil membawa potongan lainnya untuk ditempelkan pada nomor selanjutnya dan seterusnya..
Yang tercepat dan tepat yang dianggap unggul dan diberi reward, kemudian yang salah dan terbelakang diberi hukuman yang mendidik. ........................................... Baca selengkapnya makalah ini langsung dari sumber aslinya di sini.

Tuesday, April 10, 2012

Laporan PTK: Metode Demonstrasi

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fikih Kelas V di MINU KH. Mukmin Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009/2010

Muhammad Ali (MI Hidayatul Mubtaddin, Pamekasan)

Sumber:

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 77 - 86


Abstrak: 

Metode demonstrasi sebagai salah satu metode untuk pembelajaran yang bersifat ketrampilan praktik sangat diperlukan. Pada materi Haji ini juga sangat diperlukan bagaimana siswa-siswi melakukan praktik Haji di lapangan sekolah agar prestasi belajar tentang Haji tidak hanya dimiliki secara kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempraktekan konsep yang dipelajari dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih melalui penerapan metode demonstrasi. Penelitian yang menggunakan jenis tindakan ini akan menemukan penyelesaian masalah pembelajaran dengan metode demonstrasi pada bab Haji. Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali siklus, Analisis data dari penelitian ini adalah prosesntase dari observasi yang dilakukan oleh guru. Hasil dari siklus pertama menghasilkan 68,18% sedangkan siklus yang kedua menghasilkan 90.90 %. Dengan demikianmetode demosntrasi secara signifikan dapat meningkatkan proses pembelajaran.

Kata kunci: Demonstrasi, prestasi belajar, haji, fiqh.


PENDAHULUAN

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menarik, efektif, kreatif dan inovatif dengan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang sebagian besar prosesnya menitikberatkan pada aktifnya keterlibatan siswa (student centered). Pembelajaran konvensional yang terpusat pada dominasi guru (teacher centered), sehingga siswa menjadi pasif, sudah dianggap tidak efektif dalam menjadikan pembelajaran yang bermakna, karena tidak memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang secara mandiri. Sering kali seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang memperhatikan pendekatan, strategi dan metode apa yang sesuai yang harus disajikan dalam satu materi atau pokok bahasan. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya masih belum cukup memuaskan. Menurut Trianto masalah utama yang terjadi pada dunia pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. (Trianto, 2009; 5)

Fakta ini menjadi gambaran bahwa guru sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan belum berhasil secara maksimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu, guru dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan baru dan mengadakan perubahan terhadap paradigma pembelajaran yang selama ini dijalankan.
Pembelajaran akan berlangsung efektif dan efisien apabila ............................... baca langsung makalah ini secara lengkap dari sumber aslinya.

Monday, April 9, 2012

Tips Berpikir Kreatif dengan Masukan Acak (Random Input)

Tips Berpikir Kreatif

Pernahkah anda menemukan diri anda atau siswa anda terjebak saat berlangsung curah gagasan tentang suatu masalah pada ide yang sama berulang-ulang? Itu bisa berarti anda butuh tips berpikir kreatif berikut ini. Dalam situasi seperti ini, mungkin sulit untuk keluar dari pola normal Anda berpikir dan memberikan ide-ide kreatif yang benar-benar baru dan orisinil.Inilah saatnya anda membutuhkan berpikir kreatif dengan masukan acak (random input).

Berpikir Kreatif dengan Masukan Acak (Random Input)

Teknik masukan acak (random input) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh keterampilan berpikir kreatif (salah satu bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi/higher order thikning skills). Masukan acak adalah teknik berpikir lateral, yang menggerakkan anda atau siswa anda di luar pola pemikiran biasa sehingga anda atau siswa anda dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.

Sang Pencipta

Masukan acak diciptakan oleh psikolog Edward de Bono pada tahun 1968, dan diterbitkan pada tahun 1992 bukunya, "Serious Creativity", yang berguna ketika anda atau siswa anda perlu ide-ide segar atau perspektif baru selama proses pemecahan masalah.

Pada banyak jenis pemecahan masalah, kita cenderung berpikir dengan menggunakan pola-pola yang kita lihat di masa lalu, dan menerapkan solusi yang telah kita lihat berfungsi dalam memecahkan masalah semacam itu . Seringkali, kita terjebak dalam pola-pola ini. Di sinilah mungkin sulit untuk melangkah keluar bahwa pola berpikir, bahkan jika Anda mau.

Teknik yang Digunakan

Masukan acak adalah teknik untuk menghubungkan pola berpikir lain ke pola berpikir yang biasa kita gunakan. Dengan demikian, ini membantu kita bergerak di luar cara berpikir biasa kita, sehingga kita bisa memperoleh solusi baru untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi.

