Pengaruh Scaffolding – Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru

Sunday, March 1, 2009

Pengaruh Scaffolding – Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Pengaruh Scaffolding – Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Muhammad Faiq Dzaki

Teori Kontruktivisme oleh Vygotsky, terkait scaffolding memberikan pengaruh besar pada pendidikan anak usia dini:
1. desain kurikulum
2. instruksi pembelajaran
3. proses asesmen/penilaian

Karena anak belajar banyak melalui interaksi, maka desain kurikulum harus menempatkan mereka untuk mengalami banyak interaksi dengan anak lainnya dan tugas belajar bersama. Bentuk kegiatan belajar mengajar yang bisa dilakukan di antaranya:
1. konsep pembelajar mandiri (learner autonomy)
2. belajar kelompok (cooperative learning).

Lingkungan belajar anak menjadi zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development/ZPD) yang menghadirkan sebanyak mungkin kesempatan untuk mempelajari sesuatu, baik itu melalui orang-orang di sekitar anak maupun alat pelajaran dan sumber belajar. Guru hanya sebagai mediator, selanjutnya siswa/anak usia dini secara sendiri atau kelompok aktif untuk memecahkan persoalan yang diberikan guru sehingga mereka dapat membangun pengetahuan.

Instruksi pembelajaran yang tepat dari orang dewasa dapat membuat anak menunjukkan keberhasilan terhadap tugas yang belum mampu diselesaikan sendiri. Disini orang dewasa secara terus-menerus mengevaluasi level bantuan yang diberikan kepada anak dengan mempertimbangkan tingkat kemajuan hasil belajar anak, sehingga dapat terbentuk mengajar-belajar yang efektif. Dengan memberikan “takaran”scaffolding yang tepat,hasil belajar anak akan segera terlihat bahkan anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang menetap yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah kelak.

Proses assessment/penilaian juga berpengaruh yaitu dengan melihat zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development/ZPD). Bila anak dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan ini disebut tingkat perkembangan riil (level of actual development), sementara bila anak dapat melakukan sesuatu dengan bantuan maka hal ini disebut tingkat perkembangan yang potensial (level of potential development). Dua orang anak dapat saja memiliki tingkat perkembangan riil yang sama; tetapi dengan bantuan yang tepat dari orang dewasa, anak yang satu dapat melakukan penyelesaian terhadap masalah yang lebih rumit dan lebih baik daripada yang lainnya. Metode penilaian harus dapat menangkap kedua tingkat perkembangan yang dimiliki tiap anak; yaitu tingkat perkembangaan riil dan tingkat perkembangan potensial. Instruksi pembelajaran yang tepat dari orang dewasa/guru dapat membuat anak menunjukkan keberhasilan terhadap tugas yang belum mampu diselesaikan sendiri.

Akhirnya, pada pendidikan anak usia dini terjadi pergeseran dari “teacher centered”menjadi “student centered”yang mewujud dalam pemberian scaffold tepat waktu ketika dibutuhkan oleh anak; juga tepat waktu untuk ditarik kembali. Dengan demikian prinsip-prinsip konstruktivisme yang banyak diambil antara lain:
(1) Pengetahuan dibangun oleh anak usia dini secara aktif;
(2) Tekanan proses belajar mengajar terletak pada anak usia dini;
(3) Mengajar adalah membantu anak usia dini belajar;
(4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil belajar;
(5) Kurikulum menekankan pada partisipasi anak usia dini;
(6) Guru adalah fasilitator.

2 comments:

Anonymous said...

semuanya kembali kepada desain pembelajaran bagi segala usia, mulai dari Dini sampai Tua.
LamNal

siti mardiyah said...

Metode pembelajaran menetukan hasil & bentuk dari proses pembelajaran itu... termasuk disini adalah bagaimana pola pendidkan yang diterapkan anak usia dini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...