Salah satu yang dapat kita lakukan dengan teknik ini misalnya:
  • Gunakan sebuah kantong yang berisi ratusan kata. 
  • Saat ide kita sedang macet, ambil satu kartu dan baca kata yang tertera di atasnya. 
  • Berusahalah untuk menghubungkan kata yang diperoleh itu dengan masalah dihadapi atau pemecahan masalah yang ingin dilakukan. 
  • Sekali lagi: buat hubungan, bagaimanapun caranya. 
Strategi lain adalah dengan menggunakan kantong berisi gambar-gambar, atau menggunakan kamus. Adalah penting untuk tetap berusaha menggunakan kata pertama, atau gambar pertama yang telah diambil dan menjadikannya sumber ide baru yang memungkinkan anda keluar dari pola biasa. Salah satu bidang studi yang banyak menggunakan teknik ini adalah pelajaran menulis pada kelas bahasa.

Demikian tulisan tentang tips berpikir kreatif dengan masukan acak (random input). Semoga bermanfaat bagi anda, dan ikuti tulisan berikutnya di blog ptk dan model pembelajaran ini.

Laporan PTK: Peningkatan Motivasi

Peningkatan Motivasi Menghafal Surat Pendek Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadits dengan Media Audio Visual pada Kelas II MI Al-Hikmah Buduran Sidoarjo

Binti Afdrikah (MI Hayatul Islamiyah, Malang)


Sumber:
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 66 - 76

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Abstrak:
Usaha guru dalam membantu murid untuk mencapai tujuan adalah guru dituntut mampu memilih bahan ajar atau materi pendidikan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Disamping memilih bahan ajar yang sesuai, guru selanjutnya memilih dan menetapkan metode dan sarana ataupun media yang paling tepat dan sesuai dalam penyampaian bahan dengan mempertimbangkan faktor situasional serta diperkirakan dapat memperlancar jalanya prose belajar-mengajar pendidikan agama khususnya materi Al-Qur’an Hadits. Dengan kreatifitas guru memberikan kemudahan kepada siswanya untuk menyukai materi pembelajaran yang menyenangkan yaitu dengan menggunakan media audio visual pada pelajaran al-Qur'an Hadits, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif serta dapat membangkitkan motivasi menghafal siswa, belajar untuk bekerjasama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya, serta anak semakin aktif dan kreatif dalam upaya menghafal surat pendek dalam al-Qur'an dan Hadits. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan menghafal siswa terhadap surat pendek dalam al-Qur'an setelah menggunakan media audio visual dan bagaimana aktifitas siswa, serta sejauh mana kerjasama yang dimunculkan dalam pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian dengan menggunakan media audio visual terbukti signifikan yakni, (1) meningkatkan motivasi menghafal siswa yang diikuti dengan (2) peningkatan aktifitas siswa, serta (3) pemunculan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.

Kata kunci:
Motivasi Menghafal, Media Audio Visual

PENDAHULUAN
Pendidikan islam di Indonesia seringkali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan. Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan islam mengandung berbagai komponen antara satu dan lainya saling berkaitan. Komponen tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dengan murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan lain-lain. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini seringkali berjalan apa adanya, alami, tradisional, karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang. Akibat dari semua itu, maka mutu pendidikan islam seringkali menunjukan keadaan yang kurang menggembirakan.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, .................baca selengkapnya makalah ini langsung dari sumber aslinya.

Laporan PTK: Pendekatan Contextual

Upaya Peningkatan Aktifitas Belajar Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Asma'ul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009 – 2010

Baihaki (MI Nurul Huda, Lumajang )

Sumber:
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010 Halaman 53 - 65



Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Abstrak:
Penggunaan metode, strategi, dan pendekatan yang relevan dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, termasuk penggunaan metode Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009–2010. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, Apakah pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa-siswi kelas IV MINU Pucang semester II pada mata pelajaran Aqidah- Akhlak materi asmaul husna, kedua apakah pendekatan contextual teaching and learning siswa kelas IV MINU Pucang semester II pada mata pelajaran Aqidah- Akhlak materi asmaul husna dapat mengaitkan dengan masalah kehidupan nyata sehari-hari. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga kali kegiatan yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, refleksi, dan rekomendasi. Dari hasil penelitian dan analisis diketahui bahwa dengan menggunakan pendekatan CTL aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II, yaitu: siklus I (80,53%) dan siklus II (83,62%). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pendekatan contextual teaching and learning berpengaruh positif terhadap peningkatan aktifitas belajar siswa-siswi kelas IV MINU pucang sidoarjo.

Kata kunci:
Aktifitas, Contextual teaching and learning, Aqidah Akhlak, Asmaul Husna


PENDAHULUAN
Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa-siswi untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain (Istiana dan Indayati , 2009;17).

CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2002;1), oleh sebab itu, penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Asmaul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang Sidoarjo merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa, sehingga menunjang prestasi dan pemahaman siswa terhadap materi Asmaul Husna..................baca selengkapnya makalah ini langsung dari sumber aslinya.

Sunday, April 8, 2012

Keterampilan Berpikir Kreatif: Beberapa Strategi Pembelajaran

Benjamin Bloom (1956) telah mengembangkan taksonomi tingkatan perilaku intelektual dalam belajar seseorang. Taksonomi ini berisi 3 domain sebagaimana yang telah lumrah diketahui oleh para guru dan pendidik yaitu, kognitif psikomotor, dan afektif. Pada domain kognitif, Bloom telah mengidentifikasi 6 tingkatan yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Domain kognitif dan keenam tingkatannya yang dikembangkan oleh Bloom ini masih digunakan sampai saat ini.

Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli. Ini melibatkan keterampilan yang memiliki fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, curah gagasan (brainstorning), modifikasi, berkhayal, pemikiran asosiatif, daftar atribut, dan berpikir metaforis.. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan merangsang berpikir divergen.

Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dan, ketika kita membicarakan tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi maka kita berkonsentrasi pada ketiga tingkat atas Taksonomi Bloom: analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi(C6).

Keterampilan berpikit kreatif ini sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana cara untuk membelajarkan keterampilan berpikir kreatif kepada siswa. Banyak buku yang telah ditulis yang memuat hasil-hasil penelitian dan best practice tentang bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini. Beberapa di antaranya, sebagaimana yang ditulis oleh Michael Michalko, Andy Van Gundy, James Higgins, Dilip Mukerjea dan lainnya, antara lain melalui strategi:

  • Masukan acak (random input)
  • Pembalikan Masalah  
  • Ajukan Pertanyaan (Problem Reversal)
  • Imajinasi Terapan - Pertanyaan Ringkasan (Applied Imagination -Question Summary)
  • Berpikir Lateral (Lateral Thinking)
  • Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)
  • Prinsip Diskontinuitas (The Discontinuity Principle)
  • Ceklis / Daftar Periksa
  • Curah Gagasan (Brainstorming)
  • Analogi
  • Daftar atribut 
  • Analisis morfologi
  • Imitasi
  • Peta Pikiran (Mindmapping)
  • Storyboard
  •  Synectics
  • Berpikir Metaporis
  • Teknik Teratai Mekar
  • Dalam Dunia Indra
  • Gunakan gambar (dari Pengalaman Robert McKim di Berpikir Visual
  • Idea Toons (oleh Michael Michalko)
  • Teknik NLP (Neuro-Linguistic Programming) 
  • DO IT! (metode Roger Olsen)
  • Metode LARC
  • Pemecahan Masalah
  • Simplex - sebuah proses dengan tiga tahapan (menemukan masalah, memecahkan masalah, menerapkan pemecahan masalah) dan delapan langkah diskrit direpresentasikan sebagai roda untuk mencerminkan sifat, pemecahan masalah secara sirkuler. Nama lengkapnya adalah proses Simplex Basadur. Delapan langkah yang dimaksud meliputi: menemukan masalah, pencarian fakta, mendefinisikan masalah, menemukan ide, mengevaluasi dan memilih, perencanaan tindakan, mendapatkan penerimaan, dan mengambil tindakan.      
  • Metode TRIZ Semyon D. Savransky
  • Berpikir Fuzzy 
  • Beberapa lebih lanjut contoh teknik kreativitas dan pedoman terkait dengan contoh-contoh historis.
  • Terobosan Berpikir - Terdiri dari 7 langkah solusi keunikan, tujuan setelah berikutnya, sistem, pengumpulan informasi yang diperlukan, desain , dan perbaikan.

Saturday, April 7, 2012

Laporan Penelitian Deskriptif Kualilatif: Pengembangan Multiple Intelleigences

PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCES MELALUI KEGIATAN NON-INTRAKURIKULER DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

Oleh:
Siskandar
(Tenaga Fungsional Peneliti Balitbang Depdiknas)

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara integral tentang pengembangan multi-kecerdasan melalui kegiatannonintrakurikuler terhadap mutu proses dan hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Data dikumpulkan dari setting penelitian terpilih yaitu 6 SMA: (1) SMAN 3
Semarang, Jawa Tengah, (2) SMAN 1 Malang, Jawa Timur, (3) SMAN 4 Denpasar, Bali, (4) SMAN 2 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, (5) SMAN 1 Manado, Sulawesi Utara, dan (6) SMAK Giovanni Kupang, NTT. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) berbagai kegiatan yang relevan dengan pengembangan multi-kecerdasan bermanfaat dalam pengembangan kompetensi, (2) Keragaman kegiatan
non-intrakurikuler berdampak terhadap prestasi belajar jika suatu kegiatan relevan dengan mata pelajaran tertentu.

Kata kunci: Multiple Intelligences, Kegiatan Nonintrakurikuler

A. Pendahuluan
Globalisasi informasi dan komunikasi memiliki potensi dalam peningkatan sumber daya manusia namun sangat berpengaruh terhadap lunturnya jati diri bangsa yang berbudaya. Pengaruh globalisasi tersebut dirasakan masyarakat seperti kehilangan kultur yang dimiliki dan dipertahankannya selama bertahun-tahun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kultur sebagai jati diri bangsa yang mandiri, ramah, suka bekerja keras, dan tolong-menolong, bergotong-royong, dan bermusyawarah untuk mufakat nyaris lenyap dari kehidupan sehari-hari. Hal ini tampak seiring dengan tumbuhnya rasa individualistis, gaya hidup konsumtif dan materialis di masyarakat. Masyarakat di daerah terpencil yang sudah biasa menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara-cara yang sederhana dengan tidak menghilangkan kultur............baca selengkapnya laporan penelitian deskriptif kualitatif yang berjudul PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCES MELALUI KEGIATAN NON-INTRAKURIKULER DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN ini langsung dari sumber aslinya di sini, dengan terlebih dahulu register di sini.

Friday, April 6, 2012

Laporan Penelitian Pengembangan: Pembelajaran Kooperatif Berwawasan Wirausaha

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Sumber:
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, UNY, Volume 6 Nomor 2, November 2009

STRATEGI MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF YANG BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN

Oleh: 
Endang Mulyani
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

RINGKASAN
Penelitian dengan judul pengembangan model pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship ini dilakukan dengan tujuan jangka panjang adalah untuk menumbuhkan sikap dan perilaku wirausaha siswa SMK. Tujuan jangka pendek dari penelitian ini adalah untuk menemukan model pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship. Untuk mencapai tujuan tersebut rencana kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua tahap. Tahap I dilakukan penelitian tentang: 1) karakteristik siswa SMK dilihat dari sikap dan perilaku wirausahanya, 2) model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat mengajar. Pengembangan model pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship dalam penelitian ini menggunakan four-d model (Thiaragajan et.al, 1994). Dari penelitian tahun pertama, berdasarkan analisis data dari instrumen sikap dan perilaku wirausaha, diperoleh hasil bahwa dari 120 responden yang menjadi sampel penelitian sebagian besar sikap dan perilaku wirausahanya termasuk kategori sedang dan rendah (101 siswa termasuk kategori sedang dan 19 siswa termasuk kategori rendah). Dilihat dari hasil observasi tentang metode pembelajaran yang digunakanguru menunjukkan bahwa sebagian besar guru mata pelajaran ekonomi dan kewirusahaan masih menggunakan model pembelajaran ceramah sedikit divariasi dengan tanya jawab dan sedikit praktik untuk mata pelajaran kewirausahaan. Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan bahwa: 1) sebelum kegiatan pengembangan model pembelajaran kooperatif yang berwawasan  kewirausahaan diuji coba, peneliti telah mengembangkan lembar penilaian model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan melalui validasi pakar. Dari hasil penilaian para ahli tersebut, lembar ini  dinyatakan valid dengan kategori nilai baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi, 2) dilihat dari hasil pengembangan instrumen model pembelajaran kooperatif yang berwawasan kewirausahaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam instrumen yang telah dikembangkan, hasil penilain pakar menunjukkan hasil yang baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi, 3) dilihat dari sikap dan perilaku wirausaha sesudah diberi intervensi model pembelajaran kooperatif yang berwawasan entrepreneurship, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 siswa sebagian besar sikap dan perilaku wirausahanya termasuk kategori tinggi (68,7%).4) implementasi model pembelajaran yang berwawasan kewirausahaan di kelas dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Kata kunci: Sikap, Perilaku, Wirausaha, Pembelajaran, Kewirausahaan

Baca selengkapnya laporan penelitian dalam bentuk jurnal ilmiah yang berjudul STRATEGI MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF YANG BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN ini langsung dari sumber aslinya di sini,dengan terlebih dahulu register di sini.



Thursday, April 5, 2012

4 Elemen Pembelajaran Berbasis Tim (Team Based Learning)

Mengubah siswa-siswa yang sudah terbiasa menerima konsep-konsep pembelajaran menjadi siswa-siswa yang mampu menerapkan konsep-konsep pembelajaran ke dalam proses pemecahan maslah bukan suatu hal yang gampang. Ini adlah sebuah tugas yang berat. Membuat perubahan pada kemampuan berpikir  siswa juga memerlukan perubahan baik pada peran guru sebagai pengajar maupun peran siswa sendiri sebagai pebelajar.

Guru harus berubah peran dari orang yang memberikan informasi menjadi orang yang merancang dan memanajemen proses pembelajaran. Sedangkan siswa harus berubah peran dari subyek yang pasif menerima informasi menjadi orang yang memiliki rasa tanggung jawab  untuk mengeksplorasi  materi pembelajaran, sehingga mereka akan lebih siap belajar di kelas di dalam kelompok-kelompoknya.

Perubahan arah ini tidak langsung serta merta terjadi dan mungkin tampak seperti mimpi daripada sesuatu yang dapat dicapai. Tetapi bagaimanapun, semua itu sebenarnya sangat dapat dicapai apabila keempat elemen (unsur) dasar pembelajaran berbasis tim (team based learning) dapat diimplementasikan dengan baik. Keempat elemen pembelajaran berbasis tim tersebut adalah:
  1. Tim. Kelompok harus dibentuk dan dimanajemen dengan baik.
  2. Akuntabilitas. Setiap siswa harus akuntabel dalam kaitan dengan kualitas pembelajaran dan kerja mereka baik secara individuaal maupun dalam kelompok.
  3. Umpan balik. Umpan balik harus diberikan kepada siswa secara rutin dan sering .
  4. Rancangan Tugas. Rancangan tugas harus merangsang baik pembelajaran maupun perkembangan kelompok.
Bila ke-4 elemen ini diterapkan dalam pembelajaran, maka kelas telah disulap menjadi tim-tim pembelajaran yang kohesif.

Menerapkan Kegiatan Bermakna dalam Pembelajaran

Seorang guru dapat mempertimbangkan beberapa panduan berikut ini untuk menciptakan aktivitas (kegiatan pembelajaran) yang bermakna dan menghargai semua siswa:
  • Secara eksplisit mendiskusikan tujuan kegiatan pembelajaran kepada siswa dan manfaatnya bagi mereka
  • Menyediakan arahan yang jelas dan harapan yang guru hendaki untuk mengurangi ketidakefektifan, keterkejutan, dan kekecewaan.
  • Menantang semua siswa untuk bekerja (melaksanakan aktivitas pembelajaran) sesuai potensi yang masing-masing mereka miliki.
  • Gunakan profil siswa, pre-tes, dan informasi lainnya untuk membuat aktivitas pembelajaran
  • Antisipasi setiap tantangan atau hambatan untuk proses belajar mereka dan membangun dukungan untuk mengurangi hambatan tersebut
  • Berbagi atau mengembangkan alat asesmen bersama-sama siswa (dalam hal kriteria, rubrik, contoh, dsb) untuk memperjelas apa yang diharapkan oleh guru untuk mereka kuasai
  • Menyediakan sumber belajar yang mungkin siswa butuhkan untuk aktivitas pembelajaran mereka, yang mudah mereka akses, menarik, dan membangun pemahaman
  • Rancang agar aktivitas pembelajaran bersifat efisien dan tetap dapat menjaga momentum sehingga siswa tetap fokus pada pembelajaran
  • Ases dan perbaiki aktivitas-aktivitas dan tugas-tugas pembelajaran yang telah dibuat untuk memaksimalkan pembelajaran yang guru berikan pada masa-masa yang akan datang

Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Bermakna

Pengambilan keputusan tentang pengelompokan siswa dan scaffolding (perancahan) yang akan diberikan saat pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga aktivitas siswa saat pembelajaran yang dilakukan oleh mereka bermakna. Beberapa aktivitas-aktivitas yang bermakna (meaningful activities) bagi siswa yang dapat diberikan oleh guru haruslah bersifat:
  • Dirancang secara tepat
  • Merangsang dan memacu belajar siswa.
  • Otentik
  • Menghubungkan materi pelajaran/aktivitas pembelajaran dengan pengalaman mereka di kehidupan nyata.
  • Adil dan menghargai semua siswa.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang bermakna (meaningful activities) dibangun oleh pemahaman baik dari siswa-siswa itu sendiri maupun dari guru-guru yang mempunyai teknik pembelajaran yang baik. Aktivitas-aktivitas pembelajaran seharusnya menggugah siswa sehingga mereka mengeksplorasi, bertanya, menerapkan, dan merefleksikan kembali konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan yang telah mereka peroleh. Untuk ini, siswa-siswa harus mendapat kesempatan untuk:
  • Mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan dua hal (kategori)
  • Mengajukan dan menguji hipotesis
  • Menggunakan isyarat, pertanyaan, dan advance organizer dalam belajar
  • Menggunakan dan membuat representasi visual
  • Meringkas dan membuat catatan

Laporan Penelitian Kualitatif: Pembelajaran Pendekatan Aktif Learning

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Sumber:
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Volume 6 Nomor 2, November 2009

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AKTIF LEARNING DALAM PELAJARAN EKONOMI PADA SMU NEGERI DI YOGYAKARTA

Oleh: Tejo Nurseto
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

Sebagian isi jurnal/makalah:
...........Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar mahasiswa maupun mahasiswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
2. Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,
3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah, 4. Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,
5. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.

Dalam pembelajaran aktif learning dapat digambarkan seperti dibawah ini: ............baca selengkapnya PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AKTIF LEARNING DALAM PELAJARAN EKONOMI PADA SMU NEGERI DI YOGYAKARTA langsung dari sumber aslinya di sini. Untuk dapat membaca.mendownload halaman tersebut, terlebih dahulu anda harus register di sini.

Laporan PTK: Metode Two Stay Two Stray

Catatan: Makalah ini dipublikasikan di blog ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemudahan para pendidik untuk memperolehnya dengan lebih banyak terindeks pada search engine. Makalah ini sepenuhnya bukan milik saya. Bila Anda pemilik makalah ini dan merasa bahwa tidak semestinya makalah ini diterbitkan di http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, silakan menghubungi saya di sini, maka dengan senang hati saya akan menghapus konten ini. Terimakasih (admin).

Sumber:
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam
Volume 01, Nomor 01, Juni 2010
H a l a m a n 3 7 - 5 2

Judul:
Upaya Peningkatan Keterampilan Berargumentasi Pendidikan Agama Islam dengan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas XI di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik


Oleh:
Ita Qomariyah - Lailatul Badriyah
SMA Al-Muniroh, Gresik

Abstrak: 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berargumentasi siswa setelah diterapkan pembelajaran two stay two stray. Adapun permasalahan yang dikaji adalah “Bagaimanakah upaya peningkatan keterampilan berargumentasi siswa dengan diterapkannya pembelajaran Two Stay Two Stray?.” Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan sebanyak dua siklus. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket, dan tes (pre-test dan post-test). Dari hasil analisis didapatkan bahwa ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I ketuntasan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran 6,2%, pada siklus II ketuntasan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran 8,6%, sedangkan untuk penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray termasuk kategori cukup baik, dengan persentase sebesar 49,3% dan keterampilan berargumentasi siswa sebesar 41,7%. Simpulan dari penelitian ini adalah metode Two Stay Two Stray berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan berargumentasi PAI siswa kelas XI di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik.

Kata kunci: Peningkatan Keterampilan Berargumentasi, PAI, Metode Two Stay Two Stray.

PENDAHULUAN
Dalam pembukaan UUD 1945 (Mendikbud, UUD 1945: 45) disebutkan bahwa cita-cita bangsa Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita-cita tersebut terealisir dengan ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 31 ayat 3 “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang”.

Untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan seorang figur guru yang berpotensi. Selain dibekali konsep untuk mencerdaskan otak dan rasionya (aspek kognitif), anak didik juga diarahkan pada pembentukan aspek afektif dan psikomotorik yang meliputi: pola sikap, pola laku, dan berfikir yang berlandaskan agama.

Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting dan mempunyai peranan yang lebih besar dibanding pendidikan pada umumnya yang hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi (Sardiman, 2006;143). Realita menunjukkan bahwa dorongan dan motivasi bagi anak didik untuk mempelajari agama secara mendalam semakin berkurang dengan disertai melajunya IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang semakin berkembang, anak didik cenderung untuk menekuni bidang-bidang studi yang sesuai dengan bakat dan tuntutan zaman, terutama menuntut pengembangan yang lebih lanjut pada aktualisasinya.

Keterampilan berargumentasi diajarkan di sekolah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kemampuan berargumentasi..............baca selengkapnya laporan penelitian/jurnal ilmiah/makalah tentang Upaya Peningkatan Keterampilan Berargumentasi Pendidikan Agama Islam dengan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas XI di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik ini langsung dari sumber aslinya.

Wednesday, April 4, 2012

Belajar Aktif: Menciptakan Semangat Belajar Di Dalam Kelas


Penelitian telah menunjukkan bahwa metode ceramah tradisional, di mana guru bicara dan siswa mendengarkan, mendominasi ruang kelas. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sifat pembelajaran aktif, penelitian empiris mengenai penggunaannya, kendala umum dan hambatan yang menimbulkan resistensi para pendidik untuk menggunakan teknik instruksional interaktif, dan bagaimana sekolah, pengembang, administrator, dan peneliti pendidikan dapat menunjukkan hasil nyata pembelajaran aktif.

APAKAH BELAJAR AKTIF DAN MENGAPA BELAJAR AKTIF ITU PENTING?

Anehnya,penggunaan istilah "pembelajaran aktif" oleh para pendidik kita pada umumnya lebih mengandalkan pemahaman intuitif daripada definisi umum yang semestinya. Akibatnya, banyak sekolah menyatakan bahwa semua belajar secara inheren adalah aktif dan bahwa siswa oleh karena itu terlibat aktif saat mendengarkan presentasi formal di kelas. Analisis literatur penelitian (Chickering dan Gamson 1987), menunjukkan bahwa siswa harus melakukan lebih dari sekedar mendengarkan: Mereka harus membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam memecahkan masalah. Yang paling penting, untuk terlibat secara aktif, siswa harus terlibat sedemikian rupa pada tingkat tinggi tugas berpikir seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam konteks ini, diusulkan bahwa strategi untuk memicu terjadinya belajar aktif didefinisikan sebagai kegiatan instruksional yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan.

Penggunaan teknik ini di dalam kelas sangat penting karena berdampak kuat pada pembelajaran siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa siswa lebih memilih strategi belajar aktif dibanding ceramah tradisional. Studi Penelitian lain yang mengevaluasi hasil belajar siswa telah menunjukkan bahwa strategi belajar aktif lebih unggul bila dibandingkan dengan teknik ceramah dalam mempromosikan penguasaan konten. Selanjutnya, beberapa penelitian kognitif telah menunjukkan bahwa sebagian besar gaya belajar siswa menghendaki teknik-teknik pedagogis selain ceramah.

BAGAIMANA CARA AGAR BELAJAR AKTIF?

Modifikasi tradisional ceramah (Penner 1984) adalah salah satu cara untuk memasukkan pembelajaran aktif di kelas. Penelitian telah menunjukkan, misalnya, bahwa jika seorang guru memungkinkan siswa untuk mengkonsolidasikan catatan mereka dengan menunda sebanyak tiga kali masing-masing selama dua menit selama proses pembelajaran berlangsung, siswa akan belajar jauh lebih banyak tentang informasi yang telah diberikan (Ruhl, Hughes, dan Schloss 1987).

Dua cara sederhana namun efektif lain untuk melibatkan siswa selama KBM adalah memasukkan demonstrasi singkat atau pendek, latihan menulis yang tak perlu diberi nilai dan dilanjutkan dengan diskusi kelas. Alternatif lain yang dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterlibatan siswa adalah: (1) umpan balik, yang dibuat di anatara dua ceramah terpisah dengan sesi-kelompok kecil penelitian, dan (2) panduan, di mana siswa mendengarkan 20 - sampai 30-menit presentasi tanpa membuat catatan, diikuti dengan menulis apa yang telah mereka dengarkan selama lima menit tentang apa yang dapat mereka ingat kemudian melanjutkan sisa waktu pelajaran dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling mengklarifikasi dan menguraikan bahan pelajaran yang baru diberikan.Diskusi di kelas merupakan salah satu strategi yang paling umum untuk memicu belajar aktif. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk memicu ingatan jangka panjang informasi, untuk memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut, untuk memungkinkan siswa untuk menerapkan informasi dalam situasi baru, atau untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, maka diskusi adalah yang terbaik (McKeachie et al 1986).

Penelitian telah menunjukkan, bahwa untuk mencapai tujuan ini guru harus memiliki teknik alternatif dan strategi yang baik tentang cara mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi diskusi (Hyman 1980) dan harus menciptakan lingkungan yang mendukung baik secara intelektual maupun emosional agar mendorong siswa untuk berani mengambil risiko (Lowman 1984).Beberapa strategi lain untuk memicu terjadinya belajar aktif yaitu pembelajaran berbasis visual. Pembelajaran berbasis visual memberikan titik fokus yang membantu guru untuk melakukan teknik interaktif lainnya. Dalam kelas, menulis merupakan cara yang sangat baik untuk melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang hal-hal yang mereka lakukan. Dua strategi populer yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah dan Desain Terbimbing (Guided Design). Teknik pembelajaran aktif lainnya yang layak digunakan adalah pembelajaran kooperatif, debat, drama, bermain peran dan simulasi, dan tutor sebaya.

Berbagai Strategi Pembelajaran

Berbagai Macam Strategi Pembelajaran

Blog ptk dan model-model pembelajaran. Ada berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Di bawah ini disebutkan beberapa cara untuk menjadikan pembelajaran guru menjadi lebih menarik.

Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran Aktif - Pembelajaran Aktif adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa di kelas selain hanya pasif mendengarkan ceramah seorang guru. Penelitian menunjukkan bahwa belajar aktif meningkatkan pemahaman siswa dan penyimpanan informasi dan sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis.

Clicker

Clicker - Clicker memungkinkan guru untuk secara cepat mengumpulkan dan meringkas tanggapan siswa untuk pertanyaan pilihan ganda.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran Kooperatif / Cooperative Learning - Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus secara hati-hati direncanakan dan dilaksanakan, dan dalam pelaksanaannya tersebut, pembelajaran kooperatif tidak memerlukan kelompok permanen.

Berpikir Kritis(Critical Thinking)

Berpikir Kritis - Berpikir kritis adalah kumpulan kegiatan mental (pikiran) yang mencakup kemampuan untuk berintuisi, mengklarifikasi, merenung, menghubungkan, menyimpulkan, dan menilai. Guru harus membawa kegiatan berpikir kritis ini secara bersama-sama dan memungkinkan siswa untuk mempertanyakan materi pembelajaran/pengetahuan yang ada.

Diskusi (Discussion)

Strategi Diskusi - Melibatkan siswa dalam diskusi akan memperdalam proses pembelajaran dan memotivasi mereka, dengan jalan mendorong mereka untuk mengembangkan pendapat dan pandangan mereka sendiri dan mendengar suara mereka sendiri. Sebuah lingkungan yang baik untuk interaksi dalam strategi diskusi sangat diperlukan untuk mendorong siswa agar mau dan mampu berbicara.

Pembelajaran Pengalaman (Experiential Learning)

Experiential Learning - Experiential learning adalah sebuah pendekatan untuk pendidikan yang berfokus pada "learning by doing," pada pengalaman subyektif peserta. Peran guru adalah untuk merancang "pengalaman langsung" yang mencakup latihan persiapan dan reflektif.

Game-Eksperimen-Simulasi

Game / Eksperimen / Simulasi - Game, eksperimen dan simulasi dapat menjadi lingkungan belajar yang kaya bagi siswa. Siswa saat ini telah terbiasa bermain game dan menggunakan alat-alat interaktif seperti internet, telepon, dan peralatan lainnya. Game dan simulasi memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah di dunia nyata di lingkungan yang aman dan memungkinkan mereka untuk menikmatinya saat melakukannya.

Humor (Jokes)

Humor - Menggunakan humor dalam kelas dapat meningkatkan belajar siswa dengan karena humor yang relevan dapat meningkatkan pemahaman dan retensi.

Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri-Terbimbing / Guided Inquiry- Dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, , siswa akan sampai pada pemahaman tentang konsep-konsep diri dan tanggung jawab untuk belajar mandiri. Metode ini mendorong siswa untuk membangun keterampilan meneliti yang dapat digunakan di wilayah pembelajaran mereka yang lain.

Pembelajaran Interdisipliner

Pembelajaran Interdisipliner - Pembelajaran Interdisipliner adalah pembelajaran yang menggabungkan dua topik yang berbeda ke dalam satu kelas. Guru yang berpartisipasi dalam pembelajaran interdisipliner menemukan bahwa siswa dapat belajar melalui pendekatan materi yang berbeda.

Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centred Learning)

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa / Learner-Centered. Pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan pendekatan yang memandang siswa sebagai pusat pembelajaran. Siswa bertanggung jawab untuk belajar bagi dirinya sendiri, sementara guru bertanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran. Paradigma ini menggeser peran guru sebagai aktor utama dalam pembelajaran, dan berpindah ke siswa.

Komunitas Belajar (Learning Community)

Komunitas Belajar - Komunitas membawa orang secara bersama-sama untuk belajar bersama, menemukan, dan menggenerasi pengetahuan. Dalam komunitas belajar, semua peserta mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan belajar. Yang terpenting, komunitas belajar adalah proses dimana individu datang bersama-sama untuk mencapai tujuan belajar.

Strategi Kuliah (Expository)

Strategi Kuliah - Kuliah adalah cara paling umum saat ini yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Namun, dengan karakteristik siswa saat ini, strategi kuliah biasanya tidak menarik perhatian siswa untuk waktu yang lama, meskipun digunakan alat bantu untuk menyampaikan informasi kepada siswa.

Belajar Mobile (Mobile Learning)

Belajar Mobile - Belajar Mobile adalah semua jenis pembelajaran yang terjadi ketika peserta didik tidak di lokasi yang tetap.

Kursus Online/Hybrid

Kursus online / Hybrid - Program online dan hibryd adalah strategi pembelajaran yang memerlukan perencanaan yang cermat dan pengorganisasian yang baik. Pada kursus online ini, ada pertimbangan penting yang berbeda dengan kursus tradisional yaitu aspek komunikasi dengan siswa menjadi sangat penting.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah - Masalah berbasis Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang menantang siswa untuk "belajar untuk belajar," bekerja dalam kelompok untuk mencari solusi untuk masalah dunia nyata. Proses ini meniru pendekatan sistemik yang  biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau memenuhi tantangan yang dihadapi dalam hidup, dan akan lebih membantu siswa untuk memilih karir mereka di kemudian hari.

Strategi Perangkat Jejaring Sosial

Perangkat Jaringan Sosial - Perangkat jaringan sosial memungkinkan sekolah untuk melibatkan para siswa dalam cara baru dan berbeda dalam hal komunikasi.

Pembelajaran Siswa Beragam

Pembelajaran Siswa Beragam - Guru hari ini menghadapi siswa yang beragam dalam program mereka dan sering kali memerlukan bantuan dalam mengetahui bagaimana menangani mereka.

Studi Kasus (Case Study)

Studi Kasus - Studi kasus adalah strategi pembelajaran di mana guru menyajikan siswa masalah kehidupan nyata sehingga memungkinkan siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari di kelas untuk situasi kehidupan nyata. Kasus yang diberikan juga akan  mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang logis dan, jika digunakan dalam tim untuk mengembangkan keterampilan interaksi dalam kelompok. Siswa mendefinisikan masalah, menganalisa tindakan alternatif mungkin dan memberikan solusi dengan alasan yang mendasari pilihan mereka.

Pembelajaran Berbasis Tim - Tim Based Learning

Pembelajaran Berbasis Tim - Tim Based Learning (TBL) adalah pendekatan yang cukup baru untuk mengajar di mana siswa saling bergantung satu sama lain untuk pembelajaran mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk kelompoknya. Penelitian telah menemukan bahwa siswa lebih bertanggung jawab dan lebih terlibat ketika pembelajaran berbasis tim diimplementasikan. Perbedaan utama dalam kegiatan kelompok TBL dan normal adalah bahwa kelompok yang permanen dan sebagian besar waktu kelas dikhususkan untuk pertemuan kelompok.

Sumber: pedagogy.merlot.org

Demikian artikel tentang berbagai strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. Semoga bermanfaat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...